Minggu, 09 November 2014

Harits bin ash Shimmah RA

Pada perang Uhud, sempat tersiar kabar bahwa Nabi SAW telah terbunuh, hal ini membuat Harits bin Ash Shimmah langsung terduduk lemas. Kecintaannya yang begitu besar kepada Nabi SAW membuat dirinya limbung dan kehilangan fokusnya ketika mendengar beliau telah meninggal. Pandangannya kosong seakan tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Berita yang digembar-gemborkan oleh Abdullah bin Qami’ah, salah satu dari tiga tokoh Quraisy yang menyerang dan melukai Nabi SAW hingga beliau terperosok ke dalam suatu lubang, sempat membuat pasukan muslim melemah dan makin porak-poranda, bahkan ada yang telah berlari ke arah Madinah. Tetapi di sisi lain malah mengendorkan serangan kaum kafir Quraisy sehingga Nabi SAW dan beberapa sahabat yang melindungi beliau bisa bergerak menuju sisi bukit yang lebih aman (tidak dalam keadaan terkepung), walaupun tetap dengan melakukan beberapa pertempuran.
Dalam pergerakan tersebut, sahabat Ka’b bin Malik mengenali Nabi SAW, spontan saja ia berseru dengan gembira, “Bergembiralah wahai semua kaum muslim, inilah Rasulullah SAW, beliau masih hidup…!!”
Sebenarnya Nabi SAW telah mengisyaratkan kepada Ka’b untuk diam agar keadaan beliau tidak diketahui oleh pasukan musuh. Tetapi luapan kegembiraan yang begitu menggelora melihat beliau masih hidup, padahal sempat tersiar telah terbunuh, jauh lebih cepat reaksinya. Mendengar seruan Ka’b ini, beberapa sahabat langsung berkumpul di sekitar beliau, termasuk Harits bin ash Shimmah. Ia seolah-olah  mendapat suntikan darah baru dan semangat baru yang lebih bergelora. Bahkan ia memposisikan dirinya sangat dekat dengan Nabi SAW, seolah-olah ingin menjadi tameng hidup bagi beliau.
Seperti dikhawatirkan Nabi SAW, pasukan kaum kafir Quraisy akhirnya mengetahui beliau masih hidup dan kedudukan beliau. Mereka memfokuskan diri untuk menyerang sekitar tigapuluh sahabat yang mati-matian melindungi Nabi SAW, yang terus bergerak mundur ke tempat yang lebih aman. Beberapa sahabat lainnya juga berusaha membuka “jalan darah” untuk bisa bergabung dengan kelompok yang melindungi Nabi SAW ini.
Tiba-tiba seorang musyrikin bernama Utsman bin Abdullah bin Mughirah merangsek dengan kudanya ke arah Nabi SAW sambil berkata, “Aku tidak akan selamat jika Muhammad selamat!!”
Nabi SAW bangkit untuk menyambutnya, tetapi Harits bin Shimmah tak ingin kecolongan, ia segera berdiri di depan Nabi SAW untuk menyambut serangan tersebut. Kuda Utsman terperosok, dan Harits langsung membabat kaki Utsman hingga ia jatuh terduduk. Tetapi rekan Utsman, Abdullah bin Jabir langsung menyerang Harits hingga pundaknya terluka. Abu Dujanah datang menyelamatkan Harits, dengan pedang pemberian Rasulullah SAW, ia berhasil memenggal kepala Ibnu Jabir dengan satu sabetan saja.
Walaupun jumlah pasukan musyrikin yang mengepung itu ratusan atau mungkin sampai seribu orang, ternyata tidak mudah menaklukan sekitar 30 sahabat yang berjuang dengan semangat laksana singa kelaparan tersebut. Mereka akhirnya bisa lolos dari kepungan dan bersembunyi di bukit tersebut. Pasukan musyrikin sendiri tampaknya tidak terlalu semangat melanjutkan penyerangan seperti sebelumnya. Tetapi Harits bin Shimmah tidak mau beranjak dari sisi Nabi SAW walau pundaknya terluka parah. Pedang, tombak dan panahnya juga masih dalam keadaan “terhunus”, siap digunakan sewaktu-waktu diperlukan.
Tiba-tiba seorang tokoh kafir Quraisy, Ubay bin Khalaf, saudara dari Umayyah bin Khalaf yang tewas di Perang Badar menemukan tempat persembunyian tersebut. Sambil mencari berputar dengan kudanya, ia berkata, “Dimana Muhammad? Aku tidak akan selamat jika ia masih selamat..!!”
Nabi SAW memerintahkan para sahabat untuk tidak menyerangnya. Ketika telah dekat, tiba-tiba Nabi SAW mencabut tombak milik Harits dan memukul Ubay bin Khalaf tepat di celah antara baju besi dan topi besinya. Pukulan yang berkali-kali tersebut membuatnya limbung dari punggung kudanya dan akhirnya ia melarikan diri. Tetapi dalam perjalanan pulang ke Makkah, luka kecil yang diderita Ubay bin Khalaf akibat pukulan tersebut semakin parah dan membengkak, dan akhirnya ia mati di Sarif.
Setelah pengalamannya di perang Uhud tersebut, Harits bin Shimmah tidak ingin kehilangan pandangan dari sosok Nabi SAW dalam pertempuran-pertempuran yang diterjuninya bersama beliau. Ketika Nabi SAW mengirimkan tujuhpuluh sahabat huffadz Qur’an untuk mendakwahi kabilah-kabilah di daerah Najd atas saran dan jaminan keamanan Abu Bara Amir bin Malik, Harits bin Shimmah ikut serta dalam rombongan ini. Ia syahid dalam misi tersebut karena kelompok sahabat ini dibantai habis oleh Amir bin Thufail, dalam peristiwa yang dikenal dengan nama Tragedi Bi’r Ma’unah.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar