Fathimah binti Qais adalah salah
seorang sahabiah yang memeluk Islam pada masa-masa awal, bersama suaminya Ibnu
Mughirah, seorang pemuda terpandang dari kalangan Quraisy. Ia adalah saudara
dari Adh Dhahak bin Qais, salah seorang
sahabat Nabi SAW juga, dan termasuk dalam kelompok muhajirah angkatan pertama.
Sebagian riwayat menyebutkan, ia merupakan salah satu wanita tercantik di
jazirah Arabia saat itu.
Beberapa waktu berselang, suaminya,
Ibnu Mughirah gugur sebagai syahid dalam salah satu pertempuran bersama
Rasulullah SAW. Sebagai seorang janda yang sangat cantik, banyak sekali orang
yang ingin melamarnya menjadi istri, termasuk Abdurahman bin Auf dan Rasulullah
SAW, tetapi untuk sahabat kesayangan beliau, Usamah bin Zaid. Maka Fathimah
memilih untuk menerima pinangan Rasulullah SAW untuk Usamah, yang sebenarnya
secara penampilan fisik, sangat tidak sepadan dengan dirinya. Alasan Fathimah
sangat sederhana, ia mendengar Nabi SAW pernah bersabda, "Barang siapa
yang mencintai aku, hendaklah ia mencintai Usamah..!!"
Sebagian riwayat lain menyebutkan,
setelah menjadi janda, Fathimah binti Qais sangat ingin diperistri oleh Nabi
SAW, untuk lebih menyempurnakan
kecintaannya kepada beliau. Karena itu, setelah masa iddahnya selesai, ia
datang kepada Nabi SAW dan berkata, "Ya Rasulullah, urusanku berada di
tangan engkau, nikahkanlah saya dengan siapa saja yang engkau
kehendaki….!!"
Tentu saja dengan ucapannya yang
‘bersayap’ tersebut, ia bermaksud agar beliau sendiri yang mengambilnya sebagai
istri. Atas ucapannya ini, beliau bersabda, "Pindahlah engkau ke rumah
Ummu Syarik..!!"
Ummu Syarik yang dimaksud adalah
seorang sahabiah Anshar kaya raya yang banyak berinfak di jalan Allah, bukan
Ummu Syarik Ghazyah binti Jabir, seorang sahabiah dari kalangan kaum Quraisy
yang masih tinggal di Makkah. Fathimah berkata, "Baiklah, Rasulullah, saya
akan melakukan itu..!!"
Tetapi beberapa saat kemudian Nabi
SAW bersabda lagi, "Janganlah engkau lakukan! Sesungguhnya Ummu Syarik itu
seorang wanita yang sering didatangi oleh tamu-tamu, dan aku tidak suka
kerudung (jilbab)mu terlepas atau pakaianmu terbuka dan terlihat betismu, lalu
dilihat oleh kaum itu apa yang tidak engkau sukai mereka melihatnya. Pindahlah
kamu ke rumah anak pamanmu, Abdullah bin Amr bin Ummi Maktum…!!"
Fathimah dan Abdullah bin Amr
sama-sama berasal dari Bani Fahr, yakni Bani Fihr Quraisy, sehingga ia bisa
lebih nyaman dan aman bersama mereka. Setelah beberapa waktu berlalu, dan tidak
ada perintah (wahyu) kepada Nabi SAW untuk menikahi Fathimah binti Qais, maka
beliau menikahkannya dengan Usamah bin Zaid, kesayangan putra dari kesayangan
Rasulullah SAW.
Para orientalis dan sejarawan dunia
yang tidak suka kepada Islam, sering menuduh Nabi SAW sebagai seseorang yang
mempunyai "perilaku seksual" menyimpang karena menikah sampai sebelas
kali, dan hidup bersama dengan sembilan istri sampai beliau meninggal. Sungguh
tuduhan yang tidak berdasar dan sangat tendensius, karena rasa tidak suka
semata. Menurut sebagian ulama, peristiwa dengan Fathimah binti Qais ini
membuktikan ketidak benaran tuduhan tersebut. Kalau memang benar seperti itu,
tentulah beliau akan menikahi Fathimah binti Qais karena ia merupakan salah
satu wanita tercantik di jazirah Arabia saat
itu, apalagi ia telah menyerahkan urusannya kepada beliau. Tidaklah beliau
mengatakan atau melakukan sesuatu kecuali karena telah ada wahyu atau bimbingan
wahyu kepada beliau.
Pada kondisi yang lain, Nabi SAW
"dipaksa" oleh wahyu untuk menikahi Zainab binti Jahsy walau secara
etika dan adat bangsa Arab saat itu sangat bertentangan. Zainab binti Jahsy
adalah janda (karena perceraian) dari Zaid bin Haritsah, yang pernah dijadikan
anak angkat oleh Nabi SAW, sampai turun wahyu yang melarang budaya dan tradisi
mengambil dan menjadikan "anak angkat" seperti halnya anak kandung,
yang saat itu umum terjadi di masyarakat Arab.
Wallahu a'lam bissawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar