Mu'adz bin Jabal
termasuk sahabat Anshar pada periode awal, ia telah memeluk Islam pada Ba'iat
Aqabah ke dua, sehingga ia termasuk dari golongan as sabiqunal awwalun. Saat
itu ia masih sangat muda, tetapi justru kemudaannya tersebut yang membuat ia
lebih mudah dan lebih banyak menyerap ilmu-ilmu keislaman.
Ia termasuk
sahabat yang berani mengemukakan buah pikirannya, seperti halnya Umar bin
Khaththab, namun demikian ia tetap seorang yang rendah hati. Ia tidak pernah
begitu saja mengemukakan pendapat atau pemikirannya (ijtihadnya) kecuali jika
diminta atau diberi waktu mengemukakannya. Karena begitu luas dan mendalamnya
pengetahuan yang dimilikinya, terutama menyangkut hukum-hukum Islam (Ilmu
Fikih), Nabi SAW pernah bersabda tentang dirinya, "Ummatku yang paling
tahu akan halal dan haram adalah Mu'adz bin Jabal…"
Atas dasar sabda
Nabi SAW inilah banyak sahabat-sahabat yang menjadikan Mu'adz sebagai rujukan
jika ada permasalahan menyangkut hukum-hukum Islam (Fikih). Bahkan Umar bin
Khaththab, yang diakui kecerdasannya oleh Nabi SAW, pada saat menjadi khalifah
banyak meminta pendapat dan buah fikiran Mu'adz dalam memutuskan suatu
permasalahan. Sampai akhirnya Umar berkata, "Kalau tidaklah karena Mu'adz
bin Jabal, akan celakalah Umar…"
Ketika Nabi SAW
akan mengirimnya ke Yaman untuk membimbing dan mengajarkan seluk-beluk
keislaman kepada penduduk di sana,
beliau bertanya kepada Mu'adz, "Apa yang menjadi pedoman bagimu untuk
mengadili dan memecahkan suatu masalah, ya Mu'adz?"
"Kitabulah,
ya Rasulullah!" Jawab Mu'adz.
"Jika tidak
engkau temukan dalam Al Qur'an?"
"Akan saya
cari pemecahannya berdasarkan sunnah-sunnahmu, Ya Rasulullah!!"
"Jika tidak
engkau dapatkan juga??"
"Saya akan
menggunakan fikiran saya untuk berijtihad, dan saya tidak akan berlaku sia-sia
(dholim, tidak untuk kepentingan pribadi dan duniawiah)…"
Bersinarlah
wajah Rasulullah SAW pertanda bahwa beliau puas dan senang dengan penjelasan
Mu'adz, kemudian beliau bersabda, "Segala puji bagi Allah yang telah
memberikan taufik kepada utusan Rasulullah, sebagaimana yang diridhai
Rasulullah..."
Suatu malam
Mu'adz bermaksud menemui Rasulullah SAW, tetapi ternyata beliau sedang
mengendarai unta, entah hendak pergi kemana?? Melihat kedatangannya, beliau meminta
Mu'adz naik ke belakang beliau, berboncengan berdua, unta pun melanjutkan
perjalanan. Beliau memandang ke langit, setelah menyanjung dan memuji Allah
SWT, beliau bersabda kepada Mu'adz, "Wahai Mu'adz, aku akan menceritakan
suatu kisah kepadamu, jika engkau menghafalnya akan sangat berguna bagimu.
Tetapi jika engkau meremehkannya, engkau tidak akan punya hujjah (argumentasi)
di hadapan Allah kelak."
Nabi SAW
menceritakan, bahwa sebelum penciptaan langit dan bumi, Allah telah menciptakan
tujuh malaikat. Setelah bumi dan langit tercipta, Allah menempatkan tujuh
malaikat tersebut pada pintu-pintu langit, menurut derajat dan keagungannya
masing-masing. Allah juga menciptakan malaikat yang mencatat dan membawa amal kebaikan seorang
hamba ke langit, menuju ke hadirat Allah, yang disebut dengan malaikat
hafadzah.
Suatu ketika
malaikat hafadzah membawa ke langit, amalan seorang hamba yang berkilau seperti
cahaya matahari. Ketika sampai di langit pertama, malaikat hafadzah memuji
amalan yang dibawanya di hadapan para malaikat yang tinggal di sana. Tetapi malaikat
penjaga pintu langit pertama itu berkata, "Tamparkan amalan ini ke wajah
pemiliknya. Aku adalah penjaga (penyeleksi) orang-orang yang suka mengumpat
(Ghibah, jawa: ngerasani). Aku ditugaskan untuk menolak amalan orang yang suka
ghibah. Allah tidak mengijinkannya melewatiku untuk mencapai langit
berikutnya."
Maka para
malaikat yang menghuni langit itu melaknat pemilik amalan tersebut.
Pada saat yang
lain, malaikat hafadzah membawa ke langit, amal saleh seorang hamba yang sangat
banyak dan terpuji. Ia berhasil melalui langit pertama karena pemiliknya bukan
seorang yang suka ghibah. Ketika sampai di langit kedua, malaikat hafadzah
memuji amalan yang dibawanya di hadapan para malaikat yang tinggal di sana. Tetapi malaikat
penjaga pintu langit ke dua itu berkata, "Berhenti!! Tamparkanlah amalan
ini ke wajah pemiliknya, sebab ia beramal dengan mengharap duniawiah. Allah menugaskan
aku untuk menolak amalan seperti ini dan melarangnya melewati aku untuk mencapai
langit berikutnya."
Maka para
malaikat yang menghuni langit itu melaknat pemilik amalan tersebut.
Pada saat yang
lain lagi, malaikat hafadzah membawa ke langit, amal saleh seorang hamba yang
sangat memuaskannya, penuh dengan sedekah, puasa dan berbagai kebaikan lainnya,
yang dianggapnya sangat mulia dan terpuji. Ia berhasil melalui langit pertama dan
kedua karena pemiliknya bukan seorang yang suka ghibah dan tidak mengharapkan
balasan duniawiah.
Ketika sampai di
langit ke tiga, malaikat hafadzah memuji amalan yang dibawanya di hadapan para
malaikat yang tinggal di sana.
Tetapi malaikat penjaga pintu langit ke tiga itu berkata, "Berhenti!! Tamparkanlah
amalan ini ke wajah pemiliknya!! Aku adalah malaikat penjaga kibr
(kesombongan), Allah menugaskan aku untuk menolak amalan orang yang suka sombong
(bermegah-megahan) dalam majelis. Allah tidak mengijinkannya melewati aku untuk
mencapai langit berikutnya."
Maka para
malaikat yang menghuni langit itu melaknat pemilik amalan tersebut.
Saat yang lain
lagi, malaikat hafadzah membawa ke langit, amal saleh seorang hamba yang
bersinar seperti bintang kejora, bergemuruh dengan penuh dengan tasbih, puasa,
shalat, haji dan umrah. Ia berhasil melalui langit pertama, ke dua dan ke tiga
karena pemiliknya bukan seorang yang suka ghibah, tidak mengharapkan balasan
duniawiah dan juga tidak sombong.
Ketika sampai di
langit ke empat, malaikat hafadzah memuji amalan yang dibawanya di hadapan para
malaikat yang tinggal di sana.
Tetapi malaikat penjaga pintu langit ke empat itu berkata "Berhenti!!
Tamparkanlah amalan ini ke wajah pemiliknya!! Aku adalah malaikat penjaga sifat
ujub. Allah menugaskan aku untuk menolak amalan orang yang disertai ujub. Allah
tidak mengijinkannya melewati aku untuk mencapai langit berikutnya."
Maka para
malaikat yang menghuni langit itu melaknat pemilik amalan tersebut.
Pada saat yang
lain, malaikat hafadzah membawa ke langit, amal saleh seorang hamba yang sangat
mulia, terdiri dari jihad, haji, umrah dan berbagai kebaikan lainnya sehingga
sangat cemerlang seperti matahari. Ia berhasil melalui langit pertama hingga ke
empat, karena pemiliknya bukan seorang yang suka ghibah, tidak mengharapkan
balasan duniawiah, tidak sombong dan juga tidak ujub dalam beramal.
Ketika sampai di
langit ke lima, malaikat hafadzah memuji amalan
yang dibawanya di hadapan para malaikat yang tinggal di sana. Tetapi malaikat penjaga pintu langit ke
lima itu
berkata "Berhenti!! Tamparkanlah amalan ini ke wajah pemiliknya!! Aku
adalah malaikat penjaga sifat hasud (iri dengki). Meskipun amalannya sangat
baik, tetapi ia suka hasud kepada orang lain yang mendapatkan kenikmatan Allah.
Itu artinya ia membenci Allah yang memberikan kenikmatan kepada orang yang
dikehendaki-Nya. Allah tidak mengijinkannya melewati aku untuk mencapai langit
berikutnya."
Maka para
malaikat yang menghuni langit itu melaknat pemilik amalan tersebut.
Pada saat
lainnya, malaikat hafadzah membawa ke langit, amal saleh seorang hamba yang
sangat sempurna dari wudhu, shalat, puasa, haji dan umrah. Ia berhasil melalui
langit pertama hingga ke lima,
karena pemiliknya bukan seorang yang suka ghibah, tidak mengharapkan balasan
duniawiah, tidak sombong, tidak ujub dalam beramal, dan juga tidak suka hasud
pada orang lain.
Ketika sampai di
langit ke enam, malaikat hafadzah memuji amalan yang dibawanya di hadapan para
malaikat yang tinggal di sana.
Tetapi malaikat penjaga pintu langit ke enam itu berkata, "Berhenti!! Tamparkanlah
amalan ini ke wajah pemiliknya. Aku adalah malaikat penjaga sifat rahmah. Allah
menugaskan aku untuk menolak amalan orang yang tidak pernah mengasihani orang
lain. Bahkan jika ada orang yang ditimpa musibah, ia merasa senang. Allah tidak
mengijinkannya melewati aku untuk mencapai langit berikutnya."
Maka para
malaikat yang menghuni langit itu melaknat pemilik amalan tersebut.
Pada saat lain
lagi, malaikat hafadzah membawa ke langit, amal saleh seorang hamba yang bersinar-sinar
seperti kilat menyambar dan bergemuruh laksana guruh menggelegar, terdiri dari
shalat, puasa, haji, umrah, wara’, zuhud dan berbagai amalan hati lainnya. Ia
berhasil melalui langit pertama hingga ke enam, karena pemiliknya bukan seorang
yang suka ghibah, tidak mengharapkan balasan duniawiah, tidak sombong, tidak
ujub dalam beramal, tidak suka hasud pada orang lain, dan juga seorang yang
penuh kasih sayang (rahmah) pada sesamanya.
Ketika sampai di
langit ke tujuh, malaikat hafadzah memuji amalan yang dibawanya di hadapan para
malaikat yang tinggal di sana.
Tetapi malaikat penjaga pintu langit ke tujuh itu berkata, "Berhenti!! Tamparkanlah
amalan ini ke muka pemiliknya!! Aku adalah malaikat penjaga sifat sum’ah (suka
pamer). Allah menugaskan aku untuk menolak amalan orang yang suka memamerkan
amalannya untuk memperoleh ketenaran, derajad dan pengaruh terhadap orang lain.
Amalan seperti ini adalah riya', dan Allah tidak menerima ibadahnya orang yang
riya'. Allah tidak mengijinkannya melewati aku
untuk sampai ke hadirat Allah SWT."
Maka para
malaikat yang menghuni langit itu melaknat pemilik amalan tersebut.
Pada saat lainnya,
malaikat hafadzah membawa ke langit, amal saleh seorang hamba berupa shalat,
puasa, zakat, haji, umrah, akhlak mulia, pendiam suka berdzikir, dan beberapa
lainnya yang tampak sangat sempurna. Ia berhasil melalui langit pertama hingga
ke tujuh karena pemiliknya bukan seorang yang suka ghibah, tidak mengharapkan
balasan duniawiah, tidak sombong, tidak ujub dalam beramal, tidak suka hasud
pada orang lain, seorang yang penuh kasih sayang (rahmah) pada sesamanya, dan
juga tidak suka memamerkan amalannya (sum’ah). Para
malaikat dibuat terkagum-kagum sehingga mereka ikut mengiring amalan itu itu
sampai di hadirat Allah SWT.
Ketika amal
tersebut dipersembahkan malaikat hafadzah, Allah berfirman, "Hai malaikat
hafadzah, Aku-lah yang mengetahui isi hatinya. Ia beramal bukan untuk Aku
tetapi untuk selain Aku, bukan diniatkan
dan diikhlaskan untuk-Ku. Aku lebih mengetahui daripada kalian, dan Aku laknat
mereka yang menipu orang lain dan menipu kalian (malaikat hafadzah, dan
malaikat-malaikat lainnya yang menganggapnya sebagai amalan hebat), tetapi Aku
tidak akan tertipu olehnya. Aku-lah yang mengetahui hal-hal ghaib, Aku
mengetahui isi hatinya. Yang samar, tidaklah samar bagi-Ku, Yang tersembunyi,
tidaklah tersembunyi bagi-Ku. Pengetahuan-Ku
atas segala yang telah terjadi, sama dengan Pengetahuan-Ku atas segala
yang belum terjadi. Ilmu-Ku atas segala
yang telah lewat, sama dengan Ilmu-Ku atas segala yang akan datang.
Pengetahuan-Ku atas orang-orang yang terdahulu, sama dengan Pengetahuan-Ku atas
orang-orang yang kemudian. Aku yang paling mengetahui segala sesuatu yang samar
dan rahasia, bagaimana bisa hamba-Ku menipu dengan amalnya. Bisa saja mereka
menipu mahluk-Ku tetapi Aku Yang Mengetahui hal-hal yang ghaib….tetaplah
laknat-Ku atas mereka…!!"
Tujuh malaikat
di antara tiga ribu malaikat juga berkata, "Ya Allah, kalau demikian
keadaannya, tetaplah laknat-Mu dan laknat kami atas mereka….!!"
Kemudian para
malaikat dan seluruh penghuni langit berkata, "Ya Allah, tetaplah laknat-Mu dan laknat orang-orang
yang melaknat atas mereka…!!"
Begitulah,
panjang lebar Nabi SAW menceritakan kepada Mu'adz bin Jabal, dan tanpa terasa
ia menangis tersedu-sedu di boncengan unta beliau. Ia berkata di sela
tangisannya, "Ya Rasulullah, bagaimana aku bisa selamat dari semua yang
engkau ceritakan itu??"
"Wahai
Mu'adz, ikutilah Nabimu dalam masalah keyakinan!!" Kata Nabi SAW.
"Engkau
adalah Rasulullah, sedangkan aku hanyalah Mu'adz bin Jabal. Bagaimana aku bisa
selamat dan terlepas dari semua itu…" Kata Mu'adz.
"Memang
begitulah,” Kata Nabi SAW, “Jika ada kelengahan dalam ibadahmu, jagalah lisanmu
agar tidak sampai menjelekkan orang lain, terutama jangan menjelekkan
ulama….."
Panjang lebar
Nabi SAW menasehati Mu'adz bin Jabal, yang intinya adalah menjaga lisan dan
hati, jangan sampai melukai dan menghancurkan pribadi orang lain. Akhirnya
beliau bersabda, "Wahai Mu'adz, yang aku ceritakan tadi akan mudah bagi
orang yang dimudahkan Allah. Engkau harus mencintai orang lain sebagaimana
engkau menyayangi dirimu. Bencilah (larilah) dari sesuatu yang engkau
membencinya (yakni, akibat buruk yang diceritakan Nabi SAW di atas), niscaya engkau akan selamat…!"
Rasulullah SAW
tahu betul bahwa Mu'adz bin Jabal sangat mengetahui hukum-hukum Islam (Fikih),
yang pada dasarnya bersifat lahiriah. Dengan menceritakan kisah tersebut,
beliau ingin melengkapi pengetahuan dan pemahamannya dari sisi batiniah,
sehingga makin sempurna pengetahuan keislamannya. Dan tak salah kalau kemudian
Nabi SAW pernah bersabda, "Mu'adz bin Jabal adalah pemimpin golongan ulama
di hari kiamat….!"
Sebagaimana
umumnya para sahabat Anshar, Mu’adz hampir tidak pernah terlewat dalam berbagai
perjuangan dan jihad bersama Rasulullah SAW. Perang Badar, Uhud, Khandaq dan
berbagai pertempuran lain diterjuninya. Ketika Nabi SAW wafat, Mu’adz sedang
berada di Yaman untuk mengemban tugas Nabi SAW, menjadi Qadhi dan mengajarkan
ilmu-ilmu keislaman kepada penduduknya, yang kebanyakan memeluk Islam pada
masa-masa akhir kehidupan Rasulullah SAW. Mu’adz sendiri meninggal pada masa
Khalifah Umar bin Khaththab akibat wabah penyakit thaun yang melanda kota Amwas, antara Ramalah
dan Baitul Maqdis, termasuk wilayah Syam.