Rabu, 07 Mei 2014

Sa'd as Sulami RA

Sa'd as Sulami RA adalah seorang sahabat Nabi SAW dari bani Sulam. Sebenarnya ia termasuk kalangan yang terkemuka dari kaumnya, tetapi kulitnya yang hitam dan wajahnya yang jelek membuat dirinya agak tersisih dari kalangan kaumnya. Suatu ketika ia datang ke majelis Nabi SAW dan berkata, "Wahai Rasulullah, apakah kehitaman kulitku dan jeleknya wajahku menghalangiku untuk masuk surga?"
"Tidak, Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya," Kata Nabi SAW, "Asalkan engkau benar-benar yakin kepada Tuhanmu dan beriman kepada apa yang disampaikan Rasul-Nya!!"
Sa’d berkata, "Demi Dzat yang telah memuliakan engkau dengan kenabian, Ya Rasulullah, sungguh saya telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa engkau adalah hamba dan utusan-Nya…"
Beberapa saat berhenti, kemudian Sa'd berkata lagi, "Wahai Rasulullah, sejak delapan bulan sebelum saya duduk di sini saat ini, saya telah meminang orang yang berada di sekitar engkau dan yang jauh dari sini, tetapi mereka semua menolak karena hitamnya kulitku dan jeleknya wajahku. Sesungguhnyalah saya dari keluarga terpandang dari Bani Sulam, tetapi kehitaman kulit bibi-bibiku yang sangat mempengaruhi saya!!"
Nabi SAW sangat memahami kegelisahan sahabatnya ini. Beliau memandang berkeliling seolah mencari  seseorang, kemudian bersabda, "Apakah Amr bin Wahb ada di sini saat ini?"
Amr bin Wahb adalah seorang sahabat dari Bani Tsaqif di Thaif yang belum lama memeluk Islam dan baru pindah ke Madinah. Ia mempunyai seorang putri yang cantik dan cerdas bernama Atiqah binti Amr. Beberapa sahabat menjawab kalau Amr tidak hadir dalam majelis beliau saat itu. Beliau memandang kepada Sa'd dan bersabda, "Apakah kamu tahu rumahnya?"
"Tahu, ya Rasulullah!!" Kata Sa'd.
"Pergilah ke rumahnya!" Kata Nabi SAW, "Ketuklah pintu rumahnya pelan-pelan dan ucapkanlah salam. Apabila engkau telah masuk, katakanlah : Rasulullah SAW telah menikahkan saya dengan putrimu..!!"
Sa'd bergegas memenuhi perintah Nabi SAW berangkat ke rumah Amr bin Wahb. Ketika berdiri di depan pintu rumahnya, mengetok pintu, mengucap salam dan meminta ijin masuk dengan bahasa Arab yang sopan, ia mendengar kegembiraan di dalam rumah Amr. Tetapi begitu pintu terbuka dan melihat wujud penampilannya, segera saja kegembiraan itu lenyap dari wajah-wajah penghuni rumah Amr. Melihat gelagat seperti itu, tanpa menunggu dipersilahkan masuk, Sa'd berkata, "Sesungguhnya Rasulullah SAW telah menikahkan aku dengan putrimu!!"
Makin tampak kekagetan dan ketidak-senangan Amr bin Wahb dengan kehadiran Sa'd. Amr berkata kasar dan menolaknya, kemudian menyuruhnya segera pergi. Tampaknya Sa'd cukup tegar menerima penolakan kasar ini. Pengalamannya selama delapan bulan membuatnya cukup terbiasa dengan penolakan.
Ia segera berlalu dari rumah Amr dan kembali ke majelis Rasulullah SAW. Belum jauh ia berlalu dari rumah Amr, terdengar langkah mendekat dan suara memanggilnya. Ia berhenti dan berbalik, tampak seorang gadis yang sangat cantik berdiri agak jauh di hadapannya. Sang gadis yang tak lain adalah Atiqah binti Amr, berkata, "Wahai hamba Allah, kembalilah! Jika memang Rasulullah SAW menjodohkan engkau dengan aku, aku rela dengan apa yang ditetapkan dan direlakan Rasulullah!!"
Sa'd sejenak bimbang, walau ia memang ingin menikah, ia tidak pernah bermimpi untuk mendapatkan istri secantik gadis yang kini berdiri di hadapannya, ia cukup tahu keadaan dirinya. Dan tampaknya ia bisa memahami "penolakan" dari Amr, memang tidak pantas ia bersanding dengan putrinya tersebut. Tetapi segera saja ditepisnya kebimbangannya tersebut. Bagaimanapun seorang gadis tidak bisa "memutuskan" sendiri pernikahannya selama masih ada walinya, apalagi wali tersebut ayahnya. Sa'd segera berpaling dari gadis tersebut tanpa berkata apa-apa dan berjalan kembali ke majelis Nabi SAW.
Setibanya di masjid, Sa'd melaporkan apa yang terjadi, kemudian bergabung dengan sahabat lainnya mendengarkan pengajaran Nabi SAW. Tetapi tak lama kemudian, datanglah Amr bin Wahb dengan tergopoh-gopoh menghadap Nabi  SAW. Sebelum ia berucap apa-apa, Nabi SAW mendahuluinya bersabda, "Kamukah orangnya yang menolak apa yang dikehendaki oleh Rasulullah!!"
Amr meminta maaf dengan penuh penyesalan, ia berkata, "Benar, ya Rasulullah, tetapi saya memohon ampunan kepada Allah. Saya kira ia berbohong dengan perkataanya. Kalau memang ia benar, kami bersedia menikahkannya dengan putri kami, karena kami berlindung dari kemurkaan Allah dan kemurkaan Rasul-Nya…!!"
Nabi SAW amat gembira dengan sikap Amr ini, beliau memanggil Sa'd untuk mendekat dan saat itu juga Amr menikahkan dengan putrinya, Atiqah, dengan maskawin 400 dirham.
Sa'd sangat gembira dengan pernikahannya ini.  Nabi SAW bersabda kepadanya, "Pergilah kamu, dan pergauilah istrimu itu…!!"
Sa'd berkata, "Wahai Rasulullah, Demi Dzat yang telah mengutus engkau dengan benar sebagai Nabi, saya tidak mempunyai apa-apa (untuk membayar maskawin dan bingkisan untuk istrinya) sebelum saya meminta kepada teman-teman saya…!!"
Nabi SAW memerintahkannya untuk meminta kepada tiga orang mukmin, yakni Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf dan Ali bin Abi Thalib. Masing-masing 200 dirham, maka mereka pasti akan memberinya, bahkan melebihkan pemberiannya. Sa'd melaksanakan perintah Nabi SAW tersebut, dan ia memang memperoleh uang yang cukup bahkan sangat berlebih untuk memberi belanja istrinya dan membayar maharnya.
Keesokan harinya ia pergi ke pasar untuk membeli barang-barang keperluan dan bingkisan untuk istrinya. Tetapi belum sempat ia membeli sesuatu, ia mendengar seruan untuk berjihad, "Wahai kuda-kuda Allah, naiklah !!"
Wajah Sa'd jadi berbinar-benar mendengar seruan tersebut. Hilang sudah rencananya untuk membeli kebutuhan rumah tangga barunya, hilang sudah bayang-bayang keindahan malam pertama dengan istrinya yang jelita, Atiqah binti Amr, hilang sudah semua angan-angan tentang gemerlap dunia barunya sebagai seorang suami. Ia memandang ke langit dan berkata, "Wahai Allah, Tuhannya langit dan bumi, Tuhannya Muhammad SAW, sungguh hari ini saya akan memakai uang yang ada padaku untuk sesuatu yang dicintai Allah, dicintai Rasul-Nya, dan dicintai oleh orang-orang yang beriman!!"
Sa'd membelanjakan uangnya untuk membeli kuda, pedang, tombak, perisai dan segala macam keperluan untuk berjihad di jalan Allah, termasuk perbekalannya. Ia mengikatkan surban di seluruh tubuhnya dan memakai baju besi yang menutup seluruh tubuhnya kecuali dua matanya, sehingga ia tidak mudah dikenali identitasnya.
Ketika tiba di antara sahabat muhajirin, mereka berkata, "Siapakah penunggang kuda yang belum kita kenali ini?"
Sa'd sama sekali tidak menjawab pertanyaan tersebut, Ali bin Abi Thalib berkata, "Biarkanlah dia, barangkali ia datang dari daerah Bahrain atau Syam, dimana ia akan bertanya tentang agamamu, saat ini ia ingin mengorbankan dirinya untuk keselamatanmu…!!"
Sa'd melesatkan kudanya menuju garis depan dan bertempur dengan perkasanya. Tombak dan pedangnya tak pernah berhenti menyabet dan penyerang musuh-musuhnya. Ketika kudanya tampak kelelahan, ia turun untuk berperang dengan berjalan kaki, dan itu tidak mengurangi semangatnya memperoleh syahidnya. Saat itu ia sedang berada di dekat Nabi SAW, dan lengannya tersingkap sehingga tampak kehitaman kulitnya, beliau langsung bersabda, "Apakah engkau Sa'd?"
"Benar, ya Rasulullah..!!"
Nabi SAW menatapnya dengan kagum, begitu juga beberapa sahabat lainnya yang akhirnya mengenali sang mujahid yang begitu bersemangat menggempur musuh ini. Rasanya belum lama mereka melihat Sa'd dalam kegelisahan di majelis Nabi SAW, tetapi yang tampak sekarang adalah sebaliknya, jiwa yang sangat hidup dan semangat menyala-nyala. Nabi SAW bersabda kepadanya, "Engkau sangat beruntung, Sa'd!!"
Sa'd makin bersemangat mendengar pujian Nabi SAW tersebut, makin gencar saja ia menyerang musuh. Beberapa waktu berlalu, tiba-tiba terdengar seruan, "Sa'd telah tewas, Sa'd telah tewas…!!"
Nabi SAW langsung mendatangi tempat Sa'd menemui syahidnya. Beliau mengangkat kepala Sa'd, topi bajanya ditanggalkan dan beliau meletakkan di pangkuan beliau. Sambil membersihkan tanah yang ada di wajah Sa'd dengan ujung pakaian beliau, Nabi SAW bersabda, "Betapa harum baumu, betapa dicintainya engkau oleh Allah dan Rasul-Nya!!"
Tampak beliau menangis, kemudian tertawa dan memalingkan wajah, lalu bersabda, "Ia telah sampai di telaga, demi Tuhannya Ka'bah!!"
Sahabat Abu Lubabah yang penasaran dengan sikap beliau berkata, "Wahai Rasulullah, apakah maksudnya telaga?"
Nabi SAW bersabda, "Telaga yang diberikan Allah (kepada Sa'd), yang luasnya antara Shan'a dan Bashrah, tempatnya dihiasi oleh mutiara dan permata, airnya lebih putih daripada susu dan lebih manis daripada madu, siapa yang minum sekali saja, ia tidak akan merasakan haus selama-lamanya..!!"
Abu Lubabah berkata lagi, "Wahai Rasulullah, aku melihat engkau menangis, lalu tertawa, kemudian memalingkan muka engkau!!"
Nabi SAW-pun menjelaskan, "Aku menangis karena rindu kepada Sa'd, aku tertawa karena melihat keadaan Sa'd di sisi Allah dan kemuliaanya di hadapan-Nya. Sedangkan aku memalingkan muka karena aku melihat bidadari-bidadari yang menjadi istrinya saling berebut mendekatinya sehingga terlihat betis-betis mereka, aku merasa malu melihat pemandangan tersebut!"
Kemudian Nabi SAW memerintahkan seorang sahabat mengumpulkan barang-barang milik Sa'd, kuda, pedang, tombak, perisai dan sisa perbekalannya, lalu memerintahkan sang sahabat untuk mengirimkannya ke rumah Amr bin Wahb, untuk diserahkan kepada istrinya, Atiqah binti Amr. Beliau juga menyampaikan pesan untuk Amr bin Wahb, "Allah telah mengawinkan Sa'd as Sulami dengan wanita-wanita yang lebih baik daripada putrimu!!"
Sahabat tersebut segera berangkat menjalankan perintah Nabi SAW tersebut.

1 komentar:

  1. ass, mohon maaf sebelumnya,,,, cerita ini dikutip dan di riwayatkan oleh siapa kalo boleh tau,,, buat dijadikan referensi

    BalasHapus