Minggu, 20 Oktober 2013

Tsabit bin Arqam al Ajlani RA

Tsabit bin Arqam RA adalah seorang sahabat Nabi SAW yang berasal dari Bani Ajlan, ia juga termasuk salah satu dari sahabat Ahlu Badar. Sebagaimana sebagian besar sahabat-sahabat beliau yang memeluk Islam pada masa awal, ia selalu terjun dalam medan jihad demi impian untuk memperoleh syahid, termasuk di dalam perang Mu'tah, pertempuran tidak berimbang antara 3.000 tentara muslim dengan 200.000 tentara Romawi dan sekutu-sekutunya.
Sejak awal Nabi SAW membentuk pasukan yang dikirimkan ke Mu'tah, beliau telah menentukan bahwa komandan pasukan adalah Zaid bin Haritsah, jika ia gugur, digantikan Ja'far bin Abu Thalib, dan jika ia gugur digantikan oleh Abdullah bin Rawahah. Sangat mudah ditebak bagaimana kesudahan pertempuran antara tigaribu orang melawan 200.000 orang, walaupun sebenarnya Rasulullah SAW tidak tahu dan tidak menduga bahwa Romawi mengerahkan tentara sebanyak itu. Zaid gugur, panji pasukan muslim diambil Ja'far. Ja'far juga gugur, panji diambil oleh Ibnu Rawahah. Setelah Ibnu Rawahah gugur, panji pasukan muslim tergeletak begitu saja, tidak ada yang berani mengambilnya karena Rasulullah SAW tidak berpesan kepada siapa lagi panji itu harus diberikan setelah kematiannya.
Pasukan muslim sepertinya hanya menanti takdir untuk ditumpas habis oleh pasukan Romawi yang datang gelombang demi gelombang. Keadaan pasukan kaum muslimin saat itu tak ubahnya anak-anak ayam tanpa induknya, sementara burung-burung elang siap menyambarnya. Ketika keadaan makin kritis seperti itu, Tsabit bin Arqam al Ajlani memacu kudanya dan mengambil panji pasukan muslim. Ia memacu kudanya berputar-putar sambil mengangkat tinggi panji tersebut, dan kemudian menuju kepada Khalid bin Walid, yang saat itu baru memeluk Islam dan hanya sebagai prajurit biasa. Tsabit berkata, "Peganglah panji ini, wahai Abu Sulaiman..!!"
Abu Sulaiman adalah nama kunyah Khalid bin Walid. Khalid tahu diri, saat itu di sana banyak sekali sahabat Muhajirin dan Anshar yang terlebih dahulu memeluk Islam dan telah banyak berjasa kepada Islam, ia berkata kepada Tsabit, "Jangan saya, jangan saya yang memegang panji ini. Anda yang lebih berhak memegangnya, anda lebih tua dan telah menyertai Rasulullah SAW dalam Perang Badar dan berbagai pertempuran lainnya…!!
"Ambillah," Kata Tsabit lagi, "Anda lebih tahu muslihat dan strategi peperangan daripada aku. Demi Allah, aku  tidak mengambil panji ini kecuali untuk aku serahkan kepada anda…!!"
Sesaat kemudian Tsabit berpaling kepada pasukan muslim lainnya dan berkata, "Sediakah kalian semua berjuang di bawah pimpinan Khalid…!!"
Seluruh pasukan muslim dengan serempak menyetujui usulan Tsabit ini, sehingga Khalid tidak punya pilihan lain kecuali menerima amanat tersebut. Dan ternyata pilihan Tsabit memang tidak salah, Khalid berhasil memimpin pasukan untuk menahan gempuran pasukan Romawi, dan berhasil meloloskan diri dari kemusnahan total yang telah tampak di depan mata. Suatu perkara yang pasukan Romawi sendiri tidak bias mempercayainya, bahwa mereka tidak bisa menang mutlak dalam peperangan ini.
Akan halnya Rasulullah SAW di Madinah, beliau seolah-olah menyaksikan "tayangan langsung" pertempuran ini dan menceritakannya kepada para sahabat. Dengan berlinang air mata beliau menceritakan bagaimana Zaid berjuang memimpin pasukan kemudian gugur. Disusul oleh Ja'far memimpin kemudian gugur, kemudian Ibnu Rawahah memimpin dan ia juga gugur. Beberapa saat kemudian tampak sinar cerah di wajah beliau yang mengherankan para sahabat, padahal belum lama berselang wajah beliau diliputi kesedihan mendalam. Ternyata beliau bersabda, "…hingga salah satu dari pedang-pedang Allah membawa panji ini, dan Allah membukakan pintu kemenangan bagi mereka…"
Inilah peran dan keputusan yang cepat dan tepat dari Tsabit bin Arqam sehingga menyelamatkan pasukan muslim dari kemusnahan total dalam perang Mu'tah. Dan sebagian riwayat menyatakan, itulah saat pertama Khalid bin Walid mendapat gelar "Saifullah", Si Pedang Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar