Suku Aus dan Khazraj adalah dua
suku yang selalu bermusuhan semasa jahiliah. Ketika cahaya Islam menyinari dan
menghilangkan permusuhan mereka, sikap saling bersaing tidak bisa hilang begitu
saja. Hanya saja persaingan mereka kini dalam menunjukan bakti dan perjuangan
serta pembelaan kepada Nabi SAW dan Islam.
Ketika Suku Aus
yang diwakili Muhammad bin Maslamah dan teman-temannya berhasil membunuh musuh Islam,
Ka'b bin Asyraf, seorang tokoh yahudi yang sering menghasut dan menyakiti
orang-orang Islam, Suku Khazraj berusaha untuk bisa "mengimbangi"
prestasi tersebut. Mereka teringat pada Abu Rafi Sallam bin Abu Huqaiq, tokoh Yahudi
yang tinggal di Khaibar, yang juga sangat memusuhi Nabi SAW dan orang muslim lainnya.
Mereka meminta ijin kepada Nabi SAW untuk membunuhnya, dan beliau
mengijinkannya.
Mereka tiba di
benteng Abu Rafi ketika matahari telah tenggelam, dan pintu benteng hampir
ditutup. Ibnu Atik berkata kepada teman-temannya, "Tetaplah kalian disini,
aku akan menyiasati penjaga pintu gerbang agar aku dibolehkan masuk!"
Abdullah bin
Atik duduk tak jauh dari pintu gerbang dan menutupi dirinya dengan kain
seolah-olah sedang buang hajat, sementara orang-orang telah masuk semuanya.
Melihat masih ada orang di luar, penjaga itu berteriak, "Hai hamba Allah!
Jika engkau hendak masuk, segeralah, karena aku akan mengunci pintu ini!"
Ibnu Atik segera
saja masuk dan bersembunyi. Ketika penjaga telah berlalu, ia mengambil kunci
yang ditaruh pada sebuah kayu pancang dan membuka pintu benteng sehingga
teman-temannya bisa masuk. Mereka mendatangi rumah Abu Rafi, tetapi masih ada
tamunya. Ketika tamu itu pulang, mereka memasuki rumah dan menuju kamar Abu
Rafi yang berada di lantai atas. Setiap melalui pintu, mereka menguncinya
sehingga akan mempersulit bantuan kalau mereka ketahuan.
Ketika sampai di
kamarnya, keadaan sangat gelap sehingga sulit diketahui dimana Abu Rafi berada.
Ibnu Atik berinisiatif memanggil
namanya. Abu Rafi balik bertanya, "Siapa itu?"
Abdullah bin
Atik segera saja menebaskan pedang ke arah suara itu. Terdengar jeritan, tetapi
tampaknya itu belum membunuh tokoh Yahudi tersebut. Ia diam-diam keluar kamar,
sesaat kemudian masuk lagi seolah-olah datang untuk membantu. Ia berkata, "Suara
apa yang tadi aku dengar, wahai Abu Rafi!"
"Celakalah
ibumu," Kata Abu Rafi, "Barusan ada lelaki yang memukulku dengan
pedang!"
Kali ini
posisinya cukup dekat, mereka berlima memukulnya beberapa kali, dan terakhir menusuk
perut Abu Rafi hingga tembus ke belakang. Setelah itu mereka segera keluar dari
kamar dan rumah tersebut, tetapi Ibnu Atik kurang hati-hati sehingga terjatuh
ketika menuruni tangga, betisnya retak dan ia membalutnya dengan sorban.
Beberapa saat
kemudian orang-orang berkumpul ke rumah Abu Rafi karena adanya keributan, dan
mereka mendapati salah satu tokohnya telah mati. Istri Abu Rafi menceritakan
apa yang terjadi, ia juga sempat berkata, "Saat itu aku mendengar suara
Ibnu Atik, tetapi aku menafikannya. Apa mungkin Ibnu Atik ada disini?"
Mereka berlima
tidak langsung kembali ke Madinah, tetapi menunggu sampai pagi di luar dinding
benteng untuk meyakinkan diri bahwa tokoh yahudi itu sudah mati. Ketika
seseorang telah mengumumkan kematian Abu Rafi, mereka segera pulang. Tiba di
Madinah, saat itu Nabi SAW sedang berdiri di atas mimbar, beliau langsung
menyambutnya dengan bersabda, "Wajah-wajah yang telah memperoleh
kemenangan!"
"Wajah
engkau juga memperoleh kemenangan, Ya Rasulullah!!" sahut mereka.
Nabi SAW meminta
pedang-pedang mereka untuk memastikan kematian musuh Allah tersebut, dan beliau
bersabda, "Benar, ia telah
mati, ini ada bekas makanannya di bagian mata pedang!!"
Nabi SAW
mengusap kaki Ibnu Atik yang sakit, dan seketika itu sembuh.
Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa mereka berlima
mengklaim dirinya yang membunuh Abu Rafi. Setelah memeriksa pedang-pedang mereka yang masih membekas darahnya,
Nabi SAW menyatakan pedang Abdullah bin Unais yang membunuhnya, karena ada
bekas sisa makanannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar