Kamis, 18 Desember 2014

Aktsam bin Shaifi RA

            Aktsam bin Shaifi adalah salah seorang pemuka dari kabilahnya yang tinggal cukup jauh dari kota Madinah. Ketika ia mendengar kabar tentang Kenabian Nabi Muhammad SAW dan beliau telah berhijrah ke Madinah, ia bermaksud mengunjungi beliau tetapi dihalangi oleh para pemuka lainnya.
            Aktsam memang telah mendengar kabar selentingan tentang Islam yang didakwahkan Nabi SAW, dan hatinya cenderung untuk mengikutinya, hanya saja ia ingin memperoleh informasi lebih jelas karena hal itu menyangkut keyakinan hatinya (aqidahnya). Karena ia dihalangi untuk bertemu beliau, dan mereka mengawasinya dengan ketat, diam-diam ia mengirim dua orang yang dipercayainya kepada Nabi SAW untuk memperoleh informasi tentang beliau dan Risalah Islam yang beliau dakwahkan.
            Ketika kedua utusan itu telah sampai di hadapan Nabi SAW, mereka berkata, “Kami adalah utusan dari Aktsam bin Shaifi, dia ingin tahu tentang siapa tuan, apa kedudukan tuan, dan apa yang tuan bawa (dakwahkan)?”
            Nabi SAW bersabda, “Saya adalah Muhammad, putra dari Abdullah bin Abdul Muthalib, hamba Allah dan Rasul-Nya….”
            Kemudian beliau menjelaskan tentang risalah Islam yang beliau dakwahkan secara ringkas, dan beliau mengakhirinya dengan membacakan firman Allah, “Innallaaha ya’muru bin adli wal ikhsaan, wa iitaa-idzil qurbaa wa yanhaa ‘anil fakhsyaa-i wal munkar  wal baghyi ya’izhukum la’allakum tadzakkaruun.”
            Firman Allah tersebut adalah QS An-Nahl ayat 90, yang artinya : Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk berbuat adil dan berbuat kebajikan, serta memberi [shadaqah/pemberian] kepada karib kerabat, dan mencegah berbuat keji dan munkar serta kezaliman, Dia [Allah] mengajarkan kepadamu, semoga engkau memperoleh peringatan.
            Kedua utusan itu kembali kepada Aktsam, dan setelah memperoleh informasi yang lebih lengkap tentang Nabi SAW dan Islam, hatinya mantap untuk memeluk risalah beliau tersebut. Dengan tegar ia menghadapi kaumnya dengan aqidah barunya, tidak takut akan permusuhan dan halangan dari mereka seperti sebelumnya. Ia berkata, “Wahai kaumku, ia (Nabi SAW) menyuruh untuk berbudi tinggi dan melarang untuk berakhlaq rendah, jadilah kalian pelopor untuk berbudi luhur dan janganlah hanya menjadi pengekor!!”
            Walaupun tidak banyak yang mengikutinya, Aktsam tetap teguh dengan pendiriannya, bahkan ia memutuskan untuk berhijrah ke Madinah sebagaimana kebanyakan kaum muslimin yang berada di Makkah. Tetapi dalam perjalanan tersebut ia sakit dan akhirnya meninggal sebelum sempat tiba di Madinah dan bertemu dengan Rasulullah SAW.
            Beberapa sahabat yang mendengar peristiwa yang dialami Aktsam sempat sedih dengan nasibnya, tetapi kemudian turun firman Allah QS An Nisa ayat 100, yang menyatakan bahwa orang-orang seperti Aktsam tersebut tetap memperoleh pahala hijrah secara sempurna, walau belum sempat sampai di Madinah dan bertemu langsung dengan Nabi SAW untuk mengukuhkan ba’iat keislamannya.     

4 komentar:

  1. Semua para sahabat nabi berjuang untuk agama, tapi kali ini apa yang kita perjuangkan dalam agama. malah kita berjuang demi dunia dengan melalui agama... !!!

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  3. ada 6 sifat yang dimiliki sahabat Nabi yang mulia
    dan ini telah diteliti oleh ulama zuhud pengamal sunnah

    berbagi Kisah Inpiratif disini Cerita Kisah Islam

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus