Barra bin Malik adalah seorang
sahabat Anshar yang kurus dan bermata cekung. Ia masih saudara tua Anas bin
Malik, sahabat sekaligus pelayan Nabi SAW yang banyak meriwayatkan
hadits-hadist Nabi SAW. Barra bin Malik memiliki keberanian dan semangat juang
sangat tinggi, kontras sekali dengan penampilan tubuhnya yang kurus kecil. Ia
tidak takut kepada musuh apapun dan selalu merindukan untuk mati syahid. Karena
itu ketika menjadi khalifah, Umar bin Khaththab pernah menulis surat pada wakil-wakilnya
untuk tidak menjadikan Barra sebagai komandan pasukan, dikhawatirkan ia akan
membawa pasukannya kepada kemusnahan, walau memang mati syahid, karena semangat
jihadnya yang terlalu tinggi.
Pasukan yang
dibentuk Khalifah Abu Bakar RA untuk menumpas pasukan Nabi Palsu Musailamah al
Kadzab di Yamamah, pertama kali dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahal, tetapi
dapat dipukul mundur pasukan Musailamah. Pasukan kedua yang dipimpin oleh
Khalid bin Walid juga sempat kocar-kacir, sebelum akhirnya Khalid merubah
strategi dengan mengelompokkan pasukan sesuai kabilah dan golongannya, Barra
diserahi untuk memimpin kaum Anshar. Riwayat lainnya menyebutkan dipimpin oleh Tsabit
bin Qais bin Syammas, yang tidak lain masih pamannya sendiri. Atau bisa jadi,
Barra sebagai komandannya dan Tsabit sebagai pembawa panji dari kelompok
Anshar.
Dengan strategi
ini pasukan Musailamah dipukul mundur dan berlindung dalam bentengnya yang
kokoh, pasukan muslim sempat kesulitan menembus benteng karena dikelilingi
tembok yang tinggi dan pintu yang terkunci rapat, sementara itu panah-panah
menghujani mereka dari atas. Barra mengambil inisiatif beresiko tinggi untuk
menjebol kebuntuan tersebut. Di dekat pintu gerbang benteng, ia duduk di atas
sebuah perisai dan berkata kepada pasukannya, "Lemparkanlah aku ke dalam
benteng dengan perisai ini, aku akan syahid, atau aku akan membukakan pintu
gerbang ini untuk kalian!"
Sepuluh orang
memegang perisai tersebut kemudian melemparkan Barra ke atas benteng. Tubuhnya
yang kurus kecil dengan mudah melampaui dinding benteng, dan dengan pedang
terhunus ia jatuh dikumpulan pasukan musuh yang menjaga pintu gerbang. Dengan semangat tinggi Barra menyerang mereka dan
setelah melumpuhkan sepuluh orang, ia berhasil membuka pintu gerbang benteng dan
membuka jalan bagi pasukan muslim memasukinya.
Akhirnya Pasukan
Musailamah dan Bani Hanifah dapat dikalahkan dan nabi palsu itu terbunuh oleh
tombak Wahsyi bin Harb, tombak yang sama yang telah mengantarkan Hamzah kepada
syahidnya di Perang Uhud. Sungguh suatu tebusan yang setimpal. Dalam
pertempuran Yamamah ini, Barra berhasil membunuh seorang tokoh kepercayaan
Musailamah yang dikenal sebagai Muhkam al Yamamah, atau Kaldai Yamamah, seorang
lelaki tinggi besar dengan pedang berwarna putih. Atau mungkin juga mereka dua
orang yang berbeda, yang keduanya dibunuh oleh Barra.
Ketika kembali
ke kemahnya, Barra mengalami delapanpuluh lebih luka tusukan pedang dan anak
panah. Namun dengan ijin Allah luka-luka itu akhirnya sembuh dalam waktu satu
bulan.
Semangat Barra
untuk memperoleh syahid terus berkobar, karena itu pertempuran demi pertempuran
diikutinya. Tibalah pertempuran melawan tentara Persia di Tustar dimana ia juga
terjun di dalamnya. Pasukan muslim berhasil memukul mundur pasukan Persia dan mengepung benteng kota Tustar, benteng pertahanan terakhir
mereka.
Pasukan Persia bertahan
dengan mengulurkan rantai--rantai besi panas yang ujungnya diberi pengait untuk
menghalau pengepungnya, layaknya sedang memancing ikan. Mereka yang terkena
kaitan dan ditarik ke atas benteng, nasibnya tidak akan beda jauh dengan ikan
yang terkena pancingan nelayan. Beberapa orang muslim terkena kaitan dan
ditarik ke atas, salah satunya adalah Anas bin Malik, saudara Barra bin Malik.
Melihat hal itu,
Barra bergerak cepat untuk menyelamatkan saudaranya. Ia mencoba melompat dan memegang
rantai besi tetapi tangannya jadi terbakar dan melepuh, namun demikian ia tidak
berhenti berusaha sehingga akhirnya ia berhasil menaiki tembok dan memotong
tali di atas rantai sehingga Anas bisa selamat.
Nabi SAW pernah
bersabda, bahwa kadang-kadang ada orang yang berpakaian dua kain lusuh dan
tidak diperdulikan (karena remeh keadaannya), tetapi jika dia bersumpah dengan
nama Allah, maka Dia akan mengabulkannya, di antara mereka ini adalah Barra bin
Malik.
Begitu kuatnya
pertahanan benteng Tustar, kalau terus
berlarut-larut seperti itu, bisa-bisa tentara muslim akan kalah, maka beberapa
sahabat yang menjadi saksi akan sabda Nabi SAW tersebut, segera meminta agar
Barra berdoa dan bersumpah untuk kemenangan kaum muslimin. Barra memenuhi
permintaan mereka ini. Ia berdoa, "Aku bersumpah kepadaMu, wahai Rabbku,
berikanlah tengkuk-tengkuk mereka kepada kami, dan pertemukanlah aku dengan
NabiMu…!”
Usai berdoa, bersama
beberapa pasukan muslim lainnya, ia berusaha menyerang dan merusak pintu gerbang
benteng yang begitu kokoh. Dan dengan pertolongan Allah mereka bisa menjebol
benteng pertahanan Tustar, kemudian menyerang dan memporak-porandakan pasukan Persia . Barra sendiri
berhasil berhadapan dengan Marzaban az Zarih, seorang pembesar dan pahlawan Persia yang
telah terkenal, dan akhirnya ia berhasil membunuhnya. Tetapi keadaan Barra
sendiri juga terluka parah, dan seperti permintaan doanya, ia gugur sebagai
syahid dalam pertempuran ini. Peristiwa
ini terjadi di masa khalifah Umar bin Khaththab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar