Pada masa
Khalifah Umar, ketika sekelompok pasukan kembali dari medan pertempuran, Abdullah bin Zaid masuk ke masjid, kemudian Umar memanggilnya
dan bertanya tentang kabar yang dibawanya, ia berkata, "Sesungguhnya aku
membawa berita, ya Amirul Mukmimin…"
Abdullah bin
Zaid menceritakan bahwa dalam suatu pertempuran tengah berlangsung, ada
sekelompok sahabat dari kalangan Muhajirin dan Anshar yang sempat melarikan
diri dari perang, dan mereka jadi sedih ketika melihat Umar. Mendengar
ceritanya itu, Umar berkata, "Janganlah kalian bersedih hati, wahai kaum
muslimin. Sesungguhnya kalian adalah dalam kumpulanku."
Umar menghibur
mereka yang bersedih, antara lain adalah Mu'az al Qary. Umar juga menjelaskan
kepada sahabat Sa'ad bin Ubaid, bahwa pada jaman Nabi SAW pernah terjadi seorang
sahabat mundur dari pertempuran dan beliau memakluminya. Dan setelah berlalu
beberapa waktu lamanya, Nabi SAW menggelari sahabat tersebut al Qari, karena
prestasi dan kemampuannya dalam hal Al Qur’an.
Abdullah bin
Zaid adalah salah satu sahabat yang mengikuti perang Badar (Ahlu Badar). Ketika
terjadi penyerbuan kota Madinah oleh pasukan Yazid bin Muawiyah pada Bulan
Dzulhijjah tahun 36 hijriah, Amir para sahabat Anshar, yaitu Abdullah bin
Hanzhalah memba'iat orang-orang Madinah atas maut. Ketika hal ini dilaporkan
kepada Abdullah bin Zaid, ia berkata, "Aku tidak berba'iat kepada siapapun
untuk mati, sepeninggal Rasulullah SAW."
Walau
penyerangan kota
Madinah sangatlah dilaknat, tetapi bagi Abdullah bin Zaid, ia tidak ingin
‘berjuang’ mati-matian karena yang mereka hadapi adalah masih sesama saudara
muslim. Ia lebih mengedepankan ishlah, perbaikan hubungan dengan mereka itu.
Hanya saja, ternyata kemudian pasukan Yazid bin Muawiyah tersebut sangatlah
dzalim dan kejamnya. Banyak sekali penduduk Madinah, bahkan termasuk ratusan
atau mungkin ribuan sahabat Nabi SAW ikut dibantai oleh pasukan dari Syam
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar