Aktsam bin Shaifi adalah salah seorang pemuka dari
kabilahnya yang tinggal cukup jauh dari kota
Madinah. Ketika ia mendengar kabar tentang Kenabian Nabi Muhammad SAW dan
beliau telah berhijrah ke Madinah, ia bermaksud mengunjungi beliau tetapi
dihalangi oleh para pemuka lainnya.
Aktsam
memang telah mendengar kabar selentingan tentang Islam yang didakwahkan Nabi
SAW, dan hatinya cenderung untuk mengikutinya, hanya saja ia ingin memperoleh
informasi lebih jelas karena hal itu menyangkut keyakinan hatinya (aqidahnya).
Karena ia dihalangi untuk bertemu beliau, dan mereka mengawasinya dengan ketat,
diam-diam ia mengirim dua orang yang dipercayainya kepada Nabi SAW untuk
memperoleh informasi tentang beliau dan Risalah Islam yang beliau dakwahkan.
Ketika
kedua utusan itu telah sampai di hadapan Nabi SAW, mereka berkata, “Kami adalah
utusan dari Aktsam bin Shaifi, dia ingin tahu tentang siapa tuan, apa kedudukan
tuan, dan apa yang tuan bawa (dakwahkan)?”
Nabi SAW bersabda, “Saya adalah Muhammad,
putra dari Abdullah bin Abdul Muthalib, hamba Allah dan Rasul-Nya….”
Kemudian
beliau menjelaskan tentang risalah Islam yang beliau dakwahkan secara ringkas,
dan beliau mengakhirinya dengan membacakan firman Allah, “Innallaaha ya’muru
bin adli wal ikhsaan, wa iitaa-idzil qurbaa wa yanhaa ‘anil fakhsyaa-i wal
munkar wal baghyi ya’izhukum la’allakum
tadzakkaruun.”
Firman
Allah tersebut adalah QS An-Nahl ayat 90, yang artinya : Sesungguhnya Allah
memerintahkan untuk berbuat adil dan berbuat kebajikan, serta memberi
[shadaqah/pemberian] kepada karib kerabat, dan mencegah berbuat keji dan munkar
serta kezaliman, Dia [Allah] mengajarkan kepadamu, semoga engkau memperoleh
peringatan.
Kedua
utusan itu kembali kepada Aktsam, dan setelah memperoleh informasi yang lebih
lengkap tentang Nabi SAW dan Islam, hatinya mantap untuk memeluk risalah beliau
tersebut. Dengan tegar ia menghadapi kaumnya dengan aqidah barunya, tidak takut
akan permusuhan dan halangan dari mereka seperti sebelumnya. Ia berkata, “Wahai
kaumku, ia (Nabi SAW) menyuruh untuk berbudi tinggi dan melarang untuk
berakhlaq rendah, jadilah kalian pelopor untuk berbudi luhur dan janganlah
hanya menjadi pengekor!!”
Walaupun
tidak banyak yang mengikutinya, Aktsam tetap teguh dengan pendiriannya, bahkan
ia memutuskan untuk berhijrah ke Madinah sebagaimana kebanyakan kaum muslimin
yang berada di Makkah. Tetapi dalam perjalanan tersebut ia sakit dan akhirnya
meninggal sebelum sempat tiba di Madinah dan bertemu dengan Rasulullah SAW.
Beberapa sahabat yang mendengar peristiwa yang dialami Aktsam sempat
sedih dengan nasibnya, tetapi kemudian turun firman Allah QS An Nisa ayat 100,
yang menyatakan bahwa orang-orang seperti Aktsam tersebut tetap memperoleh
pahala hijrah secara sempurna, walau belum sempat sampai di Madinah dan bertemu
langsung dengan Nabi SAW untuk mengukuhkan ba’iat keislamannya.
Semua para sahabat nabi berjuang untuk agama, tapi kali ini apa yang kita perjuangkan dalam agama. malah kita berjuang demi dunia dengan melalui agama... !!!
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusada 6 sifat yang dimiliki sahabat Nabi yang mulia
BalasHapusdan ini telah diteliti oleh ulama zuhud pengamal sunnah
berbagi Kisah Inpiratif disini Cerita Kisah Islam
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus