Seorang wanita Anshar hanya tinggal berdua dengan anak
lelaki satu-satunya, tidak ada saudara atau kerabat lainnya yang mereka miliki.
Kemungkinan besar, suami dan kerabat lainnya dari wanita ini telah gugur
sebagai syuhada, sebagaimana sebagian besar sahabat Anshar yang mengorbankan
jiwa dan harta mereka di jalan Allah. Membaktikan hidupnya untuk membela Nabi
SAW dan kejayaan Islam hingga akhirnya bisa tersebar ke seluruh penjuru dunia.
Suatu
ketika anak muda Anshar tersebut sakit parah beberapa waktu lamanya. Anas bin
Malik dan beberapa sahabat lainnya menjenguknya. Saat itu sakitnya makin parah,
bahkan ia dalam keadaan sakaratul maut sehingga para sahabat menungguinya
sehingga nyawanya telah benar-benar kembali ke rahmat Allah. Mereka menutupkan
kain ke wajah pemuda tersebut.
Tiba-tiba
datanglah ibu dari pemuda tersebut, mendekati tempat tidur anaknya. Salah
seorang dari mereka berkata, “Wahai ibu, berpasrahlah engkau kepada keputusan
Allah, dan mengharaplah pahala dari-Nya…!!”
“Apakah
anakku sudah mati?” Tanya perempuan itu.
“Ya…!!”
Kata mereka.
“Benarkah
apa yang kalian katakan??” Tanya perempuan itu lagi.
“Benar..!!”
Kata mereka, menegaskan.
Wanita
Anshar itu menghadapkan wajah ke kiblat kemudian mengangkat tangan, dan berdoa,
“Ya Allah, Engkau tahu bahwa aku pasrah kepada-Mu, dan berhijrah kepada
Rasul-Mu Muhammad SAW, dengan harapan Engkau akan menolongku dalam setiap
kesulitan. Ya Allah, janganlah Engkau timpakan musibah ini pada hari ini…!!”
Kemudian
wanita tersebut membuka kain yang telah ditutupkan para sahabat ke wajah
anaknya, memandang dan menyentuhnya dengan penuh kasih sayang.
Tidak lama berselang, sebelum para sahabat
meninggalkan rumah itu, tampak wanita Anshar tersebut dan anaknya tengah makan
bersama. Mereka akhirnya kembali, kemudian ikut makan bersama ibu dan anaknya
tersebut dengan perasaan takjub.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus