Minggu, 09 November 2014

Seorang Pemuda yang Qana’ah

            Nabi SAW mengirimkan beberapa sahabat ke Yaman untuk menyeru kabilah-kabilah di sana kepada Islam, dan sebagian besar menerima dakwah para sahabat tersebut, salah satunya adalah kabilah Tujib. Beberapa waktu kemudian, kabilah Bani Tujib ini mengirimkan utusan sebanyak tigabelas orang kepada Nabi SAW di Madinah. Tujuannya untuk mengukuhkan keislaman mereka di hadapan beliau, sekaligus menyerahkan shadaqah dari kelebihan harta yang mereka miliki.
            Setibanya di Madinah, mereka disambut gembira oleh Nabi SAW. Setelah beberapa hari tinggal untuk mempelajari Al Qur’an dan beberapa ajaran-ajaran Islam langsung dari Nabi SAW, mereka berpamitan. Seperti biasanya, beliau memberi perbekalan dan hadiah yang lebih baik kepada mereka. Kemudian beliau bersabda, “Apakah kalian semua telah memperoleh perbekalan dan bingkisan yang cukup?”
            Mereka membenarkan, tetapi tiba-tiba salah seorang dari mereka berkata, “Wahai Rasulullah, seorang pemuda tinggal di dalam kemah, ia sedang menjaga tunggangan-tunggangan kami. Ia yang paling muda di antara kami yang datang…!!”
            “Panggillah dia kesini,” Kata Nabi SAW.
            Pemuda itu didatangkan, dan Nabi SAW telah mempersiapkan hadiah sebagaimana teman-temannya. Setelah mengucapkan salam, pemuda itu berkata, “Demi Allah, tidak ada sesuatu yang membuatku sibuk tentang utusan negeriku (sehingga aku tidak membutuhkan apapun). Wahai Rasulullah, sesungguhnya tidak ada yang mendorongku keluar rumah menuju engkau, kecuali agar engkau mendoakan aku agar Allah mengampuni dan merahmati aku, dan menjadikan hatiku merasa selalu berkecukupan (Dalam riwayat lain dengan maksud yang sama : ...dan menjadikan kekayaanku ada di dalam hatiku)…!!”
            Nabi SAW menatap pemuda tersebut penuh kekaguman. Tidak biasanya seorang pemuda yang emosinya masih labil dan jiwanya penuh gejolak memiliki sikap seperti itu, yang pantasnya dimiliki oleh orang-orang yang telah matang usianya. Tetapi jelas ada kegembiraan Nabi SAW mendengar permintaan pemuda tersebut, dan segera saja beliau mendoakan seperti permintannya. Dan tentu saja kalau Nabi SAW telah mendoakan, pastilah Allah akan mengabulkannya.
            Peristiwa tersebut terjadi pada tahun sembilan hijriah. Setahun kemudian pada tahun sepuluh hijriah, ketika sedang berlangsungnya Haji Wada, Nabi SAW bertemu lagi dengan mereka beserta orang-orang Bani Tujib lainnya, tetapi beliau tidak menemukan pemuda yang “nyeleneh” (dalam arti kebaikan) tersebut. Ketika beliau menanyakan tentang dirinya, mereka berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah, kami tidak pernah melihat orang seperti dirinya. Tidak ada orang yang begitu qana’ah (merasa cukup) terhadap rezeki Allah seperti dia. Jika semua orang bertaburkan harta dunia di sekelilingnya, ia sama sekali tidak perduli, bahkan tidak sedikitpun meliriknya…!!”
            Lagi-lagi terpancar sinar kekaguman dan ketakjuban di wajah Rasulullah SAW, tampak sekali kalau beliau begitu bahagia mendengar berita tentang pemuda tersebut. Kemudian beliau bersabda, “Alhamdulillah, sungguh saya berharap agar ia mati seluruhnya…!!”
            Perkataan Nabi SAW yang mengandung “teka-teki”tersebut, memancing pertanyaan salah satu dari mereka, “Wahai Rasulullah, bukankah seseorang itu jika mati, maka mati pula semuanya?”
            Nabi SAW bersabda, “Hawa nafsu dan kepedihan-kepedihannya tercerai-berai di berbagai bukit dunia, dan boleh jadi ajalnya hanya diketahui di sebagian bukit itu. Tetapi Allah tidak perduli dimana ia akan binasa/ meninggal (karena ia tetap menjadi orang kecintaan-Nya)…!!”
            Ketika Nabi SAW wafat dan cukup banyak orang yang murtad, pemuda itu tetap teguh dalam keimanan dan qana’ahnya. Bahkan ia aktif mengingatkan kaumnya, menasehati dan memerintahkan mereka untuk tetap teguh hati dalam keislaman walaupun Nabi SAW telah tiada.

9 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Apaan nih gk guna. Gausah buat arrikel lagi lo:v

    BalasHapus
  3. MasyaAllah. ..semoga Allah subhanahu wataallah meneguhkan ku diatas jln yg lurus

    BalasHapus
  4. Sulit menemukan orang yang berkualitas seperti zaman shahabat. Yang tidak silau dg gemerlap dunia. Semoga tulisan ini menginspirasi kita untuk terus belajar berbuat kebaikan....

    BalasHapus
  5. Syukron y buat artikelnya sngt membantu, terus berkarya jgn dengarkan omongan orng" yng g suka sma kita, tetap tegar dan selalu mengingat Allah Subahanallahu ta'ala dlm berbagai urusan. Sekali lagi makasih buat artikelnya y

    BalasHapus