Sa'd as Sulami RA adalah seorang
sahabat Nabi SAW dari bani Sulam. Sebenarnya ia termasuk kalangan yang
terkemuka dari kaumnya, tetapi kulitnya yang hitam dan wajahnya yang jelek
membuat dirinya agak tersisih dari kalangan kaumnya. Suatu ketika ia datang ke
majelis Nabi SAW dan berkata, "Wahai Rasulullah, apakah kehitaman kulitku
dan jeleknya wajahku menghalangiku untuk masuk surga?"
"Tidak, Demi Dzat yang jiwaku
berada dalam genggaman-Nya," Kata Nabi SAW, "Asalkan engkau
benar-benar yakin kepada Tuhanmu dan beriman kepada apa yang disampaikan
Rasul-Nya!!"
Sa’d berkata, "Demi Dzat yang
telah memuliakan engkau dengan kenabian, Ya Rasulullah, sungguh saya telah
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa engkau adalah hamba dan
utusan-Nya…"
Beberapa saat berhenti, kemudian
Sa'd berkata lagi, "Wahai Rasulullah, sejak delapan bulan sebelum saya
duduk di sini saat ini, saya telah meminang orang yang berada di sekitar engkau
dan yang jauh dari sini, tetapi mereka semua menolak karena hitamnya kulitku
dan jeleknya wajahku. Sesungguhnyalah saya dari keluarga terpandang dari Bani
Sulam, tetapi kehitaman kulit bibi-bibiku yang sangat mempengaruhi saya!!"
Nabi SAW sangat memahami kegelisahan
sahabatnya ini. Beliau memandang berkeliling seolah mencari seseorang, kemudian bersabda, "Apakah
Amr bin Wahb ada di sini saat ini?"
Amr bin Wahb adalah seorang sahabat
dari Bani Tsaqif di Thaif yang belum lama memeluk Islam dan baru pindah ke
Madinah. Ia mempunyai seorang putri yang cantik dan cerdas bernama Atiqah binti
Amr. Beberapa sahabat menjawab kalau Amr tidak hadir dalam majelis beliau saat
itu. Beliau memandang kepada Sa'd dan bersabda, "Apakah kamu tahu
rumahnya?"
"Tahu, ya Rasulullah!!"
Kata Sa'd.
"Pergilah ke rumahnya!"
Kata Nabi SAW, "Ketuklah pintu rumahnya pelan-pelan dan ucapkanlah salam.
Apabila engkau telah masuk, katakanlah : Rasulullah SAW telah menikahkan saya
dengan putrimu..!!"
Sa'd bergegas memenuhi perintah
Nabi SAW berangkat ke rumah Amr bin Wahb. Ketika berdiri di depan pintu
rumahnya, mengetok pintu, mengucap salam dan meminta ijin masuk dengan bahasa
Arab yang sopan, ia mendengar kegembiraan di dalam rumah Amr. Tetapi begitu
pintu terbuka dan melihat wujud penampilannya, segera saja kegembiraan itu
lenyap dari wajah-wajah penghuni rumah Amr. Melihat gelagat seperti itu, tanpa
menunggu dipersilahkan masuk, Sa'd berkata, "Sesungguhnya Rasulullah SAW
telah menikahkan aku dengan putrimu!!"
Makin tampak kekagetan dan
ketidak-senangan Amr bin Wahb dengan kehadiran Sa'd. Amr berkata kasar dan
menolaknya, kemudian menyuruhnya segera pergi. Tampaknya Sa'd cukup tegar
menerima penolakan kasar ini. Pengalamannya selama delapan bulan membuatnya
cukup terbiasa dengan penolakan.
Ia segera berlalu dari rumah Amr
dan kembali ke majelis Rasulullah SAW. Belum jauh ia berlalu dari rumah Amr,
terdengar langkah mendekat dan suara memanggilnya. Ia berhenti dan berbalik,
tampak seorang gadis yang sangat cantik berdiri agak jauh di hadapannya. Sang
gadis yang tak lain adalah Atiqah binti Amr, berkata, "Wahai hamba Allah,
kembalilah! Jika memang Rasulullah SAW menjodohkan engkau dengan aku, aku rela
dengan apa yang ditetapkan dan direlakan Rasulullah!!"
Sa'd sejenak bimbang, walau ia
memang ingin menikah, ia tidak pernah bermimpi untuk mendapatkan istri secantik
gadis yang kini berdiri di hadapannya, ia cukup tahu keadaan dirinya. Dan
tampaknya ia bisa memahami "penolakan" dari Amr, memang tidak pantas
ia bersanding dengan putrinya tersebut. Tetapi segera saja ditepisnya
kebimbangannya tersebut. Bagaimanapun seorang gadis tidak bisa
"memutuskan" sendiri pernikahannya selama masih ada walinya, apalagi
wali tersebut ayahnya. Sa'd segera berpaling dari gadis tersebut tanpa berkata
apa-apa dan berjalan kembali ke majelis Nabi SAW.
Setibanya di masjid, Sa'd
melaporkan apa yang terjadi, kemudian bergabung dengan sahabat lainnya
mendengarkan pengajaran Nabi SAW. Tetapi tak lama kemudian, datanglah Amr bin
Wahb dengan tergopoh-gopoh menghadap Nabi
SAW. Sebelum ia berucap apa-apa, Nabi SAW mendahuluinya bersabda,
"Kamukah orangnya yang menolak apa yang dikehendaki oleh
Rasulullah!!"
Amr meminta maaf dengan penuh
penyesalan, ia berkata, "Benar, ya Rasulullah, tetapi saya memohon ampunan
kepada Allah. Saya kira ia berbohong dengan perkataanya. Kalau memang ia benar,
kami bersedia menikahkannya dengan putri kami, karena kami berlindung dari
kemurkaan Allah dan kemurkaan Rasul-Nya…!!"
Nabi SAW amat gembira dengan sikap
Amr ini, beliau memanggil Sa'd untuk mendekat dan saat itu juga Amr menikahkan
dengan putrinya, Atiqah, dengan maskawin 400 dirham.
Sa'd sangat gembira dengan
pernikahannya ini. Nabi SAW bersabda
kepadanya, "Pergilah kamu, dan pergauilah istrimu itu…!!"
Sa'd berkata, "Wahai
Rasulullah, Demi Dzat yang telah mengutus engkau dengan benar sebagai Nabi,
saya tidak mempunyai apa-apa (untuk membayar maskawin dan bingkisan untuk
istrinya) sebelum saya meminta kepada teman-teman saya…!!"
Nabi SAW memerintahkannya untuk
meminta kepada tiga orang mukmin, yakni Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf
dan Ali bin Abi Thalib. Masing-masing 200 dirham, maka mereka pasti akan
memberinya, bahkan melebihkan pemberiannya. Sa'd melaksanakan perintah Nabi SAW
tersebut, dan ia memang memperoleh uang yang cukup bahkan sangat berlebih untuk
memberi belanja istrinya dan membayar maharnya.
Keesokan harinya ia pergi ke pasar
untuk membeli barang-barang keperluan dan bingkisan untuk istrinya. Tetapi
belum sempat ia membeli sesuatu, ia mendengar seruan untuk berjihad,
"Wahai kuda-kuda Allah, naiklah !!"
Wajah Sa'd jadi berbinar-benar
mendengar seruan tersebut. Hilang sudah rencananya untuk membeli kebutuhan
rumah tangga barunya, hilang sudah bayang-bayang keindahan malam pertama dengan
istrinya yang jelita, Atiqah binti Amr, hilang sudah semua angan-angan tentang
gemerlap dunia barunya sebagai seorang suami. Ia memandang ke langit dan
berkata, "Wahai Allah, Tuhannya langit dan bumi, Tuhannya Muhammad SAW,
sungguh hari ini saya akan memakai uang yang ada padaku untuk sesuatu yang
dicintai Allah, dicintai Rasul-Nya, dan dicintai oleh orang-orang yang
beriman!!"
Sa'd membelanjakan uangnya untuk
membeli kuda, pedang, tombak, perisai dan segala macam keperluan untuk berjihad
di jalan Allah, termasuk perbekalannya. Ia mengikatkan surban di seluruh
tubuhnya dan memakai baju besi yang menutup seluruh tubuhnya kecuali dua
matanya, sehingga ia tidak mudah dikenali identitasnya.
Ketika tiba di antara sahabat
muhajirin, mereka berkata, "Siapakah penunggang kuda yang belum kita
kenali ini?"
Sa'd sama sekali tidak menjawab
pertanyaan tersebut, Ali bin Abi Thalib berkata, "Biarkanlah dia,
barangkali ia datang dari daerah Bahrain atau Syam, dimana ia akan
bertanya tentang agamamu, saat ini ia ingin mengorbankan dirinya untuk
keselamatanmu…!!"
Sa'd melesatkan kudanya menuju
garis depan dan bertempur dengan perkasanya. Tombak dan pedangnya tak pernah
berhenti menyabet dan penyerang musuh-musuhnya. Ketika kudanya tampak
kelelahan, ia turun untuk berperang dengan berjalan kaki, dan itu tidak mengurangi
semangatnya memperoleh syahidnya. Saat itu ia sedang berada di dekat Nabi SAW,
dan lengannya tersingkap sehingga tampak kehitaman kulitnya, beliau langsung
bersabda, "Apakah engkau Sa'd?"
"Benar, ya
Rasulullah..!!"
Nabi SAW menatapnya dengan kagum,
begitu juga beberapa sahabat lainnya yang akhirnya mengenali sang mujahid yang
begitu bersemangat menggempur musuh ini. Rasanya belum lama mereka melihat Sa'd
dalam kegelisahan di majelis Nabi SAW, tetapi yang tampak sekarang adalah
sebaliknya, jiwa yang sangat hidup dan semangat menyala-nyala. Nabi SAW
bersabda kepadanya, "Engkau sangat beruntung, Sa'd!!"
Sa'd makin bersemangat mendengar
pujian Nabi SAW tersebut, makin gencar saja ia menyerang musuh. Beberapa waktu
berlalu, tiba-tiba terdengar seruan, "Sa'd telah tewas, Sa'd telah
tewas…!!"
Nabi SAW langsung mendatangi tempat
Sa'd menemui syahidnya. Beliau mengangkat kepala Sa'd, topi bajanya
ditanggalkan dan beliau meletakkan di pangkuan beliau. Sambil membersihkan
tanah yang ada di wajah Sa'd dengan ujung pakaian beliau, Nabi SAW bersabda,
"Betapa harum baumu, betapa dicintainya engkau oleh Allah dan
Rasul-Nya!!"
Tampak beliau menangis, kemudian
tertawa dan memalingkan wajah, lalu bersabda, "Ia telah sampai di telaga,
demi Tuhannya Ka'bah!!"
Sahabat Abu Lubabah yang penasaran
dengan sikap beliau berkata, "Wahai Rasulullah, apakah maksudnya
telaga?"
Nabi SAW bersabda, "Telaga
yang diberikan Allah (kepada Sa'd), yang luasnya antara Shan'a dan Bashrah,
tempatnya dihiasi oleh mutiara dan permata, airnya lebih putih daripada susu
dan lebih manis daripada madu, siapa yang minum sekali saja, ia tidak akan
merasakan haus selama-lamanya..!!"
Abu Lubabah berkata lagi,
"Wahai Rasulullah, aku melihat engkau menangis, lalu tertawa, kemudian
memalingkan muka engkau!!"
Nabi SAW-pun menjelaskan, "Aku
menangis karena rindu kepada Sa'd, aku tertawa karena melihat keadaan Sa'd di
sisi Allah dan kemuliaanya di hadapan-Nya. Sedangkan aku memalingkan muka
karena aku melihat bidadari-bidadari yang menjadi istrinya saling berebut
mendekatinya sehingga terlihat betis-betis mereka, aku merasa malu melihat
pemandangan tersebut!"
Kemudian Nabi SAW memerintahkan
seorang sahabat mengumpulkan barang-barang milik Sa'd, kuda, pedang, tombak,
perisai dan sisa perbekalannya, lalu memerintahkan sang sahabat untuk
mengirimkannya ke rumah Amr bin Wahb, untuk diserahkan kepada istrinya, Atiqah
binti Amr. Beliau juga menyampaikan pesan untuk Amr bin Wahb, "Allah telah
mengawinkan Sa'd as Sulami dengan wanita-wanita yang lebih baik daripada putrimu!!"
Sahabat tersebut segera berangkat
menjalankan perintah Nabi SAW tersebut.
ass, mohon maaf sebelumnya,,,, cerita ini dikutip dan di riwayatkan oleh siapa kalo boleh tau,,, buat dijadikan referensi
BalasHapus