Tumadhir binti
Amr bin Harits, atau lebih dikenal dengan nama Khansa adalah seorang penyair
wanita yang cukup terkenal pada masa jahiliah. Ketika Nabi SAW telah berada di
Madinah, bersama beberapa orang kaumnya dari kabilah Bani Sulaim, ia datang
menghadap beliau untuk memeluk Islam. Ia mempunyai empat orang anak lelaki yang
kesemuanya ikut memeluk Islam, dan berhijrah untuk tinggal bersama Nabi SAW di
Madinah.
Kemampuan Khansa
melantunkan syair cukup dikagumi Rasulullah SAW. Ketika Adi bin Hatim memeluk Islam,
ia mengatakan kepada Nabi SAW, bahwa penyair paling ulung adalah Amr al Qais,
orang yang paling pemurah adalah Hatim bin Sa’d dan penunggang kuda paling
pandai adalah Amr bin Ma’dikarib. Tetapi Nabi SAW bersabda, “Wahai Ibnu Hatim,
bukan mereka!! Penyair paling ulung adalah Khansa binti Amr, orang yang paling
pemurah adalah Muhammad (Rasulullah SAW), dan orang yang paling pandai
menunggang kuda adalah Ali bin Abu Thalib..!”
Sungguh
penghargaan yang sangat tinggi terhadap Khansa, karena beliau ‘mensejajarkan’
namanya dengan nama beliau sendiri dan Ali bin Abu Thalib.
Sejak
keislamannya, Khansa tidak hanya bersemangat dalam melantunkan syair, tetapi ia
terjun dalam beberapa medan
pertempuran, baik ketika bersama Rasulullah SAW ataupun setelah beliau wafat.
Dengan syair-syairnya, ia membangkitkan dan membakar semangat para sahabat
untuk terus berjuang menegakkan kalimat-kalimat Allah. Terkadang ketika pasukan
dilanda kelelahan dan kejenuhan, ia juga melantunkan syair-syairnya sehingga
mereka kembali segar dan bersemangat
Ketika terjadi
perang Qadisiyah pada tahun 16 H, pada masa khalifah Umar bin Khaththab, Khansa
memotivasi anak-anaknya untuk turut serta dalam perang tersebut. Keahliannya
bersyair digunakannya untuk mempengaruhi
dan memberikan semangat jihad pada mereka. Diingatkannya tentang
kemuliaan berjuang di jalan Allah, keteguhan ayah dan paman-pamannya dalam
membela agama Allah. Sampai akhirnya ia berkata, "Jika besok kalian bangun
dalam keadaan sehat, berjihadlah kalian dengan penuh keberanian dan dengan
mengharap pertolongan Allah. Majulah dengan semangat juang yang tinggi, dan
masuklah dalam pertempuran, lawanlah para pemimpin orang-orang kafir itu, insya
Allah kalian akan masuk surga dengan penuh kemuliaan dan kehormatan."
Ucapan-ucapannya
tersebut dirangkaikannya dalam sebuah rangkaian syair yang sangat indah, dan amat
membekas di hati putra-putranya sehingga semangat mereka begitu menggelora
untuk segera terjun dalam pertempuran tersebut. Keesokan harinya, mereka
berempat berjuang dengan perkasa melawan pasukan Persia . Mereka bertempur sambil
membaca syair-syair ibunya, sampai akhirnya satu persatu mereka menemui
syahidnya.
Ketika berita
ini disampaikan kepada Khansa, sang ibu yang kehilangan empat putranya tersebut
sama sekali tidak bersedih, justru ia bersyukur dan berkata,
"Alhamdulillah, Segala Pujian hanya kepada Allah, yang telah memuliakan
aku, dengan menjadikan anak-anakku sebagai syuhada’. Semoga dengan syahidnya
mereka, dosa-dosaku akan diampuni oleh Allah, dan aku berharap dengan rahmat-Nya,
agar bisa dikumpulkan dengan mereka di surga-Nya."
Setelah
hidup menyendiri, Khansa tetap mengabdikan dirinya membakar semangat kaum
muslimin dengan syair-syairnya. Umar sangat menghargai dan selalu memberi
santunan kepada Khansa, sebagaimana dahulu Rasulullah SAW melakukannya. Tidak
lama setelah Utsman bin Affan menggantikan Umar, Khansa wafat di sebuah
perkampungan Badui, yakni pada tahun 24 H.
Sungguh takdir yg indah dalam hidup AlKhansa, Ummi para Syuhada
BalasHapus