Pada hari
pembebasan atau penaklukan Kota Makkah (Fathul Makkah), Abu Sufyan bin Harb
sama sekali tidak diusik oleh Nabi SAW. Padahal beberapa tokoh Quraisy yang
sama kerasnya memusuhi Islam seperti dirinya sempat dihalalkan darahnya (boleh
dibunuh), walaupun memang pada akhirnya banyak yang diampuni oleh beliau.
Bahkan ia sempat diistimewakan dengan sabda beliau, "Siapa yang memasuki
rumah Abu Sufyan , ia aman…!"
Memang, ketika
Nabi SAW bersiap-siap menggerakkan pasukan ke Makkah, Abu Sufyan telah berada
di Madinah dengan maksud memperbaharui Perjanjian Hudaibiyah. Ia sempat singgah
di rumah putrinya yang juga istri Rasulullah SAW, Ummu Habibah, tetapi ia tidak
mendapat sambutan yang menggembirakan. Bahkan untuk duduk di tikar milik
Rasulullah SAW saja ia dilarang oleh putrinya tersebut, dengan alasan masih
kotor, yakni musyrik.
Abu Sufyan
sempat berbicara dengan Nabi SAW tetapi beliau agak mengabaikannya. Ia juga meminta
jaminan perlindungan kepada beberapa sahabat, termasuk Ali bin Abi Thalib,
tetapi ia tidak memperoleh apa yang diharapkan. Kebanyakan dari mereka merasa
takut, karena Nabi SAW telah memutuskan untuk menyerang dan menaklukkan Kota
Makkah. Namun demikian ia memutuskan untuk tetap bersama pasukan muslimin yang
sedang bergerak menuju Makkah.
Ketika pasukan
muslim tiba di Marr Azh Zhahran, dengan bantuan Abbas bin Abdul Muthalib, paman
Nabi SAW, Abu Sufyan berhasil menemui Nabi SAW, dan akhirnya ia memeluk Islam
atas dorongan dari Abbas. Entah apa motivasi dasarnya, tetapi yang jelas ia
mengungkapkan kekaguman dan pengakuannya bahwa pasukan muslim begitu besar, dan
orang-orang Quraisy tidak akan mampu menahan jika Nabi SAW
benar-benar menyerang Makkah.
Pada malam
harinya pada hari Penaklukan Makkah itu, istrinya, Hindun berkata kepada Abu
Sufyan bin Harb, "Sesungguhnya aku mau berbai'at kepada Rasulullah
SAW."
"Aku
melihat kamu ini masih kufur!" Kata suaminya.
Hindunpun
berkata, "Demi Allah! Demi Allah! Tidak pernah aku melihat sebelum ini,
Allah disembah dengan sebenar-benarnya, sebagaimana telah dilakukan oleh
Muhammad dan sahabat-sahabatnya di masjid ini (Masjidil Haram) pada malam hari
ini. Tidaklah mereka menghabiskan malam, kecuali dengan ruku, sujud dan thawaf
hingga subuh."
Abu Sufyan
bertanya, "Apakah kamu melihat semua ini dari Allah?"
"Ya, ini
memang dari Allah!!" Kata Hindun dengan tegas.
Pagi harinya,
ketika ia menemui Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau berkata kepadanya,
"Semalam engkau telah bertanya kepada Hindun : Apakah ini semua dari
Allah? Dan ia menjawab : Ya, ini memang dari Allah."
Seketika Abu
Sufyan memandang Nabi SAW penuh kekaguman. Ia mungkin telah menyatakan diri
memeluk Islam saat Nabi SAW dalam perjalanan ke Makkah. Tetapi pada pagi hari
itu ia merasakan kebenaran telah merasuk ke dalam sum-sum dan jiwanya, sehingga
sekali lagi ia menyatakan syahadatnya di hadapan Nabi SAW dengan segenap
ketulusan hatinya. Kemudian ia berkata, "Demi Allah, tidak ada yang
mendengar ucapanku itu selain Hindun!!"
Dalam perang
Thaif, perang pertama yang diikutinya sebagai muslim, ketika sedang makan di
kebun Abu Ya'la, Sa'id bin Ubaid berhasil memanahnya dan melukai matanya. Ia
datang kepada Nabi SAW dan berkata, "Wahai Rasulullah, mataku ini cedera
di jalan Allah!"
Nabi SAW
tersenyum mendengar pengaduannya tersebut. Beliau bersabda, "Jika kamu
mau, aku akan berdoa kepada Allah agar penglihatanmu kembali seperti sediakala.
Atau jika tidak, untukmu surga karena cederamu ini!"
"Aku
memilih surga saja, wahai Rasulullah!" Kata Abu Sufyan.
Maka ia
menjalani sisa hidupnya dengan mata yang cedera, dan bersabar atasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar