Bani Harits bin
Ka'ab merupakan kabilah terkemuka yang tinggal di Najran, Yaman, suatu daerah
yang mayoritas penduduknya memeluk agama Nashrani. Mereka juga ahli dalam
peperangan, dan jarang terkalahkan dalam pertempuran yang diterjuninya, karena
itu mereka cenderung memiliki kesombongan dan merasa lebih tinggi dari kabilah
lainnya.
Pada tahun 10
hijriah, Nabi SAW mengirim suatu pasukan yang dipimpin Khalid bin Walid kepada
kabilah tersebut. Beliau berpesan agar menyeru mereka untuk memeluk Islam
selama tiga hari, kalau mereka menolak barulah boleh diperangi. Khalid
melaksanakan tugas tersebut, dan ternyata kabilah Bani Harits bin Ka'ab
menerima seruan Khalid untuk memeluk Islam. Maka ia tinggal beberapa hari di sana mengajarkan beberapa
pokok ajaran Islam.
Setelah merasa
cukup memberikan pengajaran dan mereka telah melaksanakan pokok-pokok
peribadatan yang ditentukan, Khalid mengirim surat kepada Nabi SAW, mengabarkan
keislaman kabilah tersebut, dan juga menjelaskan beberapa karakteristik Bani
Harits bin Ka'ab itu. Nabi SAW mengirim surat
balasan, yang memerintahkan agar mereka mengirimkan utusan menghadap Nabi SAW,
termasuk Khalid bin Walid.
Berselang
beberapa hari, Nabi SAW melihat suatu rombongan memasuki kota
Madinah menuju Masjid Nabi, beliau berkata, "Siapakah kaum ini, yang
wajahnya seperti orang-orang India …!!"
Salah seorang
sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, mereka adalah Bani Harits bin
Ka'ab..!"
Khalid dan
beberapa utusan itu, yang merupakan para pemimpin Bani Harits bin Ka'ab ini
segera menghadap Rasulullah SAW. Mereka ini adalah Qais bin Hushain, Yazid bin
Abdul Madan, Yazid bin Mahjal, Abdullah bin Qirad, Syaddad bin Abdullah al
Qinany, dan Amr bin Abdullah adh Dhibaby. Tiba di hadapan beliau, mereka
mengucap salam dan berkata, "Kami bersaksi bahwa engkau adalah Utusan
Allah, dan kami juga bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah."
Nabi SAW yang
telah mengenali karakter kabilah ini, termasuk informasi dari surat Khalid bin Walid, memberi reaksi yang
tidak seperti biasanya, yakni menyambut gembira keislamannya. Beliau justru berkata,
"Aku juga bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan sesungguhnya aku
adalah utusan Allah…!!"
Beberapa detik
kemudian beliau berkata lagi, "Kaliankah orang-orang yang bila dicegah,
justru kalian terus maju….??"
Mereka tidak
menjawab. Beliau mengulanginya sampai tiga kali, tetapi tetap saja mereka tidak
menjawab. Baru setelah beliau mengulang untuk ke empat kalinya, Yazid bin Abdul
Madan menjawab, bahkan ia mengulang-ulangnya sampai empat kali, "Benar, ya
Rasulullah, kami adalah orang-orang yang bila dicegah, justru akan maju
terus…!!"
Setelah itu Nabi
SAW bersabda, "Jika saja Khalid tidak menulis surat kepadaku bahwa kalian telah memeluk
Islam tanpa perlawanan, niscaya aku akan melemparkan kepala kalian di bawah
telapak-telapak kaki kalian…"
Tentu tidak
benar-benar seperti itu maksud Nabi SAW kalau saja mereka tidak memeluk Islam.
Tetapi beliau menyampaikan perkataan tersebut untuk mengobati dan menawarkan
(menetralisir) kesombongan dan arogansi mereka. Namun demikian, Yazid bin Abdul
Madan, mewakili rekan-rekannya berkata, "Ketahuilah, demi Allah kami tidak
berterima kasih kepadamu, dan tidak juga kepada Khalid…!!"
Nabi SAW
berkata, “Kepada siapa kalian berterima kasih?"
"Wahai
Rasulullah, kami hanya berterima kepada Allah yang telah memberikan hidayah
kepada kami dengan perantaraan engkau…!!"
Walaupun
sebenarnya "tidak pantas" untuk tidak berterima kasih kepada Nabi SAW
atas hidayah Allah yang telah mereka terima, tetapi beliau tidak
mempermasalahkannya, bahkan membenarkan jawaban mereka. Kemudian beliau bertanya lagi, "Dengan sebab
apakah kalian mengalahkan siapa saja yang memerangi kalian?"
Kali ini mereka
memberikan jawaban dengan nada yang berbeda. Pertanyaan yang agak memuji ini
justru menimbulkan "rasa malu" untuk menonjolkan diri di hadapan
Rasulullah SAW. Mereka berkata, "Kami tidak pernah mengalahkan
siapapun..!!"
Tetapi Nabi SAW
mengulangi dan menegaskan pertanyaan beliau, "Tidak, bahkan kalian selalu
saja mengalahkan mereka yang memerangi kalian…!!"
Dengan sikap
merendah, mereka menjawab, "Wahai Rasulullah, kami selalu mengalahkan
siapa saja yang memerangi kami, karena kami selalu bersatu padu, tidak berpecah
belah, dan kami tidak pernah mendahului melakukan kedzaliman kepada
siapapun…!!"
Nabi SAW merasa puas dengan jawaban tersebut. Beliau
menerima syahadat dan ba'iat mereka dengan baik dan menetapkan Qais bin Hushain
sebagai amir (pemimpin) kabilah Bani Harits bin Ka'ab ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar