Minggu, 21 September 2014

Seorang Lelaki Kabilah Tanukhi, Utusan Hiraqla

Lelaki dari Kabilah Tanukhi, utusan kaisar Hiraqla ini mungkin memang bukan seorang sahabat Nabi SAW karena tidak ada riwayat resmi yang menjelaskan ia akhirnya memeluk Islam. Tetapi kisahnya dihadirkan di sini karena ia juga menjadi saksi kebenaran Kenabian Nabi Muhammad SAW dan Risalah Islam. Lelaki ini dirujuk sebagai utusan Hiraqla, oleh seorang Arab beragama Nashrani dari kabilah Tujib yang tinggal di Syam, karena kefasihannya dalam bahasa Arab dan kekuatan hafalannya.
Dengan membawa surat balasan Hiraqla untuk Nabi SAW, ia menemui beliau yang berada di Tabuk, dengan diantar Dihyah al Kalbi, sahabat yang ditugaskan menyampaikan surat dakwah kepada Hiraqla. Sesampainya di hadapan Nabi  SAW, ia menyerahkan surat tersebut. Ia memperhatikan dengan seksama segala apa yang terjadi dan akan diucapkan Rasullulah SAW, karena selain surat tersebut, Hiraqla meminta untuk memperhatikan tiga perkara, tentang surat ajakan Islam kepada Hiraqla, tentang waktu malam, dan tentang tanda kenabian.
Nabi SAW bertanya tentang asal kabilahnya. Ketika dijawab dari kabilah Tanukh, maka beliau bertanya lagi, "Apakah engkau masih memeluk agama al hanifiyyah, yaitu agama nenek moyang kalian, Ibrahim?"
Lelaki ini terkejut dengan pertanyaan Nabi SAW, tetapi secara diplomatis ia berkata, "Sesungguhnya aku adalah utusan dari suatu kaum, dan aku berada di atas agama kaum tersebut. Aku tidak akan meninggalkan agama itu hingga aku kembali kepada mereka."
Nabi SAW bersabda lagi, "Sesungguhnya engkau tidak bisa memberi hidayah kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allahlah yang  memberikan hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan Dia lebih tahu siapakah yang mendapat petunjuk. Wahai Saudara dari Tanukh, Sesungguhnya aku telah menulis surat kepada Najasyi, Raja Habasyah (bukan Najasyi yang telah masuk Islam dan telah wafat, dan Rasulullah shalat ghaib untuknya), tetapi ia telah menyobeknya sehingga Allah menyobek tubuhnya dan kerajaannya. Dan aku telah menulis surat kepada rajamu, dan ia tidak menyobeknya, maka rakyatnya akan merasa selalu segan kepadanya, selama masih ada kebaikan dalam kehidupannya."
Lelaki Tanukh ini berkata dalam hati, "Ini adalah hal pertama yang dipesankan oleh Hiraqla."
Ia mengambil  anak panah, dan menuliskan pesan tersebut di atas sarung pedangnya. Ia melihat Nabi SAW memberikan surat Hiraqla kepada seseorang di sebelahnya untuk membacakan isinya. Ketika ia bertanya tentang siapa pembaca surat itu, ia mendapat jawaban, "Muawiyah."
Ketika Muawiyah bin Abu Sufyan membaca sampai pada suatu kalimat, "Engkau menyeruku kepada jannah yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, jika demikian dimana letaknya neraka?"
Atas pertanyaan dalam surat tersebut, Nabi SAW bersabda, "Maha Suci Allah, dimanakah perginya malam jika siang menjelma?"
Lelaki Tanukh ini berkata dalam hati, "Ini adalah hal kedua yang dipesankan oleh Hiraqla."
Seperti sebelumnya, ia menuliskan di sarung pedangnya dengan anak panah perkataan Nabi SAW tersebut. Setelah surat selesai dibacakan, Nabi SAW bersabda, "Engkau adalah seorang utusan, karena itu engkau mempunyai hak. Jika kami masih mempunyai barang, kami akan menghadiahkannya kepadamu, tetapi kami adalah musafir yang sedang kehabisan bekal."
Salah seorang sahabat yang hadir kemudian mengatakan kalau akan memberikan hadiah untuk lelaki Tanukh itu. Ia mengeluarkan perbekalannya, dan memberikan satu kain yang berasal dari Shafurriyyah, dan diletakkannya di atas  pangkuan lelaki Tanukh. Ketika ditanyakan tentang nama pemilik kain tersebut, seseorang mengatakan, "Utsman".
Nabi SAW bersabda lagi, "Siapakah yang bersedia memberikan tempat menginap bagi lelaki ini?"
Seorang pemuda dari kalangan Anshar menyanggupinya. Ketika Lelaki Tanukh tersebut berdiri untuk mengikuti pemuda Anshar, Rasulullah SAW memanggilnya kembali dan berkata, "Berdirilah kamu di belakangku sebagaimana kamu telah diperintahkan."
Kemudian Rasulullah SAW membuka sedikit pakaian beliau di bagian punggungnya, sehingga lelaki Tanukh itu bisa melihat tanda kenabian yang berada di tulang rawan pundak, yang bentuknya seperti bekas bekam. Seketika lelaki ini berkata dalam hati, "Ini adalah hal ketiga yang dipesankan oleh Hiraqla."
Seperti sebelumnya, ia menuliskan di sarung pedangnya dengan anak panah tentang apa yang dilihatnya. Lengkaplah sudah apa yang dipesankan Hiraqla bagi dirinya sebagai utusan, semua itu dijawab dan ditunjukkan Nabi SAW kepadanya tanpa ia menyampaikannya kepada Nabi SAW.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar