Khalid bin Sa'id bin Ash
RA termasuk dalam kelompok awal yang
memeluk Islam (as Sabiqunal Awwalun). Uniknya, yang memotivasi dirinya memeluk
Islam adalah sebuah mimpi. Khalid bermimpi sedang berada di sebuah tepian nyala
api yang begitu besar. Ayahnya yang hadir saat itu, bukannya menolong keluar
dari jilatan api tapi justru mendorongnya. Untunglah ada Nabi SAW yang menahan
kain ikat pinggangnya hingga ia tidak jatuh ke dalam api.
Setelah bangun,
Khalid meyakini bahwa mimpinya itu benar. Ia menemui sahabatnya, Abu Bakar dan
menceritakan mimpinya. Abu Bakar pun menyatakan, kalau hanya kebaikan yang dikehendaki
bagi Khalid dengan mimpinya itu. Ia diajak menemui Rasulullah SAW, dan bertemu dengan
beliau di suatu tempat bernama Ajyad di Mekkah. Beliau menjelaskan risalah Islam
yang beliau dakwahkan, dan mengajak Khalid memeluk Islam. Khalid menerima ajakan
Nabi SAW karena keyakinan akan kebenaran mimpinya tersebut.
Setelah
keislamannya, Khalid pergi menghilang. Ayahnya, Sa'id bin Ash yang mengetahui
anaknya memeluk Islam, menyuruh orang-orang untuk mencarinya. Setelah ditemukan
ia memaki-maki anaknya tersebut dan mencambuknya, serta mengancam tidak akan
memberinya makan. Tapi sebagai cermin keimanan di hatinya, Khalid berkata, "Jika
engkau tidak memberiku makan, maka sungguh Allah yang mengaruniakan rezeki
padaku, akan membuatku bisa terus hidup."
Mendengar
jawaban tersebut sang ayah langsung mengusirnya. Khalid memutuskan menemui Rasulullah
SAW dan akan selalu mengiring beliau, walaupun ia harus kehilangan banyak
sekali fasilitas dan kenyamanan dalam hidupnya sebelum itu. Ketika Nabi SAW
menghimbau sahabatnya untuk hijrah ke Habasyah, Khalid memenuhi anjuran beliau,
mengikuti rombongan yang dipimpin oleh Ja'far bin Abu Thalib.
Khalid baru
bertemu lagi dengan Nabi SAW ketika beliau telah memerintahkan agar para
sahabat di Habasyah berhijrah ke Madinah, saat itu Nabi SAW dan para sahabat
dalam perjalanan pulang setelah selesainya perang Khaibar. Setelah itu Khalid
senantiasa mengikuti pertempuran bersama Nabi SAW. Bahkan sebelum wafatnya,
beliau mengangkatnya menjadi gubernur Yaman.
Ketika ia
mendengar Nabi SAW wafat dan Abu Bakar dikukuhkan sebagai khalifah, ia menjadi
salah satu orang yang tidak setuju. Ia sangat mengenal berbagai kelebihan Abu
Bakar dan kedudukannya di sisi Nabi SAW karena ia memang salah seorang sahabat
Abu Bakar di masa jahiliah. Hanya saja ia berpendapat bahwa yang paling berhak memegang
jabatan khalifah adalah Bani Hasyim, misalkan Ali bin Abi Thalib atau Abbas. Karena
itu ia meninggalkan jabatannya di Yaman, dan kembali ke Madinah, tetapi ia
tidak mau berba'iat kepada Abu Bakar.
Berlalulah
waktu, Abu Bakar tetap menghargainya walaupun ia menolak berba'iat. Sampai
suatu ketika Khalid menerobos barisan atau shaf-shaf di masjid menuju Abu Bakar
yang berdiri di atas mimbar, ia memegang tangan Abu Bakar dan berba'iat dengan
segala ketulusan hatinya.
Suatu ketika Abu
Bakar mempersiapkan pasukan ke Syria ,
dan ia menyerahkan salah satu panji-panji pertempuran kepada Khalid. Tetapi
sebelum pasukan berangkat, Umar menyarankan untuk mengganti Khalid sebagai pemegang
panji, dan Abu Bakar bisa menerima alasan Umar.
Khalid menerima kabar tersebut dengan biasa, dan ketika Abu Bakar hadir
di rumahnya untuk meminta maaf, ia berkata, "Demi Allah, tidaklah saya
gembira dengan pengangkatan anda, dan tidak juga bersedih dengan pemberhentian
anda dari jabatan tersebut….!!"
Abu Bakar
membebaskannya untuk memilih di pasukan mana ia akan bergabung, Amr bin Ash
yang masih anak pamannya, atau Syurahbil bin Hasanah, atau lainnya lagi.
Khalid-pun berkata, "Anak pamanku aku sukai karena ia masih kerabatku, tetapi
Syurahbil lebih kucintai karena
agamanya!"
Khalid bergabung
dengan pasukan yang dipimpin Syurahbil, sedang yang menjadi komandan dari
seluruh kesatuan adalah Abu Ubaidah bin Jarrah.
Khalid menikahi
janda Ikrimah bin Abu Jahal, Ummu Hakim di perjalanan jihad melawan tentara
Romawi, di suatu tempat bernama Marjush Shafar. Setelah pernikahan itu, Khalid
ingin beristirahat berduaan dengan istrinya sebagaimana pengantin baru, tetapi
Ummu Hakim berkata, "Sekarang kita sedang diserang musuh dari segala arah,
sebaiknya kita melawan mereka dahulu!!"
"Saya
yakin," Kata Khalid, "Saya akan menemui syahid pada pertempuran
ini..!!”
Mendengar
penuturan suaminya itu, Ummu Hakim memenuhi permintaan Khalid. Mereka
menghabiskan malam pengantin di tenda sederhana, sementara musuh siap
menyerang. Keesokan harinya, Khalid menerjunkan diri dalam pertempuran,
menyerang dan menerjang musuh dengan perkasa, sehingga akhirnya gugur sebagai
syahid.
Ketika masih bersama Nabi SAW di Madinah, ia pernah membawa
putrinya yang masih kecil, Ummu Khalid menghadap Nabi SAW dengan memakai baju kuning.
Beliau memuji keindahan baju tersebut dan menyuruhnya untuk tetap memakainya
sampai habis/rusak. Khalid sempat memarahi putrinya tersebut karena
bermain-main dengan cincin kenabian, tetapi beliau menyuruh membiarkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar