Huwaithib bin Abdul Uzza adalah
salah seorang pembesar Quraisy. Ketika mengikuti perang Badar di pihak kaum
musyrikin, sebenarnya ia telah melihat suatu i'tibar bagaimana seribu
pasukannya yang bersenjata dan perbekalan lebih lengkap dikalahkan oleh 313
orang muslim dengan persenjataan dan perbekalan seadanya, bahkan hanya dua
orang yang menunggang kuda. Saat itu ia melihat gambaran, bagaimana malaikat
yang bergerak di antara langit dan bumi berkelebat menyerang, menangkap dan
menawan kawan-kawannya, sehingga terbersit dalam hatinya ucapan, "Orang
itu (Nabi Muhammad SAW) adalah lelaki yang terpelihara…!"
Huwaithib tidak
menceritakan apa yang dilihatnya ini pada siapapun, tetapi hal itu tidak juga
membuka hatinya untuk memeluk Islam. Bahkan sampai selesainya perjanjian
Hudaibiyah, dimana makin banyak orang-orang Quraisy yang mengikuti Islam, baik
kalangan biasa ataupun tokoh-tokohnya, ia belum tergerak juga untuk mengikuti
jejak mereka.
Pada saat Nabi
SAW dan sahabatnya melaksanakan umrah Qadhiyyah (umrah qadha'), umrah pengganti
karena saat perjanjian Hudaibiyah itu gagal/terhalang, setahun setelah
perjanjian Hudaibiyah, Huwaithib bersama Suhail bin Amr ditugaskan untuk
mengusir Nabi SAW dan kaum muslimin dari Makkah jika waktunya telah habis.
Setelah tiga
hari berlalu sesuai dengan waktu yang diberikan kaum Quraisy, Huwaithib dan
Suhail menemui Nabi SAW , dan berkata, "Waktu yang menjadi syaratmu telah
selesai, maka keluarlah engkau dari negeri kami ini…!"
Nabi SAW berkata
kepada Bilal untuk mengumumkan kepada umat Islam lainnya, "Hai Bilal,
hendaknya tidak ada seorangpun yang turut bersama kita ke Makkah, yang masih ada
di sini sebelum matahari terbenam."
Kemenangan Nabi
SAW dan kaum muslimin saat Fathul Makkah membuat Huwaithib ketakutan, ia
mengungsikan keluarganya ke berbagai tempat yang dianggapnya aman. Ketika
berada di kebun bani Auf, ia bertemu dengan Abu Dzar al Ghiffary, ia berusaha
lari, tetapi Abu Dzar justru memanggilnya dengan lembut, dan menanyakan
keadaannya. Antara mereka berdua memang ada keakraban dan kasih sayang, karena
itu ia tidak ragu untuk menghampiri Abu Dzar dan menyatakan ketakutannya akan
dibunuh. Ia juga menceritakan kalau keluarganya telah diungsikan untuk keamanan
mereka.
Menanggapi
kekhawatirannya itu, Abu Dzar mengatakan kalau sebenarnya dia dan penduduk
Makkah lainnya aman dengan jaminan keselamatan dari Allah SWT, sebagaimana
disabdakan Rasulullah SAW ketika memasuki kota
Makkah. Abu Dzar juga meminta agar ia mengumpulkan lagi keluarganya dan kembali
ke rumahnya, dan ia menyetujuinya. Sambil mengawal Huwaithib dan keluarganya,
Abu Dzar terus berteriak, "Sesungguhnya Huwaithib telah diberi jaminan
keselamatan, maka jangan seorangpun yang menyalakan api kemarahan
kepadanya…"
Setelah sampai
di rumah Huwaithib, Abu Dzar segera pergi. Tetapi beberapa saat kemudian ia
kembali lagi, dan mengatakan kalau ia menemui Nabi SAW dan menceritakan apa
yang dilakukannya, dan Nabi SAW membenarkan tindakannya, Huwaithib jadi merasa
tenang. Abu Dzar berkata kepadanya, "Wahai Abu Muhammad, sampai kapan kamu
tetap begini? Kamu telah terlewat dari banyak peperangan, karenanya kamu
terlewat dari banyak kebaikan. Temuilah Rasulullah SAW dan masuklah Islam, kamu
pasti akan selamat. Sesungguhnya beliau adalah sebaik-baiknya manusia, paling
lembut hati dan paling banyak menyambung silaturahmi di kalangan mereka.
Kemuliaannya adalah kemuliaanmu, ketinggiannya adalah ketinggianmu."
Huwaithib merenungi
perjalanan hidupnya selama memusuhi Rasulullah SAW, dan perlakuan beliau selama
ini, terutama setelah memperoleh kemenangan besar di Fathul Makkah itu. Akhirnya
hati Huwaithib tergerak dengan saran Abu Dzar itu, ia minta diantarkan untuk
menemui Nabi SAW. Mereka berdua mendapati Nabi SAW bersama Abu Bakar di
Bathha'. Huwaithib menyampaikan salam seperti diajarkan oleh Abu Dzar, beliau menjawab
salamnya, dan ia bersyahadat menyatakan keislamannya. Nabi SAW amat bersyukur dan
gembira atas hidayah Allah yang membawanya memeluk Islam.
Ketika Nabi SAW mempersiapkan pasukan karena ancaman
serangan dari beberapa kabilah Arab yang bersekutu dalam Perang Hunain, beliau
meminjam uang dari Huwaithib untuk membiayai pasukan, dan ia meminjami sebanyak
empat puluh ribu dirham. Ia ikut menyertai Nabi SAW dalam perang Thaif dan
Hunain, dan setelah selesainya perang Hunain, beliau mengembalikan uang milik
Huwaithib dan memberinya ghanimah sebanyak seratus ekor unta.
indah.
BalasHapus