Rabu, 07 Mei 2014

Abul Ash bin Rabi' RA

Abul Ash bin Rabi, adalah menantu Nabi SAW, suami dari putri beliau, Zainab. Mereka menikah sebelum beliau diutus untuk menyampaikan risalah Islam, tetapi ia tetap dalam kekafirannya ketika beliau diangkat sebagai Nabi dan Rasul, walaupun istrinya telah memeluk Islam. Ketika kaum muslimin hijrah ke Madinah, Zainab tidak bisa ikut serta karena ia dalam penguasaan keluarga dan kerabat suaminya.
Dalam perang Badar, Abul Ash berada di barisan kaum musyrikin Makkah yang menentang Nabi SAW dan kaum muslimin lainnya, tetapi kemudian ia tertawan dalam peperangan tersebut. Nabi SAW bersedia membebaskan menantunya tersebut, asalkan ia bersedia melepaskan Zainab untuk berhijrah ke Madinah. Abul Ash menyetujui kesepakatan ini. Tetapi secara bersamaan, Zainab telah mengirimkan utusan untuk menebus suaminya tersebut dari tawanan kaum muslim, dengan membawa kalung pemberian ibunya, Khadijah. Ketika Nabi SAW menerima kalung yang dulunya milik istri tercinta ini, mata beliau berkaca-kaca penuh haru, teringat akan masa-masa indah bersama istri yang tidak bisa dilupakannya walau beliau telah memiliki beberapa istri lagi, yang lebih muda dan lebih cantik. Akhirnya kalung itu diserahkan kembali kepada Zainab setelah ia tiba di Madinah.
Beberapa tahun berlalu, ketika Abul Ash sedang pulang dari misi dagangnya di Syam, ia bertemu dengan pasukan muslim dan merampas barang dagangannya, tetapi ia sendiri berhasil meloloskan diri. Malam harinya ia datang ke Madinah menemui istrinya, Zainab dan meminta perlindungan. Esok harinya, usai shalat subuh, Zainab berkata kepada kalangan/jamaah kaum muslimin, "Wahai para jamaah, aku, Zainab binti Muhammad, memberikan jaminan keamanan kepada Abul Ash bin  Rabi'…!"
Mendengar penuturan putrinya tersebut, Rasulullah SAW berkata kepada para jamaah, "Apakah kalian mendengar apa yang aku dengar?"
"Benar, ya Rasulullah!!" Kata mereka.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda, "Demi Dzat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, aku tidak tahu sedikitpun akan hal itu (perlindungan yang diberikan oleh putri beliau kepada Abul Ash) sampai aku mendengar akan apa yang kalian dengar. Sesungguhnya orang yang paling rendah derajadnya sekalipun (dari kaum muslim) dapat memberikan perlindungan…"
Pagi harinya Nabi SAW menemui Zainab dan bersabda, "Muliakanlah dia, tetapi jangan berikan kesempatan ia menyentuhmu karena engkau tidak halal baginya!!"
Setelah itu Nabi SAW mengembalikan barang dagangan Abul Ash dari Syam, yang tadinya telah dirampas oleh pasukan muslimin, Abul Ash segera kembali ke Makkah dengan membawa harta benda dan perdagangannya, utuh, tanpa berkurang sedikitpun. Sesampainya di sana, ia menyampaikan semua amanat yang dititipkan kepadanya, baik dari perdagangan yang baru dibawanya, atau dari harta lainnya, setelah itu berkata, "Wahai kaum Quraisy, masih adakah seseorang di antara kalian yang hartanya atau titipannya masih ada padaku atau belum diambil?"
Mereka menjawab, "Tidak ada, wahai Abul Ash, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan, kami telah mendapati engkau sebagai orang yang amanah (menepati janji) dan dermawan!!"
Mendengar penuturan mereka ini, Abul Ash berkata, "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Demi  Allah, tidak ada yang menghalangiku untuk memeluk Islam ketika aku ada di sisinya (di Madinah) kecuali aku khawatir kalian mengira aku akan memakan harta kalian. Karena itu, ketika Allah telah membayarkannya kepada kalian, aku telah bebas dan aku memeluk Islam…!!"
Setelah itu Abul Ash kembali memacu tunggangannya ke Madinah, menghadap Nabi SAW dan menyatakan  keislamannya. Beliau amat gembira menyambut menantunya tersebut, dan mengembalikan Zainab kepadanya, karena mereka memang belum diceraikan (dijatuhkan thalaq) sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar