Sebelum perang Badar mulai pecah
dan dua pasukan sedang berhadapan, tokoh kafir Quraisy, Utbah bin Rabiah,
menantang duel satu persatu. Majulah putranya, Walid bin Utbah dan Ali bin Abi
Thalib maju menghadapinya dan Ali berhasil membunuhnya. Kemudian majulah saudaranya Syaibah bin Rabiah dan paman
Nabi SAW, Hamzah bin Abdul Muthalib melayani tantangannya dan dengan mudah
membunuhnya pula
Melihat anak dan
saudaranya tewas di hadapannya, Utbah sendiri yang maju menuntut balas. Kali
ini ia dihadapi oleh Ubaidah bin Harits. Mereka laksana dua tiang yang kokoh,
saling beradu pukulan dan tampaknya kekuatan mereka seimbang. Ubaidah berhasil
memukul pundak Utbah hingga patah, tetapi Utbah berhasil memotong betis kaki
Ubaidah, keduanya tampak sekarat. Ali dan Hamzah maju membunuh Utbah, dan
mereka membawa Ubaidah ke tempat Nabi SAW sedang berteduh.
Nabi SAW
meletakkan kepala Ubaidah di paha beliau, beliau mengusap wajahnya yang penuh debu.
Ubaidah memandang beliau dan berkata, "Wahai Rasulullah, jika Abu Thalib
melihat keadaanku ini, ia pasti akan mengetahui bahwa aku lebih berhak atas
kata-kata yang pernah diucapkannya tersebut. Ubaidah
memang masih paman Nabi SAW dan sepupu dari Abu Thalib. Ketika kaum kafir
Quraisy berniat untuk membunuh Nabi SAW, bahkan mereka menawarkan seorang anak
muda sebagai pengganti. Abu Thalib dengan tegas berkata, "(Kalian berdusta
jika mengatakan) bahwa kami akan menyerahkannya (yakni Muhammad, tanpa kami
melindunginya) sampai kami terkapar di sekelilingnya dan bahkan (untuk itu
akan) menelantarkan anak-anak dan istri-istri kami sendiri."
Nabi SAW tersenyum mendengar
perkataannya, dan Ubaidah bertanya, "Apakah aku syahid, ya
Rasulullah?"
"Ya,"
Kata beliau, "Dan aku akan menjadi saksi untukmu!!" Sesaat kemudian Ubaidah meninggal, Nabi SAW menguburkannya di Shafra', sebuah wadi antara Badar dan Madinah. Beliau sendiri yang turun ke kuburnya, dan beliau tidak pernah turun ke kuburan siapapun sebelumnya kecuali pada pemakaman Ubaidah bin Harits ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar