Utsman
bin Affan berasal dari kalangan bangsawan Suku Quraisy, kaya raya dan pengusaha
yang sukses. Ia termasuk kelompok sahabat yang pertama-tama memeluk Islam.
Dalam perjalanan pulang dari perniagaannya di Syam, di sebuah tempat teduh
antara Ma'an dan Zarqa, ia tertidur dan bermimpi. Dalam mimpinya itu ia
mendengar seorang penyeru agar mereka yang tidur segera bangun, karena Ahmad
telah bangkit di Makkah!!
Ketika
keislamannya diketahui keluarganya, pamannya yang bernama Hakam bin Abul Ash
bin Umayyah menangkap dan mengikatnya dengan tali, kemudian berkata, "Apakah
kamu membenci agama nenek moyangmu dan lebih suka pada agama baru tersebut?
Demi Allah, aku tidak akan melepaskan ikatanmu selamanya, jika kau tidak
kembali ke agama nenek moyangmu!!"
Tetapi keimanan
telah merasuki jiwanya sehingga dengan tegas ia berkata, "Demi Allah aku
tidak akan meninggalkan agama ini selama-lamanya, dan tidak akan berpisah
dengannya."
Melihat keteguhannya yang rasanya
tidak akan tergoyahkan, akhirnya Hakam melepaskan ikatannya.
Utsman bin Affan
merupakan sahabat yang pengusaha dan kaya raya sebagaimana Abdurrahman bin Auf.
Mereka berdua juga sangat dermawan, dan termasuk dari sepuluh orang yang
dijamin masuk surga semasa hidupnya. Hanya saja tentang Abdurrahman bin Auf,
Nabi SAW pernah bersabda bahwa ia akan masuk surga perlahan-lahan, dalam
riwayat lain, dengan merangkak, karena hisab kekayaannya. Sebagaimana Nabi
Sulaiman AS adalah nabi yang perlahan-lahan masuk surga karena hisab
kekayaannya. Karenanya Nabi SAW menyatakan, “Abdurrahman bin Auf adalah
Sulaimannya ummatku!!”
Tetapi
menyangkut Utsman bin Affan, beliau justru menyatakan, "Tidak ada yang
membahayakan Utsman, setelah apa yang dilakukannya hari ini…."
Ungkapan ini
disabdakan Nabi SAW setelah apa yang dibelanjakan Utsman bin Affan di jalan
Allah untuk perang Tabuk. Pasukan yang dibentuk untuk menghadapi serangan
pasukan Romawi ini disebut dengan Jaisyul Usrah (Pasukan di Masa Sulit), karena
waktu itu musim panas, kekeringan dan paceklik melanda jazirah Arab. Tidak
mudah menghimpun dana dan perbekalan sementara kebanyakan kaum muslimin sendiri
dalam kesulitan menjalani hidup sehari-hari.
Utsman bin Affan
yang tengah mempersiapkan kafilah dagang ke Syam dengan 200 ekor unta lengkap
barang dan perbekalannya berikut 200 uqiyah,
langsung dibelokkan ke masjid Nabi SAW untuk pasukan Tabuk. Itu belum cukup
juga, ia menambah dan menambah hingga mencapai 900 unta dan 100 kuda, riwayat
lain menyebutkan sebanyak 940 unta dan 60 kuda, lengkap dengan perlengkapan dan
perbekalannya. Masih belum puas bersedekah, Utsman datang ke kamar Nabi SAW dan
menyerahkan 700 uqiyah emas, riwayat lain menyebutkan 1000 atau 10.000 dinar,
yang langsung diterima oleh tangan Rasulullah SAW sendiri.
Ungkapan dan
sabda Nabi SAW tersebut mungkin merupakan puncak kekaguman dan penghargaan
beliau atas pengorbanan Utsman atas kekayaannya, demi kepentingan ummat dan
agama Islam.
Pada awal hijrah
ke Madinah, kaum Muhajirin mengalami kesulitan air. Sebenarnya ada mata air
yang mengeluarkan air tawar yang segar dan enak yang disebut Sumur Raumah.
Sayangnya mata air ini dikuasai oleh orang Yahudi, yang menjualnya satu geriba
air dengan segantang gandum. Kaum Muhajirin yang kebanyakan meninggalkan
kekayaannya di Makkah tentu saja tak mampu membayarnya.
Nabi SAW
mengharapkan ada sahabat yang membeli telaga tersebut untuk kepentingan umat
muslim, maka tampillah Utsman bin Affan memenuhi harapan Nabi SAW. Pada awalnya
si Yahudi menolak menjualnya, maka Utsman bersiasat dengan membeli separuhnya
saja. Si Yahudi setuju dengan harga 12.000 dirham, dengan pembagian, satu hari
untuk Utsman dan satu hari untuk si Yahudi.
Ketika giliran waktu
untuk Utsman, kaum muslimin dan masyarakat Madinah yang membutuhkan air dipersilahkan
untuk mengambilnya dengan gratis dan tanpa batas. Karena itu mereka menampung
untuk dua hari. Ketika tiba giliran waktu untuk si Yahudi, tak ada lagi orang
yang membeli air darinya sehingga ia kehilangan pendapatannya dari telaga
tersebut. Akhirnya ia menjual bagiannya tersebut kepada Utsman seharga 8.000
dirham, sehingga masyarakat Madinah bisa memperoleh air segar telaga tersebut
kapan saja dengan cuma-cuma.
Ketika kaum
muslimin di Madinah makin banyak dan masjid tidak lagi bisa menampung, Nabi SAW
bermaksud melakukan perluasan dengan membeli tanah dan bangunan di sekitar
masjid. Tampillah Utsman untuk merealisasikan maksud Nabi SAW tersebut, dan
tanpa segan ia mengeluarkan 15.000 dinar. Begitupun setelah Fathul Makkah, Nabi
SAW bermaksud memperluas Masjidil Haram dengan membeli tanah dan bangunan
sekitar masjid, sekali lagi Utsman tampil memenuhi harapan Nabi SAW dengan
mengeluarkan sedekah 10.000 dinar.
Masih banyak
lagi kisah kedermawanan Utsman sehingga tak heran jika Nabi SAW berkata, bahwa
teman beliau di surga adalah Utsman bin Affan.
Satu peristiwa
lagi di jaman Khalifah Abu Bakar, saat itu paceklik melanda kota Madinah, kaum musliminpun mengalami
berbagai kesulitan. Ketika dilaporkan kepada Abu Bakar , ia
berkata, "Insya Allah, besok sebelum sore tiba, akan datang pertolongan
Allah…"
Pagi hari
esoknya, datanglah kafilah dagang Utsman dari Syam yang penuh dengan bahan
makanan pokok. Berkumpullah para pedagang, termasuk dari kaum Yahudi yang biasa
memonopoli perdagangan bahan makanan, mereka berlomba melakukan penawaran.
Utsman berkata, "Berapa banyak kalian akan memberi saya keuntungan?"
"Sepuluh
menjadi duabelas." Kata seorang pedagang.
"Ada yang lebih
tinggi?" Tanya Utsman.
"Sepuluh menjadi
limabelas." Pedagang lain menawar.
"Siapa yang
berani menawarnya lebih dari itu, padahal seluruh pedagang Madinah berkumpul di
sini?"
Utsman bertanya, "Ada yang berani memberi
keuntungan sepuluh menjadi seratus, atau sepuluh kali lipat?"
"Apa ada
yang mau membayar sebanyak itu?"
"Ada , yakni Allah
SWT…." Kata Utsman dengan tegas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar