Sa'd bin Mu'adz
adalah salah satu tokoh bani Abdul Asyhal di Madinah. Ia sangat prihatin karena
kerabatnya yang juga tokoh kaumnya, As'ad bin Zurarah telah meninggalkan agama
nenek moyangnya (agama jahiliah yang menyembah berhala), dan bersama sahabat
yang diutus Nabi SAW dari Makkah, Mush'ab bin Umair bergerak aktif mendakwahkan
Islam kepada masyarakat Madinah. Ia merasa tidak enak untuk menghalangi As'ad
karena hubungan kekerabatannya, karena itu ia minta tolong kepada Usaid bin
Hudhair. Ia berkata kepada Usaid, "Pergilah kamu menemui mereka berdua,
usir dan laranglah mereka memperbodoh orang-orang yang lemah dari kaum kita.
Kalau saja As'ad bin Zurarah bukan anak bibiku, tentu aku sendiri yang akan
melakukannya."
Usaid memenuhi
permintaan Sa'd, ia mengambil tombaknya dan menemui As'ad dan Mush'ab yang
berada di kebun bani Zhafar. Agak lama berselang, Usaid datang lagi menemui
Sa'd yang berada di tengah kaumnya. Sa'd melihat ada sesuatu yang berbeda
dengan Usaid, ia berkata kepada kaumnya, "Aku bersumpah kepada kalian
dengan nama Allah, sesungguhnya Usaid mendatangi kalian dengan wajah yang
berbeda dengan wajahnya ketika meninggalkan kalian."
Setelah dekat,
Usaid berkata kepada Sa'd, "Wahai Sa'd, aku telah berbicara pada mereka
berdua, dan aku tidak melihat ancaman apapun darinya. Dan telah kusampaikan apa
yang kau inginkan, tetapi mereka berkata 'Lakukan saja apa yang kamu suka'. Dan
aku mendengar berita kalau bani Haritsah bermaksud membunuh As'ad karena tahu
dia adalah anak bibimu, sepertinya mereka meremehkan dirimu."
Mendengar kabar
ini Sa'd menjadi marah sekaligus khawatir akan keselamatan As'ad. Bagaimanapun
ikatan kekeluargaan itu lebih kuat dari ‘ancaman’ agama baru itu. Ia mengambil
tombaknya dan bergegas menuju kebun bani Zhafar. Tetapi sampai disana, ia
melihat As'ad dan Mush'ab dalam keadaan tenang tanpa sedikitpun ketakutan, ia
sadar kalau Usaid menyiasatinya agar menemui dua orang itu. Kepalang basah, ia
berdiri di hadapan mereka berdua dengan marah dan mencaci maki As'ad. Ia berkata,
"Hai Abu Umamah (kunyahnya As’ad bin Zurarah), demi Allah, jika tidak ada
hubungan kekeluargaan antara kita, kamu tidak akan meminta ini dariku. Adakah
kamu datang ke tempat tinggal kami dengan membawa sesuatu yang kami
benci?"
As'ad diam saja,
justru Mush'ab bin Umair yang menjawab. Seperti halnya kepada Usaid, Mush'ab
berhasil membujuk Sa'd untuk mau mendengarkan. Kalau ada sesuatu yang tidak
disukainya, ia bebas menolaknya dan jika hal
itu baik, ia bisa menerimanya. Sa'd setuju dengan pendapat itu dan ia
duduk.
Mush'ab mulai
menjelaskan tentang Islam dan juga membacakan beberapa ayat Al- Qur'an, yaitu
ayat-ayat awal surat az Zukhruf. Setelah penjelasan Mush'ab ini,
mata Sa'd berbinar penuh minat, ia bertanya, "Apa yang harus aku lakukan
jika ingin masuk agama ini?"
As'ad
menyuruhnya mandi dan bersuci, membersihkan pakaiannya dan bersyahadat dengan
syahadat yang sebenarnya, kemudian melakukan shalat dua rakaat. Sa'd melakukan
apa yang dikatakan As'ad dan Mush'ab membimbingnya bersyahadat dan shalat. Sa'd
pun memeluk Islam dengan perantaraan Mush'ab sebagaimana Usaid.
Sa'd kembali
kepada kaumnya, dan mereka menyambutnya dengan ucapan, seperti ucapan Sa'd
ketika melihat kedatangan Usaid bin Hudhair, "Sesungguhnya Sa'd telah
kembali kepada kita dengan wajah yang berbeda dari saat dia meninggalkan
kita."
Ketika telah
dekat dan berada di antara kaumnya, Sa'd berkata kepada mereka, "Wahai
bani Abdul Asyhal, apakah yang kalian ketahui tentang kedudukanku di tengah
kalian?"
Mereka menjawab, "Engkau adalah
ketua kami, sebaik-baiknya orang dalam memberikan pendapat, dan selalu menang
dalam menuntut…!"
"Sesungguhnya
perkataan kaum lelaki dan wanita dari bani Abdul Asyhal dari kalangan kamu
adalah haram bagiku, sehingga kalian beriman kepada Allah dan RasulNya,
Muhammad SAW." Kata Sa'd.
Maka sebelum
petang pada hari itu, seluruh anggota bani Abdul Asyhal memeluk Islam
sebagaimana dikatakan oleh Usaid bin Hudhair sebelumnya, dan ini menjadi
kampung Islam pertama di kota
Madinah.
Sa’d bin Mu’adz
meninggal sebelum menikmati masa kejayaan Islam. Ia terluka parah akibat
terkena panah pada Perang Khandaq atau Perang Ahzab. Namun ia berdoa agar
diberikan waktu untuk bisa memberikan ‘pengadilan’ kepada orang-orang Yahudi
Bani Quraizhah, yang telah melakukan pengkhianatan pada Perang Khandaq. Bani
Quraizhah merupakan sekutu terbaik dari kaumnya pada masa jahiliah, dan tetap
terjalin hubungan yang baik ketika kaumnya memeluk Islam. Tetapi ketika Madinah
dikepung oleh musuh, mereka justru bersekutu dengan kaum Quraisy dan kaum
Ghathafan, dan siap-siap menyerang kaum muslimin dari dalam kota Madinah. Setelah memberikan keputusan
atas pengkhianatan mereka itu, Sa’d menemui syahidnya. Nabi SAW bersabda, “Arsy
Allah Yang Maha Pemurah berguncang karena kematian Sa’d bin Muadz!!”
Orang-orang yang
mengangkat jenazahnya juga berkata, “Alangkah ringannya jenazah Sa’d bin Muadz
ini!!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar