Abu Bashir RA adalah lelaki dari kalangan
kaum Quraisy, ia memeluk Islam dan datang ke Madinah untuk tinggal bersama Nabi
SAW sebagaimana umat Islam lainnya. Tetapi kehadirannya di Madinah ini setelah
disetujuinya Perjanjian Hudaibiyah, maka tak lama berselang datang dua orang
utusan dari Kaum Quraisy untuk membawa Abu Bashir kembali ke Makkah. Hal itu
memang merupakan salah satu butir Perjanjian Hudaibiyah. Mereka berkata kepada
Nabi SAW, "Penuhilah perjanjian yang telah engkau buat di antara
kita!"
Seperti halnya
atas Abu Jandal, Rasulullah SAW terpaksa merelakannya dibawa kembali oleh dua
utusan tersebut sesuai dengan perjnajian yang beliau sepakati. Abu Bashir pun
dibawa keduanya keluar dari Madinah. Ketika sampai di Dzul Khulaifah, mereka
berhenti untuk beristirahat dan memakan perbekalannya.
Abu Bashir
sadar, apa yang akan dialaminya jika sampai tiba di Makkah dan berada di tangan
pembesar-pembesar Quraisy, tentunya siksaan demi siksaan untuk membuatnya
kembali ke agama jahiliahnya. Maka ketika ia melihat ada peluang untuk lepas
dari dua orang ini, maka ia melakukan suatu muslihat. Abu Bashir berkata sambil
memuji salah satu dari mereka, "Demi Allah, wahai Fulan, sungguh amat
bagus pedangmu itu…!"
Sepertinya orang
ini termakan oleh umpan Abu Bashir ,
ia mengeluarkan pedangnya tersebut
dan menghunusnya dengan bangga seraya berkata, "Tentu saja, bahkan aku
telah mencobanya dan terus mencobanya!"
"Sungguh
bagus!! Bolehkan aku melihatnya!" Kata Abu Bashir.
Tanpa sadar apa
yang akan dihadapinya, lelaki ini menyerahkan pedangnya kepada Abu Bashir.
Begitu pedang berada di tangannya, ia memukul lelaki tersebut dengan pedangnya
sendiri hingga tewas. Melihat kiprah Abu Bashir itu, temannya segera berlari
balik ke Madinah, ia menuju ke masjid dan meminta perlindungan kepada Nabi SAW,
sedang Abu Bashir mengejar di belakangnya. Ketika Nabi SAW melihatnya, beliau bersabda,
"Tampaknya lelaki ini telah melihat sesuatu yang amat
menakutkannya…!"
Di hadapan Nabi
SAW, lelaki Quraisy itu berkata, "Sesungguhnya sahabatku telah dibunuh oleh
Abu Bashir dan akupun akan dibunuhnya pula…"
Tak lama
berselang Abu Bashir tiba di Masjid, ia berkata kepada Nabi SAW, "Wahai
Rasulullah, demi Allah, sesungguhnya Allah telah menyempurnakan perjanjianmu,
engkau telah mengembalikan aku kepada mereka, tetapi Allah telah menyelamatkan
aku dari mereka."
Tetapi Nabi SAW
bersabda, "Celakalah ibu dari orang yang telah menyalakan api peperangan,
kalau saja ada seseorang baginya…!"
Mendengar sabda
Nabi SAW ini, tahulah Abu Bashir bahwa tidak bisa tidak, beliau masih akan
mengembalikannya kepada orang Quraisy sesuai perjanjian yang berlaku. Tetapi di
sisi lain, ia merasa Rasulullah SAW tidak menyalahkannya, justru
mengkhawatirkan dirinya karena ia hanya sendirian. Maka ia memutuskan untuk
menyembunyikan diri di daerah pesisir pantai. Setelah mengucap salam dan pamit
kepada Nabi SAW, ia segera pergi meninggalkan Madinah.
Tak lama
berselang Abu Jandal bin Suhail bin Amr pun lepas dari kekangan ayah dan
keluarganya. Belajar dari pengalaman Abu Bashir yang ceritanya telah menyebar di Makkah , ia
tidak lari ke Madinah, tetapi bergabung dengan Abu Bashir di pesisir pantai.
Maka setiap ada orang muslim yang lolos dari Makkah, mereka tidak lagi ke
Madinah tetapi bergabung bersama Abu Bashir dan Abu Jandal di pesisir pantai. Jumlah
mereka terus bertambah hingga mencapai satu 'isbahah (antara 10 - 40 orang).
Dengan kekuatan
kelompok yang dimilikinya dan semangat untuk membela panji-panji keimanan dan
keislaman, Abu Bashir dan sahabat-sahabatnya selalu menghadang kafilah dagang
Quraisy yang berjalan menuju Syam, karena tempat tersebut memang terletak
antara Makkah dan Syam. Dengan keadaan ini, kafilah dagang kaum Quraisy berkali-kali
mengalami kegagalan, bahkan merugi karena dirampas oleh kelompok Abu Bashir.
Untuk mengatasi
masalah tersebut, orang-orang Quraisy mengirim utusan kepada Nabi SAW di
Madinah, meminta beliau, atas nama Allah dan kekerabatan mereka, agar melarang
kelompok Abu Bashir mengganggu kafilah dagang mereka, dan memanggilnya kembali
ke Madinah. Ini artinya, mereka membatalkan sendiri perjanjian Hudaibiyah. Maka
kelompok Abu Bashirpun bergabung bersama Nabi SAW dan orang-orang muslim
lainnya di Madinah.
Sebagian riwayat
menyebutkan, setelah menerima surat
Rasulullah SAW agar kelompoknya itu kembali ke Madinah, Abu Bashir sakit dan
akhirnya meninggal sebelum sempat bertemu lagi dengan beliau.
Adakah julukan untuk Abu Bashir RA?
BalasHapusALLAHUMMA SALAMAN TASLIMAN 'ALA SHOHABATI ROSULILLAHI AJMA'IN
BalasHapus