Ziad bin Harits
adalah pemuka Bani ash Shada’i yang tinggal di Yaman. Ia mendatangi Nabi SAW
untuk memeluk Islam, tetapi ternyata beliau telah terlanjur mengirimkan pasukan
menuju perkampungannya. Ziad berkata kepada beliau, "Ya Rasulullah,
tariklah kembali pasukan itu, dan aku akan bertanggung jawab untuk mengajak
mereka memeluk Islam, dan ketaatan mereka kepada engkau."
Nabi SAW
memenuhi permintaan Ziad, dan menyuruhnya untuk menyusul pasukan tersebut,
tetapi Ziad mengatakan kalau tunggangannya kelelahan sehingga tak mungkin ia
bisa menyusulnya. Beliaupun mengirim seorang utusan kepada pasukan tersebut dan
memintanya kembali. Setelah pasukan kembali, Ziad menulis surat untuk kaumnya dan mengirimkannya
melalui seorang utusan.
Beberapa waktu
kemudian datanglah serombongan orang untuk memeluk Islam, mereka adalah kaumnya
Ziad as Shada'i. Nabi SAW sangat gembira, dan bersabda kepada Ziad, "Wahai
as Shada'i, sungguh engkau orang yang ditaati di kalangan kaummu!"
Mendengar pujian
ini, Ziad tahu diri, iapun berkata, "Allah-lah yang telah mengaruniakan
kepada mereka hidayahNya sehingga mereka memeluk Islam."
Nabi SAW
tersenyum mendengar jawaban Ziad. Beliau menawarkan untuk mengangkatnya sebagai
Amir bagi kaumnya, dan Ziad bersedia. Beliaupun memerintahkan juru tulisnya
untuk menulis surat
pengangkatan Ziad sebagai Amir bagi kaumnya. Sekali lagi beliau memerintahkan
untuk menulis surat
bagi pengangkatan sebagai amil untuk mengambil zakat dari kaumnya, sehingga
Ziad mengantongi dua jabatan sekaligus.
Ziad tidak
langsung kembali kepada kaumnya di Yaman, tetapi ia menyertai rombongan
Rasulullah SAW beberapa waktu lamanya. Suatu ketika beliau singgah di suatu
perkampungan yang penduduknya telah memeluk Islam. Tiba-tiba para penduduknya
mendatangi Nabi SAW dan mengadukan perilaku amil mereka yang bertindak
semena-mena ketika mengambil harta mereka dengan dalih zakat.
"Benarkah
ia melakukan hal itu?" Tanya Rasulullah SAW menegaskan.
Mereka mengiyakan.
Beliau berpaling kepada para sahabatnya dan bersabda, "Tidak ada kebaikan
bagi seorang lelaki beriman jika ia memiliki imarah (pengangkatan sebagai
amir, termasuk amil)."
Beberapa orang
mendatangi Nabi SAW untuk meminta bagian zakat, tetapi beliau tidak
mengabulkannya, tetapi justru beliau bersabda, "Barang siapa meminta-minta
kepada manusia sedangkan ia berkecukupan, maka hal itu akan membuatnya sakit
kepala dan sakit perut, tanpa sebab yang jelas."
Pada yang lainnya
beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak ridha zakat-zakat ini dibagikan
mengikuti keputusan Nabi atau yang lainnya, tetapi Allah sendiri yang
membaginya. Jika engkau termasuk dalam delapan golongan yang berhak menurut
Allah, aku akan memberikan bagian kepadamu."
Peristiwa
demi peristiwa tersebut seolah menjadi pengajaran bagi Ziad, dan ternyata
membawa kesan yang sangat kuat bagi dirinya. Usai shalat, ia membawa surat pengangkatannya
sebagai amir dan amil bagi kaumnya kepada Nabi SAW dan berkata, "Ya
Rasulullah, cabutlah pengangkatan jabatan ini dariku."
"Apa yang
terlintas dalam pikiranmu?" Dengan heran beliau bertanya kepada Ziad.
Ia menceritakan
apa yang dilihat dan juga dirasakannya ketika Rasulullah SAW menyampaikan kepada
penduduk perkampungan itu. Ia ingin menjadi seseorang yang benar-benar beriman,
karenanya ia khawatir jika masih memegang keamiran. Begitu juga, ia termasuk
orang yang berkecukupan, sehingga ia khawatir dengan jabatan amilnya.
Nabi SAW tersenyum
dengan penjelasannya tersebut dan bersabda, "Begitulah yang sebenarnya.
Tetapi jika engkau mau, terimalah pengangkatan itu dan engkau jaga amanahnya,
jika tidak, maka tinggalkan saja."
"Aku
memilih melepaskan jabatan-jabatan ini, ya Rasulullah!!" Kata Ziad dengan
tegas.
Nabi SAW menerima pengunduran dirinya, dan memintanya
untuk menunjukkan seseorang dari kaumnya untuk memegang jabatan tersebut.
Ziadpun menunjukkan seseorang yang layak untuk jabatan-jabatan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar