Tamin bin Aus ad Daari, nama
kunyahnya Abu Ruqayyah, tetapi lebih dikenal dengan nama Tamim ad Daari, adalah
seorang pendeta dan ahli ibadah yang terkenal dalam agama Nashrani, ia tinggal
di Palestina. Sebenarnya ia telah mendengar tentang diutusnya Nabi SAW sebagai
Rasul Terakhir sebagaimana diramalkan dalam Taurat dan Injil, tetapi ia belum
tergerak untuk memeluk agama Islam, sampai ia mengalami suatu peristiwa aneh
dan menarik, sekaligus menakutkan yang membawanya untuk memperoleh hidayah dan
memeluk Islam.
Ketika dalam suatu perjalanan
mengarungi lautan di sekitar laut Yaman atau sekitar laut Syam, kapalnya
mengalami kerusakan sehingga ia terombang-ambing tanpa arah yang pasti. Tidak
tanggung-tanggung, selama sebulan penuh ia dipermainkan ombak, beserta sekitar
tigapuluh orang penumpang dan awak kapal, yang kebanyakan dari mereka
berpenyakit kulit dan lepra. Tiba-tiba mereka terdampar di sebuah pulau di arah
matahari terbenam, suatu pulau yang mereka semua tidak tahu pasti dimana tempat
kedudukannya.
Mereka menepi dengan sebuah sampan
kecil dan memasuki pulau tersebut. Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan munculnya
binatang yang berbulu sangat tebal, sehingga tidak diketahui mana bagian
kepalanya dan mana bagian ekornya. Tamim sempat berkata kepada binatang
tersebut, tentunya tanpa mengharapkan jawaban apa-apa, terlontar begitu saja
karena rasa terkejut, "Apakah kamu ini?"
Tetapi sungguh mengejutkan,
ternyata binatang tersebut memberikan jawaban, "Saya adalah al
Jassasah..!!"
"Apakah al Jassasah itu?"
Tanya Tamim.
Binatang tersebut mengabaikan
pertanyaan mereka dan justru berkata, "Wahai kaum, pergilah kalian kepada
orang yang berada di dalam biara di sana ,
karena sesungguhnya ia sangat merindukan berita dari kalian…!!"
Tak jauh dari pantai tersebut
memang tampak sebuah bangunan yang menempel pada dinding gunung, yang
sebenarnya lebih tepat disebut sebagai gua daripada biara. Mendengar penuturan
tersebut, mereka segera berlalu menjauhi binatang aneh yang menakutkan
tersebut. Mereka berfikir, binatang tersebut adalah syaitan atau penjelmaan
syaitan.
Mereka bergegas memasuki gua,
tetapi sekali lagi mereka mendapati pemandangan mengejutkan. Seorang lelaki
tinggi besar dan sangat tegap tubuhnya tampak terbelenggu pada dinding gua.
Kedua tangannya terikat dengan rantai besar ke kuduknya. Antara kedua lutut dan
dua mata kakinya terdapat rantai besar yang membelenggunya sehingga ia tidak
mungkin keluar dari gua tersebut. Tamim dan teman-temannya bertanya,
"Siapakah engkau ini??"
Seperti halnya binatang yang
mengaku bernama Jassasah tadi, lelaki tinggi besar tersebut tidak mau membuka
hakikat dirinya. Tetapi ia berkata, "Kalian telah mengetahui keadaanku
seperti ini, karena itu beritahukanlah kepadaku, siapakah kalian ini?"
"Kami adalah orang-orang dari
Arab…" Kata Tamim ad Daari.
Kemudian Tamim menceritakan keadaan
mereka sejak terkatung-katung di lautan, sampai akhirnya terdampar di pantai,
bertemu binatang yang mengaku bernama al Jassasah, dan menyuruhnya untuk
menemui seorang lelaki di dalam biara
atau gua tersebut. Tamim menutup ceritanya dengan berkata, "Kami bergegas
meninggalkan dia (al Jassasah) dan menemui engkau karena kami merasa tidak
aman, jangan-jangan dia itu syaitan..!!"
Lelaki tersebut tidak banyak
menanggapi cerita Tamim, ia justru berkata, "Beritahukanlah kepadaku
tentang desa Nakhl Baisan!"
Nakhl Baisan adalah sebuah negeri
yang terkenal di dekat Syam lama, dan termasuk dalam wilayah Palestina. Tamim
berkata, "Tentang apanya yang ingin engkau ketahui?"
"Tentang kurmanya, apa
berbuah?"
"Ya, masih berbuah!!"
Kata Tamim.
"Ketahuilah, sesungguhnya tidak
lama lagi kurma-kurma tersebut akan tidak berbuah lagi..!!" Kata lelaki tersebut.
Sesaat kemudian lelaki tersebut
berkata, "Beritahukanlah kepadaku tentang danau ath Thabariyah..!!"
Danau ath Thabariyah adalah sebuah
danau besar yang terletak sekitar 150 km dari Baitul Makdis. Lebarnya sekitar
10 km dan panjangnya sekitar 15 km, airnya tawar manis dan cukup banyak ikannya
sehingga menjadi sumber penghidupan masyarakat sekitarnya. Danau ini cukup
dalam dan dapat dilayari kapal, tetapi makin hari airnya makin berkurang. Tamin
bertanya kepada lelaki tersebut, "Tentang apanya yang ingin engkau
ketahui?"
"Apakah masih ada
airnya?"
"Ya, airnya banyak
sekali!!"
"Ketahuilah, bahwa airnya akan
berangsur berkurang dan akhirnya akan habis..!!" Kata lelaki tersebut.
Kemudian ia bertanya lagi,
"Beritahukanlah kepadaku tentang mata air azh Zughar!!"
"Tentang apanya yang ingin
engkau ketahui?"
"Apakah sumbernya memancarkan
air yang bisa digunakan penduduknya untuk menyiram tananamnya?"
"Benar," Kata Tamim,
"Airnya sangat banyak dan penduduk sekitarnya menggunakannya untuk
bercocok tanam."
Lelaki tersebut bertanya lagi,
"Beritahukanlah kepadaku tentang Nabi yang ummi, apa yang
dilakukannya..!!"
Walaupun Tamim dan orang-orang yang
bersamanya belum memeluk Islam, tetapi kabar tentang Nabi SAW memang telah
menyebar luas, bahkan dakwah Islam juga telah sampai di Syam dan Palestina. Ia
menjawab, "Beliau telah berhijrah, meninggalkan kota Makkah pindah ke Yatsrib!!"
"Apakah orang-orang Arab
memeranginya?" Tanya lelaki tersebut.
"Ya!!"
"Apakah yang dilakukannya atas
mereka?"
"Beliau telah menundukkan
orang-orang Arab terdekatnya, sehingga mereka mengikuti dan mematuhinya!!"
"Benarkah seperti itu?"
Tanya lelaki itu.
"Benar..!!" Kata Tamim.
"Ketahuilah…" Kata lelaki
itu, "Bahwasanya lebih baik bagi mereka untuk mematuhi dan mengikutinya…!!"
Setelah rangkaian panjang
pembicaraan tersebut, barulah lelaki tersebut membuka jati dirinya, ia berkata,
"Aku akan memberitahukan tentang diriku pada kalian. Aku adalah al Masih
dan aku hampir diizinkan untuk keluar (dari tempat ini). Jika aku keluar, aku
akan berjalan di muka bumi, aku tidak melewati suatu kampung/negeri kecuali aku
akan tinggal di sana selama empatpuluh malam,
kecuali kota
Makkah dan Thayyibah. Kedua kota
tersebut diharamkan atasku. Setiap aku akan memasuki kota tersebut, aku dihadang oleh para
malaikat yang membawa pedang, mereka mengancam akan memenggal kepalaku. Setiap
celah jalan di kedua kota
tersebut dijaga dengan ketat oleh para malaikat…!!"
Tamim dan teman-temannya
terperangah kaget dengan pengakuan lelaki tersebut sebagai al Masih. Bagi Tamim ad Daari yang seorang pendeta dan cukup
menguasai injil, nama al Masih tentulah tidak asing. Hanya ada dua al Masih,
yakni al Masih Isa ibnu Maryam dan al Masih ad Dajjal. Setiap Nabi dan Rasul
selalu mengingatkan umatnya akan bahaya dan fitnah terbesar dari al Masih ad
Dajjal ini, termasuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Bahkan beliau
mengajarkan suatu doa perlindungan, yang disunnahkan dibaca pada sujud terakhir
atau setelah takhiyat akhir sebelum mengucap salam dari setiap shalat fardhu
yang kita lakukan, yaitu sbb. : "Allaahumma innii a'uudzubika min
'adzaabil qabri, wamin 'adzaabin naar, wamin fitnatil mahyaa wal mamaat, wamin
fitnatil masiikhad dajjaal."
Artinya adalah : "Ya Allah,
sesungguhnya saya berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan dari siksa api neraka,
dan dari fitnahnya kehidupan dan kematian, serta dari fitnahnya al masiih ad
dajjal."
Dalam pemikiran Tamim, kalau al
Masih Isa ibnu Maryam telah wafat di tiang salib, begitu menurut kepercayaannya
sebagai seorang Nashrani saat itu, tentulah lelaki tinggi besar dan kekar di
depannya ini adalah al Masih ad Dajjal,
yang akan menjadi fitnah terbesar di akhir zaman, begitu kesimpulan yang
diambil oleh Tamim ad Daari. Karena itu
segera saja ia mengajak teman-temannya untuk meninggalkan pulau tersebut. Walau
dalam keadaan terbelenggu saat itu, ia khawatir sang Dajjal tersebut akan
menimbulkan bahaya bagi diri dan teman-temannya.
Setelah keluar dari pulau tersebut
dan kembali mengarungi lautan lepas, perahu yang ditumpanginya mendapat
pertolongan dari perahu lain dan akhirnya bisa pulang ke tempat asalnya di
Palestina.
Tamim merenungi segala peristiwa
yang dialaminya, khususnya pertemuan dengan seorang lelaki yang mengaku sebagai
al Masih ad Dajjal di dalam gua di suatu pulau terpencil di tengah samudra,
yang ia belum tentu bisa menemukan pulau itu lagi. Satu "nasehat"
dari Sang Dajjal yang cukup melekat di benaknya, yakni : "Ketahuilah,
bahwasanya lebih baik bagi mereka untuk mematuhi dan mengikutinya…!!"
Akhirnya ia memutuskan untuk
mengikuti "nasehat" tersebut. Ia menyiapkan tunggangan dan perbekalan
secukupnya kemudian memacunya mengarungi samudra pasir menuju Madinah. Setelah
beberapa hari berjalan, ia sampai di Madinah dan segera menemui Nabi SAW untuk
berba'iat memeluk Islam. Ia juga menceritakan semua pengalamannya ketika
terombang-ambing di lautan, sampai kemudian bertemu dengan Dajjal, yang
akhirnya membawanya kepada hidayah untuk memeluk Islam tersebut.
Keesokan harinya, setelah shalat
shubuh, Nabi SAW berdiri di mimbar, sambil tersenyum beliau bersabda,
"Hendaknya setiap orang tetap tinggal di tempat shalatnya. Tahukah kalian,
kenapa aku mengumpulkan kalian saat ini?"
"Hanya Allah dan Rasul-Nya
yang lebih mengetahui…!!" Kata para sahabat.
Beliau bersabda lagi, "Sesungguhnya
aku, demi Allah, mengumpulkan kalian bukan karena ada pengharapan atau
ketakutan, tetapi aku mengumpulkan kalian karena Tamim ad Daari, yang dahulunya
seorang Nashrani datang kepadaku untuk berba'iat memeluk Islam. Ia menceritakan
kepadaku, seperti yang pernah aku sampaikan kepada kalian tentang Dajjal…"
Nabi SAW kemudian menceritakan
pengalaman Tamim ad Daari sejak terombang-ambing di lautan selama satu bulan sampai akhirnya terdampar di suatu
pulau yang dihuni oleh al Masih ad Dajjal. Beliau menceritakannya secara
mendetail seperti ketika Tamim menceritakannya kepada beliau. Setelah sampai pada perkataan Dajjal tentang
dua kota , Makkah dan Thayyibah, beliau
memukulkan tongkat beliau pada mimbar dan bersabda, "Inilah Thayyibah,
inilah Thayyibah, inilah Thayyibah, yakni kota
Madinah ini. Bukankah aku telah memberitahukan hal ini kepada kalian?"
"Benar, ya
Rasulullah..!!" Kata para sahabat.
Kemudian beliau bersabda lagi,
"Sungguh cerita Tamim ini sesuai benar dengan apa yang telah aku sampaikan
kepada kalian (tentang Dajjal), dan juga tentang kota Makkah dan Madinah. Ketahuilah, Dajjal
ini berada di laut Syam atau di laut Yaman…"
Sesaat terdiam, kemudian beliau
bersabda lagi, "Oh, tidak!! Tetapi dia akan datang dari arah timur…dari
arah timur…dari arah timur…!!" Sambil bersabda tersebut, tangan beliau
menunjuk ke arah timur, arah yang jauh di timur.
Peristiwa tersebut seolah menjadi
kelebihan bagi Tamim ad Daari. Walaupun ia termasuk sahabat yang memeluk Islam
pada masa-masa akhir sehingga hampir tidak pernah terjun dalam medan jihad bersama
Rasulullah SAW, (sebagian riwayat
menyebutkan, ia memeluk Islam pada tahun 9 hijriah) tetapi peristiwa yang
dialaminya tersebut seolah menjadi hujjah dan bukti kebenaran dari apa yang
disampaikan Nabi SAW tentang Dajjal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar