Lelaki dari Kabilah Tanukhi, utusan
kaisar Hiraqla ini mungkin memang bukan seorang sahabat Nabi SAW karena tidak
ada riwayat resmi yang menjelaskan ia akhirnya memeluk Islam. Tetapi kisahnya
dihadirkan di sini karena ia juga menjadi saksi kebenaran Kenabian Nabi
Muhammad SAW dan Risalah Islam. Lelaki ini dirujuk sebagai utusan Hiraqla, oleh
seorang Arab beragama Nashrani dari kabilah Tujib yang tinggal di Syam, karena
kefasihannya dalam bahasa Arab dan kekuatan hafalannya.
Dengan membawa surat
balasan Hiraqla untuk Nabi SAW, ia menemui beliau yang berada di Tabuk, dengan
diantar Dihyah al Kalbi, sahabat yang ditugaskan menyampaikan surat dakwah kepada Hiraqla. Sesampainya di
hadapan Nabi SAW, ia menyerahkan surat tersebut. Ia
memperhatikan dengan seksama segala apa yang terjadi dan akan diucapkan
Rasullulah SAW, karena selain surat tersebut, Hiraqla meminta untuk
memperhatikan tiga perkara, tentang surat ajakan Islam kepada Hiraqla, tentang
waktu malam, dan tentang tanda kenabian.
Nabi SAW bertanya tentang asal
kabilahnya. Ketika dijawab dari kabilah Tanukh, maka beliau bertanya lagi,
"Apakah engkau masih memeluk agama al hanifiyyah, yaitu agama nenek moyang
kalian, Ibrahim?"
Lelaki ini terkejut dengan
pertanyaan Nabi SAW, tetapi secara diplomatis ia berkata, "Sesungguhnya
aku adalah utusan dari suatu kaum, dan aku berada di atas agama kaum tersebut.
Aku tidak akan meninggalkan agama itu hingga aku kembali kepada mereka."
Nabi SAW bersabda lagi,
"Sesungguhnya engkau tidak bisa memberi hidayah kepada orang yang engkau
kasihi, tetapi Allahlah yang memberikan
hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan Dia lebih tahu siapakah
yang mendapat petunjuk. Wahai Saudara dari Tanukh, Sesungguhnya aku telah
menulis surat kepada Najasyi, Raja Habasyah (bukan Najasyi yang telah masuk
Islam dan telah wafat, dan Rasulullah shalat ghaib untuknya), tetapi ia telah
menyobeknya sehingga Allah menyobek tubuhnya dan kerajaannya. Dan aku telah
menulis surat
kepada rajamu, dan ia tidak menyobeknya, maka rakyatnya akan merasa selalu
segan kepadanya, selama masih ada kebaikan dalam kehidupannya."
Lelaki Tanukh ini berkata dalam
hati, "Ini adalah hal pertama yang dipesankan oleh Hiraqla."
Ia mengambil anak panah, dan menuliskan pesan tersebut di
atas sarung pedangnya. Ia melihat Nabi SAW memberikan surat Hiraqla kepada seseorang di sebelahnya
untuk membacakan isinya. Ketika ia bertanya tentang siapa pembaca surat itu, ia mendapat
jawaban, "Muawiyah."
Ketika Muawiyah bin Abu Sufyan
membaca sampai pada suatu kalimat, "Engkau menyeruku kepada jannah yang
luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,
jika demikian dimana letaknya neraka?"
Atas pertanyaan dalam surat tersebut, Nabi SAW
bersabda, "Maha Suci Allah, dimanakah perginya malam jika siang
menjelma?"
Lelaki Tanukh ini berkata dalam
hati, "Ini adalah hal kedua yang dipesankan oleh Hiraqla."
Seperti sebelumnya, ia menuliskan
di sarung pedangnya dengan anak panah perkataan Nabi SAW tersebut. Setelah surat selesai dibacakan,
Nabi SAW bersabda, "Engkau adalah seorang utusan, karena itu engkau
mempunyai hak. Jika kami masih mempunyai barang, kami akan menghadiahkannya
kepadamu, tetapi kami adalah musafir yang sedang kehabisan bekal."
Salah seorang sahabat yang hadir
kemudian mengatakan kalau akan memberikan hadiah untuk lelaki Tanukh itu. Ia
mengeluarkan perbekalannya, dan memberikan satu kain yang berasal dari
Shafurriyyah, dan diletakkannya di atas
pangkuan lelaki Tanukh. Ketika ditanyakan tentang nama pemilik kain tersebut,
seseorang mengatakan, "Utsman".
Nabi SAW bersabda lagi,
"Siapakah yang bersedia memberikan tempat menginap bagi lelaki ini?"
Seorang pemuda dari kalangan Anshar
menyanggupinya. Ketika Lelaki Tanukh tersebut berdiri untuk mengikuti pemuda
Anshar, Rasulullah SAW memanggilnya kembali dan berkata, "Berdirilah kamu
di belakangku sebagaimana kamu telah diperintahkan."
Kemudian Rasulullah SAW membuka
sedikit pakaian beliau di bagian punggungnya, sehingga lelaki Tanukh itu bisa
melihat tanda kenabian yang berada di tulang rawan pundak, yang bentuknya
seperti bekas bekam. Seketika lelaki ini berkata dalam hati, "Ini adalah
hal ketiga yang dipesankan oleh Hiraqla."
Seperti sebelumnya, ia menuliskan
di sarung pedangnya dengan anak panah tentang apa yang dilihatnya. Lengkaplah
sudah apa yang dipesankan Hiraqla bagi dirinya sebagai utusan, semua itu
dijawab dan ditunjukkan Nabi SAW kepadanya tanpa ia menyampaikannya kepada Nabi
SAW.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar