Khabbab bin
Arats adalah seorang sahabat Muhajirin yang memeluk Islam pada masa-masa awal,
ketika umat Islam belum mencapai duapuluh orang. Ia berasal dari golongan
lemah, yakni hanya seorang budak yang bertugas membuat pedang atau peralatan
dari besi lainnya. Sebagaimana sahabat-sahabat yang masuk Islam pada periode
awal, ia mengalami penyiksaan yang tidak tanggung-tanggung. Statusnya sebagai
budak membuat tuannya, Ummu Anmar bebas menyiksa dirinya. Ia diseterika dengan
besi panas yang merah menyala, dipakaikan baju besi kemudian dijemur di panas padang pasir, juga pernah
diseret di atas timbunan bara sehingga lemak dan darahnya mengalir mematikan
bara tersebut.
Khabbab pernah
mengeluhkan beratnya siksaan yang dialaminya kepada Nabi SAW, beliau yang saat
itu tengah bersandar pada Ka'bah beralaskan burdah, bersabda, "Wahai Khabbab, orang-orang yang sebelum
kalian pernah disisir kepalanya dengan sisir besi, sehingga terlepas tulang
dari dari daging dan uratnya, tetapi ia tidak berpaling dari agamanya. Ada pula yang dipenggal
lehernya hingga kepalanya putus, namun ia tetap teguh dengan agamanya. Sungguh
Allah SWT akan memenangkan perjuangan agama ini sehingga suatu saat nanti,
orang akan berkendaraan dari Shan'a hingga Hadramaut tanpa merasa takut kecuali
hanya kepada Allah, sampai serigala bisa berdampingan dengan kambing (tanpa
memangsanya). Namun sungguh kalian adalah orang yang suka tergesa-gesa."
Mendengar
penuturan beliau itu, Khabbab pun ikhlas dengan penderitaannya dan berteguh
dengan keimanannya. Ketika Islam telah mengalami kejayaan dan berbagai harta
kekayaan melimpah, Khabbab justru duduk menangis sambil berkata,
"Tampaknya Allah telah memberikan ganjaran atas segala penderitaan yang
kita alami, aku khawatir tidak ada lagi ganjaran yang kita terima di akhirat,
setelah kita terima berbagai macam kemewahan ini!!”
Setelah itu
Khabbab meletakkan seluruh hartanya pada bagian rumahnya yang terbuka, dan mengumumkan
agar siapa saja yang memerlukan untuk mengambilnya tanpa meminta ijin dirinya. Ia
berkata, “Demi Allah aku tidak akan mengikatnya dengan tali (yakni, tidak mempertahankan
hartanya tersebut), dan tidak akan melarang orang yang akan meminta/mengambilnya!!”
Setelah Khabbab
terbebas dari perbudakannya karena ditebus dan dimerdekakan oleh Abu Bakar , ia
berkhidmad untuk belajar Al Qur’an dan akhirnya menjadi salah seorang yang ahli
(Qari) dalam Al Qur’an. Ia tengah mengajarkan Al Qur’an kepada Fathimah binti
Khaththab dan suaminya ketika Umar datang menghajar keduanya karena
keislamannya. Tetapi peristiwa itu justru menjadi pemicu Umar memeluk Islam.
Khabbab hampir
tidak tertinggal dalam berbagai pertempuran di medan jihad. Pada Perang Badr, ia bertugas menjaga
kemah Rasulullah pada malam sebelum perang, dan ia melihat Nabi SAW shalat
semalaman hingga menjelang fajar. Ketika Khabbab bertanya tentang shalat yang
sangat panjang itu, Nabi SAW menjawab,
"Itu adalah shalat yang penuh harapan dan ketakutan, aku berdoa kepada
Allah dengan tiga permintaan, dua dikabulkan dan satu lagi dicegahNya. Aku
berdoa : Ya Allah, janganlah umatku Engkau binasakan sampai habis karena
kelaparan, dan Dia mengabulkannya. Aku berdoa : Ya Allah, Janganlah umatku
engkau binasakan sampai habis karena serangan musuh, dan Dia mengabulkannya.
Aku berdoa : Ya Allah, janganlah terjadi perpecahan dan perselisihan di antara umatku, maka Dia
mencegah doaku ini."
Sangat baik kisah ini untuk memotivasi kita dalam memperjuangkan tegaknya agama Allah ini.
BalasHapus