Nabi SAW mengirimkan beberapa sahabat ke Yaman untuk menyeru
kabilah-kabilah di sana
kepada Islam, dan sebagian besar menerima dakwah para sahabat tersebut, salah
satunya adalah kabilah Tujib. Beberapa waktu kemudian, kabilah Bani Tujib ini
mengirimkan utusan sebanyak tigabelas orang kepada Nabi SAW di Madinah.
Tujuannya untuk mengukuhkan keislaman mereka di hadapan beliau, sekaligus
menyerahkan shadaqah dari kelebihan harta yang mereka miliki.
Setibanya
di Madinah, mereka disambut gembira oleh Nabi SAW. Setelah beberapa hari
tinggal untuk mempelajari Al Qur’an dan beberapa ajaran-ajaran Islam langsung
dari Nabi SAW, mereka berpamitan. Seperti biasanya, beliau memberi perbekalan
dan hadiah yang lebih baik kepada mereka. Kemudian beliau bersabda, “Apakah
kalian semua telah memperoleh perbekalan dan bingkisan yang cukup?”
Mereka
membenarkan, tetapi tiba-tiba salah seorang dari mereka berkata, “Wahai
Rasulullah, seorang pemuda tinggal di dalam kemah, ia sedang menjaga
tunggangan-tunggangan kami. Ia yang paling muda di antara kami yang datang…!!”
“Panggillah
dia kesini,” Kata Nabi SAW.
Pemuda itu
didatangkan, dan Nabi SAW telah mempersiapkan hadiah sebagaimana
teman-temannya. Setelah mengucapkan salam, pemuda itu berkata, “Demi Allah,
tidak ada sesuatu yang membuatku sibuk tentang utusan negeriku (sehingga aku
tidak membutuhkan apapun). Wahai Rasulullah, sesungguhnya tidak ada yang
mendorongku keluar rumah menuju engkau, kecuali agar engkau mendoakan aku agar
Allah mengampuni dan merahmati aku, dan menjadikan hatiku merasa selalu
berkecukupan (Dalam riwayat lain dengan maksud yang sama : ...dan menjadikan
kekayaanku ada di dalam hatiku)…!!”
Nabi SAW
menatap pemuda tersebut penuh kekaguman. Tidak biasanya seorang pemuda yang
emosinya masih labil dan jiwanya penuh gejolak memiliki sikap seperti itu, yang
pantasnya dimiliki oleh orang-orang yang telah matang usianya. Tetapi jelas ada
kegembiraan Nabi SAW mendengar permintaan pemuda tersebut, dan segera saja
beliau mendoakan seperti permintannya. Dan tentu saja kalau Nabi SAW telah
mendoakan, pastilah Allah akan mengabulkannya.
Peristiwa
tersebut terjadi pada tahun sembilan hijriah. Setahun kemudian pada tahun
sepuluh hijriah, ketika sedang berlangsungnya Haji Wada, Nabi SAW bertemu lagi
dengan mereka beserta orang-orang Bani Tujib lainnya, tetapi beliau tidak
menemukan pemuda yang “nyeleneh” (dalam arti kebaikan) tersebut. Ketika beliau
menanyakan tentang dirinya, mereka berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah, kami
tidak pernah melihat orang seperti dirinya. Tidak ada orang yang begitu qana’ah
(merasa cukup) terhadap rezeki Allah seperti dia. Jika semua orang bertaburkan
harta dunia di sekelilingnya, ia sama sekali tidak perduli, bahkan tidak
sedikitpun meliriknya…!!”
Lagi-lagi
terpancar sinar kekaguman dan ketakjuban di wajah Rasulullah SAW, tampak sekali
kalau beliau begitu bahagia mendengar berita tentang pemuda tersebut. Kemudian
beliau bersabda, “Alhamdulillah, sungguh saya berharap agar ia mati
seluruhnya…!!”
Perkataan
Nabi SAW yang mengandung “teka-teki”tersebut, memancing pertanyaan salah satu
dari mereka, “Wahai Rasulullah, bukankah seseorang itu jika mati, maka mati
pula semuanya?”
Nabi SAW
bersabda, “Hawa nafsu dan kepedihan-kepedihannya tercerai-berai di berbagai
bukit dunia, dan boleh jadi ajalnya hanya diketahui di sebagian bukit itu.
Tetapi Allah tidak perduli dimana ia akan binasa/ meninggal (karena ia tetap menjadi
orang kecintaan-Nya)…!!”
Ketika Nabi
SAW wafat dan cukup banyak orang yang murtad, pemuda itu tetap teguh dalam
keimanan dan qana’ahnya. Bahkan ia aktif mengingatkan kaumnya, menasehati dan
memerintahkan mereka untuk tetap teguh hati dalam keislaman walaupun Nabi SAW
telah tiada.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusApaan nih gk guna. Gausah buat arrikel lagi lo:v
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusDaripada gak bisa buat artkel
HapusG guna dr mana coba?!
HapusMasyaAllah. ..semoga Allah subhanahu wataallah meneguhkan ku diatas jln yg lurus
BalasHapusSulit menemukan orang yang berkualitas seperti zaman shahabat. Yang tidak silau dg gemerlap dunia. Semoga tulisan ini menginspirasi kita untuk terus belajar berbuat kebaikan....
BalasHapusSyukron y buat artikelnya sngt membantu, terus berkarya jgn dengarkan omongan orng" yng g suka sma kita, tetap tegar dan selalu mengingat Allah Subahanallahu ta'ala dlm berbagai urusan. Sekali lagi makasih buat artikelnya y
BalasHapusBaik
BalasHapus