Dalam persiapan perang Uhud, Nabi
SAW melihat beberapa orang anak yang belum cukup dewasa menyertai pasukan yang
akan diberangkatkan. Mereka ini berusia antara 14 - 24 tahun, di antaranya
adalah Abdullah bin Umar, Zaid bin Tsabit, Zaid bin Arqam, Usamah bin Zaid,
Barra bin Azib, Usaid bin Zhuhair, Amr bin Hazm, Urabah bin Aus, Abu Sa'id al
Khudry, Sa'd bin Habbah RA, Rafi bin Khadij dan Samurah bin Jundub. Mereka ini
dipulangkan oleh Nabi SAW karena usianya tersebut, tentu saja mereka jadi
kecewa.
Khadij RA, ayah
Rafi menemui Rasulullah SAW dan meminta agar Rafi diperbolehkan ikut karena ia
mempunyai keahlian memanah atau melempar tombak. Beliau mengamati Rafi dengan
seksama. Rafipun menjinjitkan kakinya agar terlihat lebih tinggi. Ia juga
menunjukkan ketrampilannya memainkan tombak, sehingga Rasulullah SAW sangat
terkesan dan mengijinkannya mengikuti perang Uhud. Saat itu usia Rafi adalah 15
tahun. Sebenarnya pada perang Badar, Rafi telah meminta kepada Nabi SAW untuk
bisa mengikutinya, tetapi saat itu beliau dengan tegas tidak mengijinkannya.
Melihat Rafi
dibolehkan ikut, beberapa orang anak lainnya memaksa untuk ikut pula. Di
antaranya adalah Samurah bin Jundub yang akhirnya diijinkan Nabi SAW untuk
mengikuti perang tersebut setelah dia berhasil mengalahkan Rafi dalam suatu
duel, yakni sekedar untuk menunjukkan kekuatannya, tidak untuk saling
mengalahkan.
Pada perang Uhud
ini, Rafi tertembus panah di dadanya di bawah ketiaknya, darah mengucur dan
rasa sakitnya tidak bisa dihindarkan. Ia datang kepada Nabi SAW dan berkata,
“Wahai Rasulullah, tolonglah anak panah itu dicabut…”
Seperti yang
terjadi pada kebanyakan sahabat, ia berharap dengan bantuan beliau tersebut ia
akan segera sembuh, dan segera bisa terjun lagi di medan pertempuran. Tetapi ternyata beliau
bersabda, "Hai Rafi, aku bisa mencabut panah ini beserta mata panahnya dan
engkau akan segera sembuh. Tetapi jika engkau mau, aku akan mencabut panah ini
dan meninggalkan mata panahnya di tubuhmu, dan aku akan bersaksi pada hari
kiamat bahwa engkau mati syahid."
Kebanyakan dari
kita mungkin agar segera memilih tawaran Nabi SAW yang pertama. Tetapi tanpa
keraguan sedikitpun, Rafi memilih yang penawaran beliau yang kedua, dicabut
panahnya tetapi membiarkan mata panah tetap di tubuhnya. Akibatnya ia mengalami
sakit berkepanjangan karena luka-lukanya ini. Namun demikian ia tetap berjuang
dan berperang di jalan Allah (jihad fi sabilillah), baik di masa hidupnya Rasulullah
SAW atau sepeninggal beliau, sampai akhirnya ia wafat di jaman khalifah
Muawiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar