Alqamah adalah seorang pemuda yang
rajin ibadah dan sangat gemar shadaqah. Ia cukup rajin hadir di majelis
pengajaran Nabi SAW. Suatu ketika ia mengalami sakit keras, keadaannya sangat
memprihatinkan dan ia sangat menderita. Istrinya sangat kasihan melihat
keadaannya ini, karena itu ia mengirim seorang utusan kepada Nabi SAW untuk
memberitahukan keadaan suaminya. Bagaimanapun juga Rasulullah SAW adalah
"guru" Alqamah, karena itu beliau perlu tahu keadaan
"muridnya" ini, begitu pikir istrinya.
Utusan tersebut menemui Nabi SAW
dan memberitahukan pesan istrinya, "Ya Rasulullah, suami saya, Alqamah
sedang sakit keras, mungkin sakaratul maut, dan saya ingin memberitahukan
keadaannya kepada engkau."
Mendapat pemberitahuan ini, beliau
berkata kepada Bilal, Ali, Salman al Farisi dan Ammar bin Yasir, "Pergilah
kalian ke rumah Alqamah, perhatikanlah bagaimana keadaannya…!!"
Mereka berempat menuju rumah
Alqamah sesuai perintah beliau. Tiba disana, mereka mengetahui kalau Alqamah
dalam keadaan sakaratul maut (naza'), mereka membimbing Alqamah dengan kalimat
tauhid, Laa ilaaha illallah, sebagaimana pernah diajarkan Nabi SAW (laqqinu
mautikum bi laa ilaaha illallah).
Tetapi sungguh mengherankan, seseorang
yang rajin ibadah, sedekah dan belajar di majelis Nabi SAW, dibimbing oleh
sahabat-sahabat Nabi SAW yang tidak diragukan lagi keutamaan dan kesalehannya,
ternyata mulut Alqamah seakan terkunci, tak mampu mengucapkan kalimat tauhid
tersebut. Padahal sehari-harinya kalimat itu menjadi bagian dari dzikrnya. Ia
berusaha keras membuka mulutnya untuk mengucapkannya seperti dibimbingkan para
sahabat tersebut, tetapi susah payah ia berusaha, hanya ucapan-ucapan yang
tidak jelas yang keluar dari mulutnya. Karena berbagai upaya dilakukan untuk
membimbing Alqamah gagal, mereka mengutus Bilal untuk mengabarkan keadaannya
itu kepada Nabi SAW.
Mendengar pemaparan Bilal tentang
Alqamah, Nabi SAW bersabda, "Apakah ia (Alqamah) masih memiliki ayah dan
ibu?"
Salah seorang sahabat memberi
jawaban, "Ayahnya telah meninggal, dan ia hanya mempunyai seorang ibu yang
telah tua..!!"
Nabi SAW menyuruh Bilal menemui ibunya
Alqamah untuk menyampaikan salam beliau, dan berkata kepadanya, "Wahai Ummu
Alqamah, jika kamu mampu untuk berjalan, maka datanglah kepada Rasulullah SAW.
Dan jika tidak mampu, tunggulah sampai beliau datang kepadamu…!!"
Bilal mendatangi ibunya Alqamah,
menyampaikan salam beliau dan pesan beliau tersebut. Sang ibu berkata,
"Diriku menjadi tebusan bagi Rasulullah SAW, akulah yang sepantasnya
menghadap beliau dan bukan beliau yang datang kemari menemui aku…!!"
Kemudian ia mengambil tongkatnya,
dan tertatih-tatih mengikuti Bilal menghadap Nabi SAW. Setibanya di sana , ia mengucap salam
dan duduk menghadap Nabi SAW. Beliau berkata, "Wahai Ummu Alqamah,
berkatalah yang jujur kepadaku karena jika engkau bohong, akan turun wahyu dari
Allah kepadaku (untuk memberitahukan kebohonganmu itu). Bagaimana keadaan
Alqamah?"
Sang ibu berkata, "Wahai
Rasulullah, dia rajin shalat, puasa, berjihad, bershadaqah yang jumlah dan
banyaknya tidak ada yang mengetahuinya (yakni, sedekah sirri)…!!"
Nabi SAW bersabda lagi, "Bagaimana
hubunganmu dengannya?"
Mendengar pertanyaan ini, wajahnya
menjadi berubah. Ingin sekali ia menyembunyikan apa yang dirasakannya, tetapi
beliau telah memerintahkan untuk tidak berbohong. Maka ia berkata, "Aku
sedang sangat marah kepadanya, ya Rasulullah..!!"
"Mengapa demikian?" Kata
beliau.
Ibunya berkata lagi, "Ia lebih
mementingkan dan mengutamakan istrinya daripada saya. Dalam banyak hal, ia
lebih patuh kepada istrinya dan durhaka kepada saya..!!" Terasa sekali
nada kemarahan dalam ucapannya tersebut.
Nabi SAW berpaling kepada khalayak
yang hadir dan bersabda, "Kemarahan ibunya inilah yang menghalangi Alqamah
mengucap kalimat tauhid, Laa ilaaha illallah…!!"
Beliau berpaling lagi kepada ibunya
Alqamah dan berkata, "Maukah engkau memaafkan dan ridha kepada putramu
itu?"
Sekali lagi ibunya Alqamah dalam
kebimbangan. Tetapi beliau melarangnya berbohong, perasaan sakit dan marah
dalam hatinya itu masih saja mengganjal. Karena itu ia berkata, "Untuk
saat ini, aku belum bisa memaafkannya, ya Rasulullah..!!"
"Benarkah?" Kata Nabi
SAW, menegaskan.
Sang ibu mengangguk, walau dengan
ragu-ragu. Maka Nabi SAW berpaling kepada Bilal dan sahabat lainnya, kemudian
bersabda, "Pergilah, dan kumpulkan kayu bakar yang banyak, agar aku bisa
membakar Alqamah dengan api..!!"
Wajah sang Ibu segera saja berubah,
tampak sekali ada ketakutan dan kekhawatiran menggelayut. Sang ibu segera
berkata, "Wahai Rasulullah, anakku, buah hatiku, Alqamah akan engkau bakar
di hadapanku? Bagaimana dengan perasaanku, ya Nabiyallah..!!"
Benarlah kata pepatah, kasih anak
sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan, atau sepanjang masa. Bagaimanapun
marahnya kepada Alqamah, rasa keibuan dan kasih sayangnya muncul juga mendengar
"ancaman" yang disampaikan Nabi SAW kepada anaknya tersebut, dan itu
yang memang diinginkan beliau dengan sabda beliau seperti itu.
Nabi SAW bersabda, "Wahai Ummu
Alqamah, siksaan Allah itu lebih keras dan lebih kekal, karena itu lebih baik
kalau aku membakarnya di dunia ini. Apabila engkau ingin agar Allah
mengampuninya, engkau harus ridho kepadanya. Demi Dzat yang jiwaku ada di dalam
genggaman-Nya, shalat, shadaqah dan semua amalannya tidak akan bermanfaat sama
sekali selama engkau masih murka kepadanya…!!"
Ibunya Alqamah mengangkat kedua
tangannya dan berkata, "Wahai Rasulullah, aku mempersaksikan kepada Allah
yang di langit, dan kepada engkau, ya Rasulullah, serta semua orang yang ada di
sini, bahwa aku telah ridho kepada anakku, Alqamah…!!"
Nabi SAW lega dengan keputusan sang
ibu ini, semua yang hadir juga mengucap syukur. Nabi SAW bersabda kepada Bilal,
"Wahai Bilal, datanglah kepada Alqamah, lihatlah, apakah ia telah bisa
mengucap : Laa ilaaha illallah, siapa tahu Ummu Alqamah mengungkapkan semua ini
tidak setulus hati, hanya karena malu kepada aku..!!"
Bilal bergegas ke rumah Alqamah.
Setibanya di sana ,
ia melihat Alqamah telah bisa mengucap kalimat tauhid tersebut, walaupun tidak
secara khusus dibimbing untuk mengucapkannya. Bilal berkata kepada orang-orang
yang hadir di sana ,
"Ketahuilah, kemurkaan ibunya itulah yang membuat Alqamah tidak bisa
mengucap syahadat, dan kerelaan ibunya pula yang telah melepaskan lidahnya
untuk bisa mengucapkan syahadat..!!"
Pada hari itu juga Alqamah
meninggal dunia dengan khusnul khotimah. Rasulullah SAW datang ke rumahnya dan
memerintahkan orang-orang untuk memandikan dan mengkafaninya, kemudian beliau
menyalatkannya. Sewaktu berdiri di tepi kuburnya, beliau bersabda, "Wahai
shahabat Muhajirin dan Anshar, barang siapa yang mengutamakan istrinya daripada
ibunya, ia akan mendapat kutukan Allah, amal ibadahnya, yang fardhu dan yang
sunnah tidak akan diterima!"
maaf, kisah palsu
BalasHapushadis yang mungkar.
BalasHapushttps://www.youtube.com/watch?v=EHdhMsxhuX8
Ass.Wr.Wb. Kisah ini seringkali disampaikan para ulama ketika menjelaskan tentang 'Birrul Walidain) dan juga tercantum dalam banyak kitab yang diajarkan di ponpes salafiyah (NU Khususnya),di antaranya Kitab Irsyadul Ibad ilal Sabilil Rasyad oleh Syeh Zainuddin bin Ali al Ma'bari al Malibari, Kitab Qabasat min Hayat Ar Rasul oleh Syeh Ahmad Muhammad al Assaf, dan banyak kitab lainnya. Wallahu A'lam, Wass.Wr.Wb.
BalasHapusAssalamualaikum warahmatulahi wabarakatu... maaf kalau memberikan salam janganlah di singkat,karena ucapan salam itu doa apabila di singkat maknanya akan salah...
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMaaf, ini kisah shahih atau cuma karangan?
BalasHapusKisah ni tidak sohih tu...
BalasHapusHadis Al-Qamah itu PALSU.
BalasHapushttps://islamqa.info/en/139974