Minggu, 21 September 2014

Fathimah binti Qais RA

Fathimah binti Qais adalah salah seorang sahabiah yang memeluk Islam pada masa-masa awal, bersama suaminya Ibnu Mughirah, seorang pemuda terpandang dari kalangan Quraisy. Ia adalah saudara dari Adh Dhahak  bin Qais, salah seorang sahabat Nabi SAW juga, dan termasuk dalam kelompok muhajirah angkatan pertama. Sebagian riwayat menyebutkan, ia merupakan salah satu wanita tercantik di jazirah Arabia saat itu.
Beberapa waktu berselang, suaminya, Ibnu Mughirah gugur sebagai syahid dalam salah satu pertempuran bersama Rasulullah SAW. Sebagai seorang janda yang sangat cantik, banyak sekali orang yang ingin melamarnya menjadi istri, termasuk Abdurahman bin Auf dan Rasulullah SAW, tetapi untuk sahabat kesayangan beliau, Usamah bin Zaid. Maka Fathimah memilih untuk menerima pinangan Rasulullah SAW untuk Usamah, yang sebenarnya secara penampilan fisik, sangat tidak sepadan dengan dirinya. Alasan Fathimah sangat sederhana, ia mendengar Nabi SAW pernah bersabda, "Barang siapa yang mencintai aku, hendaklah ia mencintai Usamah..!!"
Sebagian riwayat lain menyebutkan, setelah menjadi janda, Fathimah binti Qais sangat ingin diperistri oleh Nabi SAW, untuk lebih  menyempurnakan kecintaannya kepada beliau. Karena itu, setelah masa iddahnya selesai, ia datang kepada Nabi SAW dan berkata, "Ya Rasulullah, urusanku berada di tangan engkau, nikahkanlah saya dengan siapa saja yang engkau kehendaki….!!"
Tentu saja dengan ucapannya yang ‘bersayap’ tersebut, ia bermaksud agar beliau sendiri yang mengambilnya sebagai istri. Atas ucapannya ini, beliau bersabda, "Pindahlah engkau ke rumah Ummu Syarik..!!"
Ummu Syarik yang dimaksud adalah seorang sahabiah Anshar kaya raya yang banyak berinfak di jalan Allah, bukan Ummu Syarik Ghazyah binti Jabir, seorang sahabiah dari kalangan kaum Quraisy yang masih tinggal di Makkah. Fathimah berkata, "Baiklah, Rasulullah, saya akan melakukan itu..!!"
Tetapi beberapa saat kemudian Nabi SAW bersabda lagi, "Janganlah engkau lakukan! Sesungguhnya Ummu Syarik itu seorang wanita yang sering didatangi oleh tamu-tamu, dan aku tidak suka kerudung (jilbab)mu terlepas atau pakaianmu terbuka dan terlihat betismu, lalu dilihat oleh kaum itu apa yang tidak engkau sukai mereka melihatnya. Pindahlah kamu ke rumah anak pamanmu, Abdullah bin Amr bin Ummi Maktum…!!"
Fathimah dan Abdullah bin Amr sama-sama berasal dari Bani Fahr, yakni Bani Fihr Quraisy, sehingga ia bisa lebih nyaman dan aman bersama mereka. Setelah beberapa waktu berlalu, dan tidak ada perintah (wahyu) kepada Nabi SAW untuk menikahi Fathimah binti Qais, maka beliau menikahkannya dengan Usamah bin Zaid, kesayangan putra dari kesayangan Rasulullah SAW.
Para orientalis dan sejarawan dunia yang tidak suka kepada Islam, sering menuduh Nabi SAW sebagai seseorang yang mempunyai "perilaku seksual" menyimpang karena menikah sampai sebelas kali, dan hidup bersama dengan sembilan istri sampai beliau meninggal. Sungguh tuduhan yang tidak berdasar dan sangat tendensius, karena rasa tidak suka semata. Menurut sebagian ulama, peristiwa dengan Fathimah binti Qais ini membuktikan ketidak benaran tuduhan tersebut. Kalau memang benar seperti itu, tentulah beliau akan menikahi Fathimah binti Qais karena ia merupakan salah satu wanita tercantik di jazirah Arabia saat itu, apalagi ia telah menyerahkan urusannya kepada beliau. Tidaklah beliau mengatakan atau melakukan sesuatu kecuali karena telah ada wahyu atau bimbingan wahyu kepada beliau.
Pada kondisi yang lain, Nabi SAW "dipaksa" oleh wahyu untuk menikahi Zainab binti Jahsy walau secara etika dan adat bangsa Arab saat itu sangat bertentangan. Zainab binti Jahsy adalah janda (karena perceraian) dari Zaid bin Haritsah, yang pernah dijadikan anak angkat oleh Nabi SAW, sampai turun wahyu yang melarang budaya dan tradisi mengambil dan menjadikan "anak angkat" seperti halnya anak kandung, yang saat itu umum terjadi di masyarakat Arab.
Wallahu a'lam bissawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar