Adi bin Hatim adalah seorang penduduk
di sekitar Madinah, tetapi ia tidak termasuk penganut agama jahiliah (penyembah
berhala) seperti umumnya penduduk Madinah. Ketika ia mendengar Nabi SAW akan
hijrah ke Madinah, ia sangat tidak menyukai hijrah beliau itu dengan kebencian
yang amat mendalam. Karena itu ia pergi hingga sampai negeri sang kaisar yakni
Romawi. Tetapi ternyata ia merasa lebih tidak senang dengan tempatnya itu,
melebihi ketidak-sukaan akan hijrahnya Nabi SAW ke Madinah.
Sementara di
tempat lain, pasukan berkuda Nabi SAW menangkap beberapa orang, yang salah satunya
adalah seorang wanita tua, yang masih bibinya Adi bin Hatim, yang hidup
sendirian. Ketika dihadapkan kepada Nabi SAW, wanita tua itu berkata, "Wahai
Nabi, sang duta berada jauh dari kami dan anak kami juga telah pergi, sedangkan
aku wanita tua yang tidak punya pelayan, maka berbuat baiklah kepadaku, semoga
Allah berbuat baik kepadamu pula."
Ketika Nabi
bertanya tentang siapa sang duta itu, Wanita itu menjawab, “Adi bin Hatim.”
Ali bin Abi
Thalib yang berada di sebelah Rasulullah SAW menyarankan wanita itu untuk
meminta hewan tunggangan kepada Nabi SAW untuk mencari kerabatnya. Ia mengikuti
saran Ali tersebut dan beliau memenuhinya. Kemudian wanita tua itu pergi mencari
keberadaan keponakannya tersebut, yang ditemukannya di daerah Aqrab, termasuk
wilayah Romawi. Ia berkata, "Sesungguhnya aku telah melakukan perbuatan
yang belum pernah dilakukan ayahmu. Temuilah Nabi SAW itu, baik dengan berharap
atau dengan takut. Sesungguhnya si fulan telah menemui beliau dan telah
memperoleh sesuatu darinya, begitu juga dengan si fulan yang lain."
Adi bin Hatim
yang pada dasarnya sangat tidak suka dengan tempatnya di wilayah Romawi,
memutuskan untuk kembali ke Madinah. Dipikirnya, kalau lelaki itu (yakni Nabi
SAW) memang pendusta, ia tidak akan bisa memberinya mudharat sedikitpun. Tapi
kalau lelaki itu benar, ia pasti akan mengenali kebenarannya.
Adi bin Hatim menemui
Nabi SAW di Madinah sesuai dengan saran bibinya. Beliau menyerunya kepada agama
Islam, tetapi dijawab Adi menjawab, “Aku telah mempunyai agama!!”
Mendengar
jawabannya itu, Nabi SAW bersabda, “Aku lebih tahu tentang agamamu tersebut
dibandingkan engkau sendiri!!”
Adi bin Hatim
keheranan dengan pernyataan beliau tersebut. Tentunya Nabi SAW telah memperoleh
pemberitahuan dari Jibril tentang dirinya. Belum sempat Adi berkata apa-apa, beliau
bersabda lagi, "Bukankah kamu berasal dari kalangan penganut Ar-Rukuusiyyah?
Dan kamu memakan seperempat ghanimah (rampasan perang) dari kaummu, padahal itu
haram menurut agamamu! Akupun tahu apa yang menghalangi kamu untuk memeluk
Islam, engkau berkata bahwa orang-orang yang mengikutiku hanya orang-orang yang
lemah, sedang orang-orang Arab sendiri telah mengusirku?"
Ar-Rukuusiyyah
adalah agama perpaduan antara Nashrani dan agama kaum Shabiin. Adi hanya bisa
membenarkan apa yang disabdakan oleh Nabi SAW.
Kemudian Rasulullah
SAW bersabda lagi, "Apakah engkau tahu sebuah tempat bernama Hiirah? Demi
Dzat Yang jiwaku di TanganNya, Allah akan menyempurnakan agama ini, hingga
seorang wanita di Hiirah akan bepergian seorang diri dengan aman untuk thawaf di
Baitullah. Begitupun Allah akan membuka perbendaharaan kekayaan Kisra bin
Hurmuz, harta bendanya akan dibagi-bagikan, sehingga tiada seorangpun yang
bersedia menerimanya."
Seperti yang
diyakininya, Adi ternyata mengenali kebenaran itu dan membawanya memeluk Islam,
walaupun memang ia belum mengerti “ramalan” Nabi SAW tentang wanita dari Hiirah
dan Kisra bin Hurmuz. Bisa dimaklumi, karena waktu itu sering terjadi
perampokan kafilah-kafilah di perjalanan, dan yang paling sering dan paling
ditakuti adalah perampokan yang menimpa wanita-wanita Hiirah. Sedang Kisra bin
Hurmuz saat itu sedang berkuasa dengan kuatnya di Persia dan tentaranyapun sangat
ditakuti negeri-negeri lainnya. Hanya Kaisar Romawi yang bisa mengimbangi
kekuatannya.
Waktu berlalu
bertahun-tahun kemudian, suatu ketika Adi bin Hatim sedang thawaf di Ka'bah, dan
ia melihat seorang wanita dari Hiirah, suatu kota tua di daerah Kufah, sedang thawaf
sendiri tanpa pengawalan dan perlindungan seorangpun. Begitupun setelah Rasullullah
SAW wafat, ia menyertai suatu pasukan yang mengalahkan tentara Persia ,
dan membuka harta kekayaan Kisra bin Hurmuz.
Dua peristiwa
masa depan yang disampaikan Rasulullah SAW ketika menyerunya memeluk Islam,
ternyata ia mengalaminya sendiri, dan itu makin meneguhkan dan mempertebal
keimanannya kepada Allah dan Rasulullah SAW.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar