Tsabit bin Qais
adalah seorang sahabat Anshar, paman dari Anas bin Malik, beberapa kali ia mengikuti
perang bersama Rasulullah SAW. Ketika turun ayat tentang larangan mengeraskan
suara di atas suara Nabi SAW (QS al Hujurat ayat 2), ia pun mengurung diri di
rumah dan menangis, ia merasa kebaikannya habis dan termasuk ahli neraka karena
termasuk yang terkena larangan tersebut.
Ashim bin Adi
bin Ajlan lewat di depan rumahnya dan mendengar tangisannya. Ia singgah dan
menanyakan penyebabnya, maka Tsabit berkata, “Aku khawatir ayat yang
baru turun tersebut berkenaan dengan diriku, karena aku ini orang yang bersuara
keras.”
Ashim melaporkan
hal tersebut kepada Nabi SAW, dan beliau memerintahkan untuk menghadirkan
Tsabit kepada beliau.
Riwayat lain
menyebutkan, Nabi SAW yang tidak bertemu dengan Tsabit dalam beberapa hari, karena
itu beliau menyuruh seorang sahabat untuk mencarinya. Ketika tahu keadaannya di
rumah dalam keadaan bersedih dan menangis, sahabat tersebut menceritakan kepada
Nabi SAW dan beliau menyuruh untuk menghadirkan Tsabit di majelis beliau.
Ketika Tsabit
telah datang menghadap, Nabi SAW bersabda, “Apakah engkau tidak ridha jika
engkau hidup terpuji, mati syahid dan kemudian masuk surga?”
“Saya ridha, ya
Rasulullah,” Kata Tsabit, “Dan saya berjanji tidak akan mengeraskan suara saya
di hadapan engkau selama-lamanya…!!”
Dalam
pertempuran Yamamah melawan pasukan murtad yang dipimpin nabi palsu Musailamah
al Kadzdzab, pasukan muslim sempat mengalami kekalahan. Pasukan pertama yang
dipimpin Ikrimah bin Abu Jahal telah kalah, pasukan
kedua juga sempat kocar-kacir, kemudian Khalid bin Walid memegang komando
pasukan dan merubah strategi dengan mengelompokkan pasukan sesuai kabilah dan
golongannya.
Tsabit bin Qais
diserahi untuk memegang panji-panji kaum Anshar. Ketika melihat pasukan muslim
porak-poranda, Anas bin Malik berkata kepadanya, "Wahai paman, apakah
engkau tidak melihat?"
Tsabit
mengerti maksud keponakannya tersebut, kemudian ia bersuara lantang lagi, "Bukan
begini kami biasa berperang bersama Rasulullah, amat buruklah apa yang kalian
lakukan terhadap musuh kalian dalam perang ini (yakni, lari mundur)."
Kemudian ia
berdoa, "Ya Allah, sungguh aku berlepas diri dari apa yang mereka lakukan
(yakni orang-orang murtad yang dipimpin oleh Musailamah al Kadzdzab), dan aku
juga berlepas diri dari sikap mereka (kaum muslimin yang mundur)."
Kemudian bersama Salim, maula Abu Hudzaifah yang membawa
panji Muhajirin, mereka menghadang serangan musuh. Bahkan untuk tidak berlari
mundur, mereka menggali lubang sebatas lutut dan berperang dengan semangat
tinggi. Sikap heroik mereka berdua ini membangkitkan kembali semangat berjuang
dan berjihad dari pasukan muslim sehingga akhirnya mereka memetik kemenangan.
Tsabit bin Qais sendiri menemui syahidnya dalam pertempuran ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar