Suraqah bin
Malik bin Ju’syum merupakan seorang tokoh terkemuka di daerah Najd
yang berasal dari Bani Kinanah, dan sangat dihargai oleh kaum Quraisy Makkah. Karena
itulah ketika Iblis ingin tampil sebagai manusia dalam mendukung permusuhannya
kepada Nabi SAW, ia mewujudkan diri sebagai Suraqah bin Malik
Dua kali iblis
muncul dalam wujud sahabat ini, pertama saat kaum Quraisy bermusyawarah di
Darun Nadwah, saat itu ia mendukung dan menguatkan pendapat Abu Jahal untuk
membunuh Nabi SAW. Kedua pada saat perang Badar. Ketika pasukan kafir Quraisy
ragu-ragu untuk meneruskan pertempuran, sekali lagi Iblis dalam bentuk Suraqah
ini mendukung dan menguatkan mereka. Tetapi ketika iblis melihat pasukan
malaikat yang dipimpin Malaikat Jibril, ia segera berlari terbirit-birit.
Harits bin Hisyam sempat memegang tangannya dan berkata, “Wahai Suraqah,
bukankah engkau berkata akan mendukung kami dan tidak akan meninggalkan kami!!”
Tentu saja
Harits mengira dia adalah benar-benar adalah Suraqah bin Malik. Iblis memukul
dada Harits hingga ia terjengkang, dan berkata, “Sesungguhnya aku melihat apa
yang tidak kamu lihat. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, siksaan Allah
benar-benar sangat pedih…!!”
Sebagai hasil
kesepakatan dari pertemuan kaum Quraisy di Darun Nadwah, para pemuda dari
beberapa suku Arab berkumpul di depan pintu rumah Nabi SAW dengan satu tujuan, membunuh beliau. Tetapi tentu saja dengan
mudah Allah menyelamatkan Nabi SAW, beliau melewati mereka, bahkan sempat menaburkan
pasir di setiap kepala mereka tanpa mereka menyadarinya (sebagian riwayat
menyebutkan mereka tertidur), kemudian beliau berangkat hijrah bersama Abu
Bakar.
Tetapi kegagalan
tersebut tidak menyurutkan maksud kaum kafir Quraisy untuk menghabisi Nabi SAW.
Mereka terus melakukan pencarian dan bahkan mengadakan sayembara, siapapun yang
bisa membawa atau menunjukkan keberadaan Nabi SAW akan memperoleh hadiah 200
ekor unta.
Salah seorang
yang berhasil menelusuri jejak perjalanan Nabi SAW adalah Suraqah bin Malik. Ia
memperoleh informasi salah seorang dari kaumnya, Bani Mudlij, yang melihat
sekelompok orang berjalan di pesisir, yang dikiranya adalah rombongan Nabi SAW
yang dicari-cari kaum Quraisy. Suraqah membenarkan dalam hatinya, tetapi karena
tidak ingin kedahuluan orang lain untuk memperoleh hadiah yang dijanjikan, ia
berkata kepada orang itu, "Bukan, mereka adalah Fulan bin Fulan yang pergi
karena tidak ingin kita lihat."
Tetapi diam-diam
ia menyuruh pembantunya untuk menyiapkan kuda dan perlengkapannya. Ketika tidak
ada orang yang melihatnya, ia segera memacu kendaraannya ke pesisir yang
ditunjukkan orang tersebut. Suraqah mengendarai kuda yang cepat, sehingga ia
bisa mengejar rombongan hijrah Nabi SAW tersebut dan jaraknya semakin dekat.
Nabi Saw tetap tenang, sementara Abu Bakar yang duduk di boncengan unta Nabi
SAW, terlihat cemas dan berkali-kali melihat ke belakang.
Setelah jarak
makin dekat, tiba-tiba kuda Suraqah terjerembab jatuh, Nabi SAW terus saja
berjalan tanpa memperdulikan Suraqah yang mengejarnya. Setelah berhasil
mendekati lagi, Suraqah menyiapkan anak panahnya, tetapi lagi-lagi kudanya
terjerembab, sementara Nabi SAW terus berjalan. Masih juga penasaran, setelah
berhasil membebaskan kudanya, ia mengejar lagi, tetapi untuk ketiga kalinya,
kudanya terjerembab dan kali ini diikuti dengan debu yang bertaburan di udara.
Sadarlah Suraqah bahwa orang yang dikejarnya bukanlah orang sembarangan.
Setelah berhasil
membebaskan kudanya dan tidak ada lagi niat untuk menangkap atau membunuh Nabi
SAW, ia berhasil mendekati rombongan beliau dan memanggilnya. Setelah
berhadapan dengan Nabi SAW, ia meminta maaf dan memohon untuk tidak
diapa-apakan. Ia juga menawarkan untuk memberikan perbekalan yang dibawanya.
Nabi SAW memaafkannya tetapi menolak pemberiannya, hanya saja beliau meminta
untuk merahasiakan pertemuannya itu.
Suraqah meminta
jaminan keamanan dari Nabi SAW, dan beliau menyuruh Amir bin Fuhairah untuk
menuliskannya di sebuah kulit, dan menyerahkannya kepada Suraqah. Sesaat
kemudian Rasulullah SAW berkata pada Suraqah, "Wahai Suraqah, bagaimana
perasaanmu jika engkau memakai dua gelang Kisra?"
"Kisra
bin Hurmuz?" Suraqah tercengang tak mengerti. Nabi
SAW tersenyum memandang ekspresi Suraqah, tetapi beliau tidak menjelaskan lebih
lanjut. Kemudian beliau meninggalkannya meneruskan perjalanan hijrah.
Begitulah waktu
berlalu, di masa kekhalifahan Umar bin Khaththab, datang ghanimah dari Persia yang
telah dikalahkan pasukan muslim. Umar teringat akan kisah Rasulullah SAW
bersama Suraqah, ia mencari dua gelang Kisra di antara tumpukan ghanimah.
Setelah ditemukan, Umar memanggil Suraqah dan berkata, "Pakailah dua
gelang ini, naiklah ke mimbar dan angkat tanganmu, lalu katakan, : Mahabenar
Allah dan RasulNya."
Suraqah maju ke
mimbar, ia melakukan apa yang diperintahkan Khalifah Umar dengan penuh haru.
Terbayang di matanya apa yang dikatakan Nabi SAW bertahun yang lalu ketika
beliau hijrah. Sungguh sangat tidak terbayangkan saat itu, bahwa orang-orang
muslim akan mampu mengalahkan dan menghancurkan imperium besar yang telah
berusia ratusan tahun, Kerajaan Persia .
Tidak ada kejelasan riwayat, apakah Suraqah memeluk
Islam saat bertemu dengan Nabi SAW di perjalanan hijrah tersebut atau waktu
lainnya. Sebagian riwayat menyebutkan ia memeluk Islam ketika Nabi SAW kembali
dari Haji Wada’ ketika beliau berada di Ji’ranah. Tetapi yang jelas pada
akhirnya ia memeluk Islam telah menjadi
saksi dari kebenaran "ramalan" beliau SAW.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar