Khubaib bin Adi adalah
seorang sahabat Anshar dari Suku Aus. Pada hari pertama ketika Nabi SAW datang
di Madinah, Khubaib datang menghadap beliau dan menyatakan dirinya memeluk
Islam. Kebanyakan kaum kerabatnya telah memeluk Islam ketika masih didakwahkan
sahabat Mush’ab bin Umair dan As’ad bin Zurarah, ia sendiri belum tergerak
hatinya. Tetapi ketika ia memandang langsung wajah Nabi SAW, hatinya seolah
terbetot oleh ‘pesona’ yang membawanya untuk memeluk Islam.
Pada bulan
Shafar tahun 4 Hijriah, beberapa waktu setelah terjadinya Perang Uhud, Nabi SAW
mengirim utusan dakwah yang terdiri sekelompok sahabat yang dipimpin Ashim bin
Tsabit, Khubaib termasuk di dalamnya. Rombongan yang dikirim atas permintaan
Bani Adhal dan Qarah ini ternyata dikhianati. Mereka diserang oleh Bani Hudzail
dan berakhir dengan tragedi Raji'. Khubaib ditawan dalam keadaan hidup bersama
Zaid bin Datsinah dan Abdullah bin Thariq, sedang lainnya syahid. Sedianya,
ketiganya akan dibawa ke Makkah untuk
dijual, tetapi Abdullah bin Thariq
berhasil lepas dan melawan, tetapi ia akhirnya terbunuh di daerah Zhahran.
Khubaib dibeli
oleh Hujair bin Abu ihab at Tamimi dari Bani Harits bin Amir bin Naufal dengan
harga seratus ekor unta. Khubaib adalah pembunuh Harits bin Amir pada Perang
Badar, mereka mengurungnya sementara waktu sampai saat yang disepakati oleh
keluarga Harits untuk membunuhnya. Suatu ketika Khubaib meminjam pisau cukur
untuk memotong rambutnya, salah seorang
putri al Harits meminjaminya. Tidak berapa lama, putri al Harits tersentak dan
berlari menuju tempat Khubaib ditawan, sambil berkata, "Aku telah lalai
meninggalkan anakku di dekat Khubaib….!"
Sesampainya di sana , ia melihat anaknya
duduk di pangkuan paha Khubaib, seketika wajahnya pucat dalam ketakutan.
Apalagi pisau cukur itu masih ada di tangan Khubaib. Melihat ekspresi putri al
Harits tersebut, Khubaib berkata,
"Apakah engkau takut aku akan membunuhnya? Sekali-kali aku tidak akan
melakukannya, insyaallah!!"
Ia kembali ke
keluarganya dan berkata, "Aku tidak pernah melihat tawanan sebaik Khubaib,
dan yang mengherankan, ia sedang memakan setandan buah anggur, padahal tidak
sedang musim buah-buahan di Makkah, tangan dan kakinya-pun tetap terikat dengan
rantai besi. Tentulah buah-buahan tersebut rezeki dari Allah SWT...!"
Pada saat yang
ditentukan untuk dieksekusi, Khubaib dibawa keluar dari tanah haram. Sebelum
pelaksanaan pembunuhan, Khubaib meminta waktu untuk shalat dua rakaat, dan ia
diijinkan. Inilah pertama kalinya shalat sunnah sebelum eksekusi kematian
dijalankan. Usai shalat, Khubaib berkata, "Kalau tidak khawatir kalian
mengira aku takut mati, pastilah aku akan memanjangkan dan menambah
shalatku…"
Putra al Harits,
Uqbah bin Harits bangkit untuk membunuh Khubaib, yang tubuhnya telah disalib
pada sebatang kayu. Mayatnya dibiarkan tetap tersalib, dan menyuruh beberapa
orang untuk menjaganya. Tetapi pada malam harinya, muncul sahabat Amr bin
Umayyah adh Dhamry, ia berhasil menyiasati (mengakali) para penjaga dan
menurunkan mayat Khubaib, kemudian membawanya pergi dan menguburkan pada tempat
tersembunyi.
Khubaib dan Zaid
bin Datsinah dibunuh pada waktu yang hampir bersamaan, dan Nabi SAW di Madinah
bisa mendengar perkataan terakhir mereka sebelum dieksekusi, beliau berkata,
"Salam dan keselamatan untuk kalian berdua…"
Kemudian beliau
berpaling kepada para sahabat, "Khubaib dan Zaid telah dibunuh orang-orang
Quraisy…"
Dalam suatu riwayat
disebutkan, sebelum eksekusi dijalankan, Abu Sufyan bertanya kepadanya,
"Maukah kau, jika kepalamu yang akan dipenggal ini digantikan dengan
kepala Muhammad, dan kamu dibebaskan sehingga bisa berkumpul dan bergembira
bersama keluargamu?"
Tetapi Abu
Sufyan dan orang-orang kafir itu memperoleh jawaban yang mengejutkan, Khubaib
berkata, "Demi Allah, kehidupanku bersama keluargaku tidak akan menjadi
senang, jika aku membiarkan duri sekecil apapun menusuk badan kekasihku,
Muhammad."
Tetapi riwayat
lain menyebutkan, percakapan tersebut terjadi pada eksekusi Zaid bin Datsinah.
Atau mungkin juga terjadi pada eksekusi kedua sahabat tersebut, karena mereka
berdua ditangkap dan dijual ke kaum Quraisy bersama-sama, dan dieksekusi mati
dalam waktu yang hampir bersamaan, dan sama-sama disaksikan oleh tokoh- tokoh
kafir Quraisy.
Segala puji bagi Allah.
BalasHapusMudah-mudahan Allah memberi kelapangan dada pada kita untuk hidup di zaman penuh fitnah ini.
Subahanallah ... 😢
BalasHapus